Indonesia

Atlet angkat besi siap harumkan nama Indonesia di Olimpiade Rio 2016

Jennifer Sidharta, Santi Dewi

This is AI generated summarization, which may have errors. For context, always refer to the full article.

Atlet angkat besi siap harumkan nama Indonesia di Olimpiade Rio 2016
Mari mengenal lebih dekat ke-7 atlet angkat besi yang akan membawa nama Indonesia dalam Olimpiade Rio pada bulan Agustus mendatang

This compilation was migrated from our archives

Visit the archived version to read the full article.

 

 

JAKARTA, Indonesia – Indonesia mengirimkan 28 atlet ke ajang Olimpiade Rio di Brasil pada bulan Agustus mendatang. Ke-28 atlet itu terjun di 7 cabang olahraga.

Pemerintah Indonesia berharap bisa memperoleh emas dari beberapa cabang olah raga, salah satunya angkat besi. Rappler berkesempatan untuk bertemu 7 atlet angkat besi yang dikirim ke Rio de Janeiro, Brasil sebelum mereka berangkat menuju ke Cape Town untuk berlatih di sana selama 20 hari. Berikut profil mereka:

1. Triyatno (Metro Lampung, 20 Desember 1987)

Berawal dari mengikut ajakan teman dan melihat-lihat tempat latihan angkat besi di Metro Lampung, pria yang akrab disapa Tri ini kemudian diajak pelatih Yon Haryono menggeluti angkat besi.

“Dia memberi motivasi, nanti kalau kamu juara bisa dapet segala macem. Bisa sekolah gratis,” ujar Tri menirukan kalimat pelatih Yon.

Karena olahraga pertama yang dikenalnya adalah angkat besi, Tri kemudian menekuni dunia ini. Selain itu, dahulu di Metro Lampung tidak ada sekolah olahraga yang khusus, selain sasana latihan angkat besi.

Setelah lulus sekolah dasar, tepatnya sekitar tahun 2000, Tri mulai berlatih angkat besi.

PERAIH DUA MEDALI DI OLIMPIADE. Tri Yatno merupakan salah satu atlet angkat besi yang diunggulkan karena sebelumnya sudah pernah meraih medali perunggu dan perak di Olimpiade Beijing serta London. Foto oleh Karma Gurung/Rappler    

Persiapan Olimpiade Rio 2016

Dalam menghadapi Olimpiade Rio, Tri mengaku sudah siap, terlebih ini bukan Olimpiade pertama yang dia hadapi. Sebelumnya, Tri berhasil meraih medali perunggu di Olimpiade Beijing tahun 2008 dan medali perak di Olimpiade London pada tahun 2012.

“Persiapan untuk Olimpiade Rio alhamdulillah cukup bagus, progress-nya ada. Terus kemarin kita sudah melakukan try out ke Uzbekistan jadi insya Allah kita siap, harus siap ke Rio,” kata Triyatno.

Salah satu lifter terbaik Indonesia ini mengaku targetnya tidak muluk-muluk, yaitu mencapai total angkatan 340 kg.

Bagi Tri, pengalaman baru berlatih dengan pelatih asing dan melakukan program baru adalah sisi positif menjadi anggota tim weightlifter Indonesia yang akan dikirim ke olimpiade Rio.

“Dari segi latihan kita udah, kita mendatangkan pelatih asing ‘kan, nah di situ program dari awal udah mulai berubah drastis,” kata Tri, menambahkan program itu mendorong dirinya keluar dari zona nyamannya.

2. Ketut Ariana (Denpasar, 6 Desember 1989)

DIPENGARUHI KAKAK. Ketut mengatakan tertarik menjajal olah raga angkat besi karena diajak kakaknya. Foto oleh Karma Gurung/Rappler     

Ketut pertama kali mengenal angkat besi karena ikut kakaknya. Dia mengatakan kalau kakaknya mengajak untuk mencoba olahraga lain, mungkin dia kini tidak menjadi seorang lifter.

“Lama-lama jadi suka, datang latihan sendiri jadinya,” kata pria yang menjadi atlet angkat besi sejak 2005 ini.

Dia mengaku salah satu keuntungan yang diperoleh selama menjadi atlet yakni bisa jalan-jalan ke luar negeri, mengenal budaya asing serta orang dari negara lain.

Namun, menjadi weightlifter juga berarti Ketut seringkali jauh dari keluarga.

“Kalau keluarga ada yang sakit kita enggak bisa nengok,” katanya sendu.

Persiapan Olimpiade Rio 2016

Ketut mengaku telah menyiapkan diri untuk mengikuti Olimpiade Rio 2016, sejak menyelesaikan Asian Games 2014.

