Indonesia

Toni Syarifudin, perintis atlet BMX Indonesia di ajang Olimpiade

Sakinah Ummu Haniy

This is AI generated summarization, which may have errors. For context, always refer to the full article.

Toni Syarifudin, perintis atlet BMX Indonesia di ajang Olimpiade
Motivasi, prestasi, dan pengalaman jadi modal Toni untuk menghadapi lawan-lawannya di Olimpiade Rio 2016.

This compilation was migrated from our archives

Visit the archived version to read the full article.

JAKARTA, Indonesia—Gerimis baru saja usai ketika Toni Syarifudin, atlet BMX Indonesia untuk Olimpiade Rio 2016 memulai latihannya sore itu di Sirkuit BMX Muncar, Banyuwangi, Jawa Timur. Sore itu ia berlatih bersama satu orang atlet BMX lainnya, Rio Akbar yang masih menunggu sang pelatih, Dadang.

Rupanya Dadang tengah terjebak di kemacetan kota Banyuwangi.

Toni Syarifudin, pria asal Solo, Jawa Tengah, 25 tahun lalu, merupakan atlet Indonesia pertama yang mampu menembus kualifikasi untuk tampil bersaing di Olimpiade dalam cabang olahraga BMX.

Perkenalan dengan BMX

Toni Syarifudin mengenal olahraga BMX sejak tahun 2005, sekitar 11 tahun yang lalu, lewat teman-teman di sekitar rumahnya.

“Dulu pertamanya cuma main-main saja, ikut teman-teman, tetangga, kan pada main BMX. Akhirnya nyoba dan rasanya asyik juga,” ujar Toni kepada Rappler di sela-sela sesi latihannya.

Semula, sang ibunda sempat resisten terhadap olahraga ini, karena BMX merupakan olahraga ekstrim dan sering diidentikkan dengan anak nakal.

“Dulu pertamanya enggak didukung. Ibu takut, kan ini olahraga ekstrim, agak bahaya sih. Tapi kan kita juga pakai pengaman, pelindung lutut sama tangan. Akhirnya mungkin bapak ngasih tau ibu, lagian ini kan positif. Terus akhirnya didoain aja, dan akhirnya didukung sampai sekarang,” ujar Toni.

Selama 11 tahun bermain BMX, Toni pun sempat mengalami pasang surut motivasi. Namun ia punya cara jitu untuk menguatkan kembali motivasinya.

“Ngobrol sama orang tua, sama teman-teman, sama pelatih. Mereka aja bisa kenapa kita enggak. Jadi pokoknya enggak mau nyerah gitu aja,” katanya.

Perjalanan menuju Olimpiade

Para atlet BMX cilik menyaksikan Toni Syarifudin berlatih di sirkuit BMX Muncar, Banyuwangi, Jawa Timur. Foto oleh Karma Gurung/Rappler    

Masuk ke Olimpiade merupakan mimpi bagi seorang atlet BMX karena Indonesia belum pernah mengirimkan atlet sepeda di nomor manapun dalam sejarah Olimpiade. Namun karena kegigihan Toni dan semangat dari tim pelatih, kini mimpi tersebut jadi nyata.

“Dulu kan pertama kayaknya olimpiade itu terlalu berat buat saya. Terus pelatih, Pak Dadang, ngajak, ayo kita kejar Olimpiade. Terus akhirnya ya mau diajak latihan bareng, kan belum ada Pelatnas dulu. Akhirnya ya ikut-ikut balapan, nyari poin, dapet, terus enggak nyangka juga akhirnya bisa membawa Indonesia bisa ranking 19 dan akhirnya lolos,” tutur Toni.

Toni berada di kota kelahirannya, Solo, saat ia mendapatkan kabar gembira bahwa Indonesia lolos kualifikasi Olimpiade di cabang olahraga BMX. Meskipun kaget, Toni yang pada saat itu sedang menemani ayahnya yang sakit merasa bahagia dengan pencapaian tersebut. 

“Waktu itu aku di Solo, waktu bapak sakit. Aku dapat telepon dari teman, dari Perancis, katanya Indonesia lolos. Itu sekitar satu bulan yang lalu. Kaget juga, tapi juga senang,” katanya.

Tak hanya Toni, orang tuanya pun tak mengira anaknya bisa lolos ke kompetisi olahraga tertinggi di dunia tersebut.

“Orang tua juga senang. Kata bapak sih dia enggak sampai ngira kalau aku ke Olimpiade, tapi akhirnya bisa,” tuturnya.

Meskipun begitu, Toni memahami ia tidak bisa memasang target yang terlalu tinggi di Olimpiade nanti, mengingat perkembangan olahraga BMX di Indonesia masih baru dibanding negara-negara lain.

“Saya pengennya sih bisa bersaing, syukur-syukur sih bisa meraih medali,” katanya. Toni akan menghadapi 31 atlet dari 18 negara lain, termasuk saingan terberat yaitu Amerika Serikat, Belanda, Perancis, Latvia, dan Jepang.

