SUMMARY
This is AI generated summarization, which may have errors. For context, always refer to the full article.
JAKARTA, Indonesia – Para pemimpin dunia mendorong agar institusi demokrasi di Turki tetap dijaga pasca negara itu dilanda upaya kudeta militer pada Jumat malam, 15 Juli. Sebuah kelompok yang menamakan diri “Dewan untuk Perdamaian Dalam Negeri” mengumumkan militer mendeklarasikan darurat militer dan jam malam.
Mereka berupaya untuk menggulingkan pemerintahan Presiden Recep Tayyip Erdogan dengan alasan untuk mengembalikan tatanan konstitusi dan demokrasi di Turki. Kudeta yang sempat berlangsung beberapa jam itu diklaim Erdogan sudah berhasil diredam.
Sekitar 130 orang kemudian ditangkap oleh otoritas keamanan.
Walau kondisi di Turki diklaim sudah kondusif, tetapi para pemimpin dunia tetap memantau situasinya dari dekat. Menurut seorang pejabat di Uni Eropa, kudeta yang terjadi di Turki sudah disiapkan sedemikian rupa oleh satu badan penting militer. Bukan hanya beberapa kolonel saja.
“Sebab, mereka mengendalikan bandara dan berharap bisa mengendalikan stasiun televisi. Selain itu, mereka juga mengendalikan beberapa titik strategis di Istanbul,” kata pejabat yang tak mau disebut namanya seperti dikutip Reuters.
Jika dilihat dari skala operasinya, kata dia lagi, sulit membayangkan langsung berhenti begitu saja.
Pemerintah Indonesia termasuk salah satu yang memantau situasi Turki secara intensif.
“Indonesia menekankan pentingnya penghormatan terhadap konstitusi dan prinsip demokrasi. Pemerintah Indonesia berharap situasi di Turki bisa segera pulih,” ujar Kementerian Luar Negeri melalui keterangan tertulis.
Pemerintah turut meminta agar WNI yang berdomisili di Turki untuk tenang dan sementara waktu berada di rumah.
Dukung pemerintahan terpilih
Sementara, Presiden Amerika Serikat, Barack Obama menyerukan agar semua pihak di Turki kembali mendukung pemerintahan terpilih melalui pemilu. Obama yang berdiskusi dengan Menlu John Kerry di telepon mengenai situasi di Turki, sepakat mendorong semua pihak agar menahan diri dan menghindari pertumpahan darah.
Statement by Secretary of State @JohnKerry on the situation in #Turkey pic.twitter.com/c32Pb2xTgG
— Department of State (@StateDept) July 15, 2016
Sekretaris Jenderal PBB, Ban Ki Moon marah besar terhadap upaya kudeta yang terjadi di Turki. Dia menyerukan agar pemerintahan berbasis rakyat tetap dipertahankan.
“Intervensi militer dalam mengelola negara tidak dapat diterima,” tegas Ban.
#UNSG Ban Ki-moon says military interference in affairs of any state is unacceptable: https://t.co/cX63yZkJBh
— UN Spokesperson (@UN_Spokesperson) July 16, 2016
Dia berharap agar pemerintahan demokratis di Turki bisa kembali pulih dan tetap damai.
Kepala organisasi Uni Eropa (UE) Donald Tusk dan Jean-Claude Juncker juga mendorong pemerintahan Erdogan. Mereka juga menyerukan agar pemerintahan kembali normal.
“Turki merupakan mitra kunci bagi UE. Dukungan penuh dari EU terhadap pemerintahan yang terpilih secara demokratis, institusi negara dan hukum yang berlaku,” ujar UE dalam pernyataan bersama mereka.
EU supports Turkey’s democratically elected gov, institutions & rule of law. Call for return to constitutional order https://t.co/NNOsE8qi1A
— Donald Tusk (@eucopresident) July 16, 2016
Pemerintah Rusia juga mengaku prihatin melihat situasi di Turki. Menlu Rusia, Sergei Lavrov sebelumnya menyerukan supaya Turki menghindari semua pertumpahan darah dan yakin semua permasalahan di negara itu bisa diselesaikan sesuai konstitusi. – dengan laporan AFP/Rappler.com
BACA JUGA:
- 5 pesan Jokowi dalam forum G20 Turki
- Jenazah imigran balita di pantai Turki kejutkan Eropa
- Turki tangkap WNI diduga bergabung ISIS
Add a comment
How does this make you feel?
There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.