“Persiapan itu buat praolympic dua kali. Terus 2015 juga pra-olympic, dan itu lanjut sampai sekarang.”

Selain latihan rutin, Ketut juga mengikuti training camp pada 2015.

“Pelatih enggak pernah menargetkan medali sih, cuma kita ditargetin total angkatan. Kalau total angkatan yang ditargetin sama pelatih itu tercapai, itu pasti bisa medali,” kata Ketut.

Sebagai atlet yang akan berlomba di kelas 69 kg, Ketut ditargetkan mencapai total angkatan 340 kg.

Lalu, apa hal yang paling menarik yang dialaminya selama masa karantina untuk Olimpiade Rio?

“Kebersamaan kita. Kami selalu bersama sih, udah kayak saudara semuanya. Saling mengingatkan, saling menasehati, kalau kita lagi enggak semangat disemangatin. Kalau kita lagi sakit dijenguk, dibantu,” tuturnya. 

Tim angkat besi Indonesia telah berlatih sejak Januari 2016, tetapi sang pelatih asing datang sejak April. Sejak Januari pula ketujuh atlet angkat besi ini dikarantina di Arsonia Orchid, Jakarta.

Latihan dilakukan pagi dan sore, masing-masing sekitar tiga jam. “Pagi jam sembilan sampai jam 12, terus sore dari jam empat sampai jam tujuh,” kata dia.

3. Dewi Syafitri (Bekasi, 10 Februari 1993)

BANGGA JADI ATLET ANGKAT BESI. Dewi bersama Yuni akan membela Indonesia di Olimpiade Rio pada bulan Agustus. Dia mengaku bangga bisa menjadi atlet angkat besi, olah raga yang umumnya didominasi laki-laki. Foto oleh Karma Gurung/Rappler     

Seperti Ketut, Dewi juga mencoba angkat besi karena mengikuti kakaknya berlatih.

“Aku mau coba-coba aja angkat besi. ‘kan mantep ‘kan, cewe (tapi bisa) angkat besi.”

Persiapan Olimpiade Rio 2016

Senjata andalan Dewi mempersiapkan diri mengikuti Olimpiade Rio adalah melakukannya dengan bersemangat.

“Latihannya lebih semangat lagi. Jangan lupa berdoa,” kata satu dari dua atlet angkat besi perempuan yang dikirim ke Olimpiade Rio ini.

Latihan yang selalu di-push adalah tantangan bagi Dewi, walau diakuinya itu membuatnya tambah kuat.

 

“Angkatannya ‘kan naik, bagus jadinya,”ujar Dewi.

Saat ditanya mengenai target untuk Olimpiade Rio, Dewi menjawab akan memberikan yang terbaik bagi rakyat Indonesia. Sementara untuk angkatan ia menarget Snatch 90 kg, Clean & Jerk 115 kg. Dewi juga berharap bisa meraih medali emas.

Selama latihan untuk berkompetisi di Olimpiade Rio, Dewi menganggap bagian paling menarik adalah latihan dan kebersamaan yang dirasakannya.

4. Muhammad Hasbi (Bekasi, Jawa Barat, 12 Juli 1992)

TANTANGAN SAAT OLIMPIADE. Muhammad Nasbi, salah satu atlet putra angkat besi mengatakan tantangan yang dihadapi saat Olimpiade Rio adalah cidera dan lelah akibat latihan intensif. Foto oleh Karma Gurung/Rappler      

Salah satu pelatih kepala di Bekasi mengajak pria yang akrab disapa Abi ini ikut latihan angkat besi. Dia menjawab tawaran itu, 3 hari kemudian dengan datang ke tempat latihan di Bekasi.

“Akhirnya latihan, latihan, latihan sampai sekarang,” tutur Hasbi sambil menyebut dia menekuni angkat besi karena faktor kebetulan dan ketidaksengajaan.

Persiapan Olimpiade Rio 2016

Persiapan fisik, mental, hingga latihan teknis membuat Abi merasa hamper 100 persen yakin akan penampilannya di Olimpiade Rio.

Targetnya di olimpiade, secara pribadi, adalah melakukan yang terbaik. Sementara, dari kepala pelatih menargetkan angkatan 142 kg dan 178 kg.

“Angkat yang maksimal,” kata Hasbi. “Syukur-syukur lebih dari latihan,” ujarnya lagi.

Jika, atlet lain menikmati masa persiapan Olimpiade, bagi Abi tak semuanya selalu menyenangkan. Porsi latihan yang intensif menyebabkan atlet lelah. Belum lagi jika tiba-tiba terkena cidera, maka hal tersebut bisa mengganggu latihan.

