Theresa May terpilih menjadi Perdana Menteri baru Inggris

Rappler.com

This is AI generated summarization, which may have errors. For context, always refer to the full article.

Theresa May terpilih menjadi Perdana Menteri baru Inggris
Sebelum terpilih sebagai Perdana Menteri, Theresa May sukses menjadi Menteri Dalam Negeri, posisi yang jadi momok bagi para pejabat Inggris.

JAKARTA, Indonesia – Perdana Menteri Inggris David Cameron mengundurkan diri dari jabatannya pada tanggal 24 Juni lalu, tak lama setelah negaranya memilih keluar dari Uni Eropa (UE). Setelah ramai rumor beredar tentang siapa yang akan menggantikan Cameron, satu nama akhirnya dipastikan menjadi pucuk pimpinan Partai Liberal (Konservatif) dan sekaligus kepala pemerintahan Inggris.

Dia adalah Theresa May yang menjabat sebagai Menteri Dalam Negeri sejak tahun 2010 lalu dan berasal dari partai yang sama dengan Cameron. Sesuai dengan jadwal, May mulai menggantikan Cameron pada Rabu malam, 13 Juli. 

Dengan terpilihnya May sebagai PM menjadikan dia perempuan kedua yang memimpin Inggris, setelah Margaret Thatcher.

Berikut hal-hal yang kamu perlu tahu tentang perempuan berusia 59 tahun ini:

1. Kiprah politik

Sejak menjadi mahasiswa di Universitas Oxford, May sudah memiliki keinginan besar menjadi perdana menteri. Jurusan geografi yang tak berhubungan dengan politik tak menyurutkan ambisinya.

Titik awal May bermula ketika ia terpilih sebagai anggota parlemen dari daerah Maidenhead, Berkshire, pada tahun 1997.

Dua tahun kemudian ia ditunjuk menjadi menteri bayangan yang menangani bidang pendidikan dan pada tahun 2002 ia menjadi pengurus inti partai konservatif di bawah kepemimpinan.

Baru pada tahun 2009 ia diberi pos menteri bayangan untuk bidang ketenagakerjaan dan pensiun. Saat Partai Konservatif berkuasa dan berkoalisi dengan Liberal Demokrat, May diminta menjadi Menteri Dalam Negeri.

2. Dijodohkan oleh Benazir Bhutto

Seperti Margaret Thatcher, May berasal dari keluarga kelas menengah. Ia tidak memiliki akses langsung terhadap dunia politik saat itu.

Ia mengakalinya dengan aktif dalam Asosiasi Konservatif Oxford, sebuah klub debat mahasiswa yang terkenal mencetak pemimpin-pemimpin masa depan Inggris. Pada pesta dansa asosiasi di tahun 1976, ia dipertemukan dengan Philip May.

Benazir Bhutto, yang kelak menjadi perdana menteri perempuan pertama di Pakistan, berperan memperkenalkan keduanya. Akhirnya, pasangan ini menikah 4 tahun kemudian.

3. Berjaya sebagai Menteri Dalam Negeri

Pos yang ditempati May, yakni menteri dalam negeri, dianggap sebagai momok menakutkan. Banyak pejabat sebelumnya yang tak mendapat kemajuan karir setelah menempati posisi tersebut. Bahkan, May tercatat sebagai Mendagri terlama yang pernah menjabat selama 100 tahun terakhir di Inggris.

Namun, May membuktikan kualitasnya sebagai seorang politisi.

Angka kejahatan menurun, rencana teror digagalkan pada 2013, dan ia mendeportasi ulama radikal Abu Qatada. Ia juga membenahi kepolisian dan dikenal dengan pernyataannya bahwa masalah korupsi ‘tidak hanya dilakukan oleh segelintir perwira saja’.

Namun ia juga dikritik ketika banyak paspor terlambat terbit dan dianggap gagal memenuhi target masuknya pendatang di bawah 100.000 orang per tahun.

4. Pendukung Uni Eropa

Meski naik karena ‘Brexit’, namun May sebenarnya lebih menginginkan Inggris tetap berada dalam Uni Eropa. Meski demikian, ia tak akan mengubah keputusan yang sudah diambil pada referendum Juni lalu.

“Brexit adalah Brexit,” kata dia. Bukan waktunya menyesali keputusan, tetapi bagaimana caranya membawa Inggris memperoleh keuntungan di luar Uni Eropa.

Banyak yang mengatakan tantangan yang dihadapi May sangat besar: mulai dari menyatukan kembali Inggris yang terbelah akibat referendum dan memimpin perundingan Inggris keluar dari Uni Eropa (Brexit).

5. Susun kabinet 

May diharapkan segera mengumumkan nama-nama pejabat di kabinetnya setelah mendapatkan mandat dari Istana Buckingham. Saat ini, Cameron tengah menuju ke sana untuk menyerahkan surat pengunduran dirinya.

Salah satu posisi krusial yang harus ditetapkan May adalah menteri yang akan memimpin negosiasi Brexit. 

May juga diharapkan menambah jumlah pejabat wanita senior di kabinetnya kelak. – Rappler.com

BACA JUGA:

Add a comment

Sort by

There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.

Summarize this article with AI

How does this make you feel?

Loading
Download the Rappler App!