Pelatih telah menetapkan jadwal latihan dalam satu pekan terdapat 6 hari untuk berlatih. Sementara, sisanya di hari Minggu digunakan para atlet untuk beristirahat.

Pada “minggu berat” mereka berlatih sehari dua kali, pagi dan sore, tepatnya jam 09:00-12:00 serta 16:00 – 19:00 Sementara, pada “minggu ringan” repetisi angkatan dikurangi bebannya.

Namun, persiapan Olimpiade bagi Abi bukanlah beban, melainkan tantangan. “Ini ‘kan persiapan enggak main-main, jadi harus (dipandang sebagai) tantangan.”

Usai Olimpiade, Abi juga bersiap mengikuti PON. Walau sebelumnya diberitakan namanya dicoret dari PON, pada Maret silam ia mengikuti dan lulus tes ikut PON. 

“Saling support satu sama lain,” katanya, senada dengan Ketut. 

Usai Olimpiade Rio, Dewi dan atlet-atlet angkat besi setimnya akan mempersiapkan diri untuk PON 2016. 

5. Deni (Bogor, Jawa Barat, 26 Juli 1989)

BEASISWA SEKOLAH. Deni mengaku tertarik menekuni olah raga angkat besi karena ada beasiswa sekolah yang menawarkan program tersebut. Foto oleh Karma Gurung/Rappler   

Berbeda dari atlet yang lain, Deni mengaku kenal olah raga angkat besi dari guru olah raganya di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). Dia mengenal olah raga itu melalui ekstrakurikuler.

“Dulu tertariknya (dengan angkat besi) karena ada beasiswa sekolah,” kata pria yang sempat mencoba gulat, tetapi berpaling ke olah raga lain.

Deni menyebut peluangnya untuk maju di bidang olah raga ini lebih baik. Selain gulat, dia sempat tertarik untuk menjajal olah raga sepak bola. Tetapi, peluang untuk bisa terpilih lebih kecil lagi. Dalam satu kecamatan saja, kata Deni, ada banyak atlet sepak bola yang harus diseleksi.

“Sementara, atlet angkat besi bisa langsung membawa nama kabupaten maupun provinsi,” ujar atlet yang baru saja menyabet medali perunggu dalam Kejuaraan Angkat Besi Asia pada bulan April lalu.

Persiapan Olimpiade Rio 2016

Persiapan Deni untuk Olimpiade Rio antara lain dengan menjaga pola makan, istirahat, dan menjaga disiplin.

“Ada (pantang makanan). Goreng-gorengan,” tambah Deni. “Cuma karena kita orang Indonesia, masih awam mah, makan aja. Kalau kelihatan ya paling diomelin,” tuturnya lagi.

Target Deni untuk Olimpiade yakni memperlihatkan angkatan yang telah dilatihnya, dengan target total angkatan 325 hingga 330 kg.

“Setidaknya bisa lebih baik dari angkatan yang olympic lalu.”

Ia menyatakan lebih semangat berlatih karena Olimpiade semakin dekat, walau itu berarti dia masih harus meninggalkan anak dan isterinya.

“Kangen (anak dan istri),” kata Deni.

Sejak bulan Januari lalu, dia meninggalkan keluarganya karena dikarantina untuk persiapan Olimpade. Deni mengaku masih bisa pulang untuk bertemu keluarganya seminggu sekali, tetapi setelah itu harus kembali ke tempat karantina.

Keluarga para atlet angkat besi sempat menjenguk pada tanggal 8 Juli, karena sore harinya mereka berangkat ke Cape Town, Afrika Selatan, untuk berlatih sebelum lanjut terbang ke Rio, Brazil, pada 28 Juli 2016.

Sama seperti atlet lainnya yang dikarantina selama berbulan-bulan, Deni merasa hubungan di antara atlet lebih dekat dan kompak.

“Kami sudah seperti keluarga di sini,” ujarnya.

6. Eko Yuli Irawan (Lampung, 24 Juli 1989)

BERJUANG DI OLIMPIADE RIO. Eko Yuli Irawan merupakan atlet unggulan dari cabang angkat besi karena dalam dua Olimpiade sebelumnya, dia berhasil meraih medali perunggu. Foto oleh Karma Gurung/Rappler    

Eko mengaku jatuh cinta terhadap olah raga angkat besi bukan sesuatu yang disengaja. Ketika masih kecil dulu, sama seperti anak-anak pada umumnya, Eko hanya ingin bermain sepak bola. Tetapi, di dekat rumahnya di Lampung terdapat sebuah sasana untuk berlatih angkat besi. 

“Kemudian saya berlatih di sana dan sempat mengikuti kejuaraan tingkat junior dan menang,” ujar Eko. 

Melihat potensi yang demikian besar, sang pelatih ketika itu menyarankan Eko untuk ikut di kejuaraan yang lebih tinggi. Terlebih di kejuaraan yang lebih tinggi, dia bisa memperoleh bonus. 

“Saya pikir-pikir bisa ikut membantu orang tua. Akhirnya maju lagi dan ternyata bisa hingga menembus di Olimpiade,” katanya. 

Persiapan Olimpiade Rio

Pola pelatihan intensif menjelang Olimpiade sudah dilalui para atlet sejak bulan Januari lalu. Eko mengisahkan pola tersebut tidak mengalami banyak perubahan ketika memasuki bulan Ramadan. Menurutnya, berlatih di saat puasa hanya perlu memainkan sugesti pikiran. 

“Kami harus mencamkan di dalam pikiran, bagaimana walau tidak makan tetapi tetap memiliki kekuatan dan mengangkat sekian angkatan,” kata peraih medali perunggu di Olimpiade London tahun 2012 lalu. 

Dia menyebut, jika saat berpuasa bisa mengangkat hingga 90 persen angkatan, maka seharusnya ketika tak berpuasa angkatan yang diangkat bisa lebih berat lagi. 

Lalu, apa target Eko di Olimpiade Rio? Dia mengaku tak ingin muluk-muluk dan bersedia memberikan yang terbaik. Khawatir akan mengecewakan pendukungnya, Eko memilih tak menjanjikan apa-apa. 

“Kami hanya bisa berusaha yang terbaik. Kalau ditanya apakah ingin mendapat medali emas, tentu setiap atlet berharap bisa meraih itu,” ujar Eko.

Tetapi, itu semua perlu melihat kondisi, strategi yang digunakan oleh lawan dan kerjasama tim. Indonesia, katanya perlu mewaspadai beberapa tim andalan antara lain dari Tiongkok, Korea Utara, Korea Selatan dan Kolumbia. 

7. Sri Wahyuni (Bandung, 13 Agustus 1994)

ANGKAT BESI. Satu dari dua perempuan atlet angkat besi, Sri Wahyuni yang ikut berjuang dalam Olimpiade Rio di Brasil pada bulan Agustus. Foto oleh Karma Gurung/Rappler   

Sri Wahyuni kepincut olah raga angkat besi, karena melihat sang adik yang sudah lebih dulu terjun di bidang itu. Tidak diduga, karir perempuan yang akrab disapa Yuni itu justru lebih moncer dari adiknya.

Kini, dia termasuk salah satu dari dua atlet perempuan yang akan bertanding di Olimpiade Rio di Brasil. Terlebih, ini menjadi keikutsertaannya yang pertama di ajang Olimpiade.

“Waktu itu saya hanya ikut-ikutan adik saja. Dari sana, saya tertarik untuk ikut terjun di olah raga angkat besi,” ujar Yuni. 

Persiapan Olimpiade Rio

Kendati baru pertama kali ikut Olimpiade, tetapi Sri Wahyuni termasuk salah satu atlet yang diunggulkan meraih medali emas. Apa rasanya menjadi atlet yang diharapkan meraih medali? 

“Saya tidak merasakan beban apa pun. Justru, bisa ikut Olimpiade ini, saya malah senang, karena pada akhirnya bisa bertemu dengan teman dari berbagai negara dan berkomunikasi dengan mereka,” tutur Yuni. 

Lalu, apa persiapan Yuni dalam menghadapi Olimpiade Rio? Dia mengaku selain berlatih, dia juga mengkonsumsi vitamin dan akan menyiapkan peralatan yang nanti akan tiba di Rio. 

Bagi Yuni, lawan terberat yang perlu diwaspadai ketika Olimpiade Rio adalah tim dari Tiongkok. Mengapa? Sebab, setiap tahun, atlet Tiongkok selalu memperoleh medali emas bahkan dari kelas terkecil. 

“Sebenarnya, persiapan tim Tiongkok dengan Indonesia sama saja. Yang belum dimiliki oleh tim Indonesia, hanya keberanian dan keyakinan untuk mengalahkan mereka,” katanya yang menyebut tidak takut melawan tim Tiongkok. 

Yuni berharap rakyat Indonesia bisa terus memberikan dukungan dan doa bagi tim Merah Putih yang akan bertanding di ajang Olimpiade pada bulan Agustus nanti. – Rappler.com

Add a comment

Sort by

There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.

Summarize this article with AI

How does this make you feel?

Loading
Download the Rappler App!