Menjelang Olimpiade, intensitas latihan Toni memang meningkat. Namun sepertinya sarana yang tersedia belum memadai untuk atlet sekelas Toni yang akan berlaga di Olimpiade.

“Sekarang alhamdulillah sudah punya trek yang standar. Tapi kita masih belum supercross, yang di Brasil nanti kan perlombaannya supercross,” ujar Toni.

Dalam BMX supercross, rintangan yang digunakan lebih besar dan starting hill-nya setinggi delapan meter. Sementara sirkuit terbaik yang dimiliki Indonesia di Banyuwangi hanya setinggi lima meter.

Tim pelatih pun menyadari terbatasnya fasilitas yang tersedia di Indonesia masih belum cukup untuk memaksimalkan potensi yang dimiliki Toni. Oleh karena itu mereka berencana mengadakan training camp di Amerika satu bulan sebelum ke Brasil, namun masih belum terlaksana.

“Kemampuan kami untuk di trek, saya hanya bisa memaksimalkan beberapa item saja di Banyuwangi, karena nantinya di Olimpiade trek yang akan dilalui adalah supercross,” tutur sang pelatih Dadang Haries Purnomo.

Dadang menambahkan, adaptasi ke sirkuit yang memiliki standar sama dengan yang di Brasil adalah suatu keharusan jika ingin mendapatkan hasil yang maksimal di Olimpiade nanti.

“Kenapa di Amerika, ada beberapa faktor. Satu, Amerika memiliki perbedaan waktu dengan Brasil tidak begitu jauh, juga cuaca juga sama, dan replika dari sirkuit di Brasil itu ada di Amerika,” tuturnya.

Namun, dengan segala keterbatasan yang ada, intensitas latihan Toni tetap diperbanyak menjelang Olimpiade nanti. Tim pelatih pun harus memutar otak untuk memaksimalkan beberapa teknik yang bisa dilatih di trek yang terbatas.

Berprestasi dan berpengalaman

Karena prestasinya, Toni Syarifudin sempat mendapatkan beasiswa selama empat tahun dari World Cycling Center di Swiss. Foto oleh Karma Gurung/Rappler     

Berkat kecintaannya pada dunia BMX, Toni telah mengikuti berbagai ajang internasional. Dalam kompetisi internasional pertamanya di Thailand pada tahun 2008 ia langsung mendapatkan juara pertama.

Sejak saat itu, ia pun telah pergi ke berbagai negara untuk berkompetisi, bahkan ia sempat mendapatkan beasiswa selama empat tahun dari World Cycling Center di Swiss.

Bermodal pengalaman dan motivasi yang kuat, tim pelatih, Dadang Haries Purnomo dan Priyo Susanto, yakin Toni layak untuk mewakili Indonesia di Olimpiade.

“Tim pelatih sepakat untuk memilih Toni karena beberapa alasan. Pertama adalah karena memang Toni adalah yang terbaik untuk saat ini di Indonesia. Kedua Toni adalah yang terbaik untuk poin UCI secara individual. Oleh sebab itu kami sepakat mungkin saat ini Toni yang layak untuk dikirim ke Olimpiade,” ujar Dadang kepada Rappler.

“Kalau pandangan saya, memang saya melihat dia punya semangat yang cukup tinggi untuk mengejar prestasi dan cita-citanya. Sangat disiplin, dan sangat punya kemauan yang cukup keras.”

Hal serupa juga disampaikan sang asisten pelatih Priyo yang menganggap Toni memiliki motivasi yang sangat tinggi untuk mencapai Olimpiade.

“Personal motivasinya untuk masuk ke olimpiade termasuk tinggi. Sebelumnya kan kita enggak punya kuota untuk mengikuti poin olimpiade. Tetapi secara personal Toni tetap melakukan itu walaupun tidak ada biaya dari pemerintah. Dia termotivasi untuk berangkat sendiri,” ujar Priyo.

Harapan untuk BMX Indonesia di masa depan

Dengan lolosnya atlet BMX Indonesia ke Olimpiade untuk pertama kalinya, Toni berharap olahraga ini bisa mendapatkan tempat lebih banyak di masyarakat Indonesia.

“Harapan saya, BMX bisa menjadi olahraga yang famous di Indonesia kayak bulu tangkis, sepakbola. (Pengennya) semua orang tahu tentang BMX,” katanya.

Hal tersebut juga diamini oleh tim pelatih. Menurut Priyo, lolosnya BMX ke Olimpiade diharapkan dapat menghilangkan stigma ‘anak nakal’ yang biasa menjadi cap para pemain BMX.

“Ini kan BMX race, BMX kecepatan. Ada BMX freestyle, ada BMX flatland, itu kan mereka sifatnya cuma show, jadi mungkin kecenderungan untuk bermain anak-anak muda cuma di freestyle sama di flatland,” tutur Priyo. “Selama ini kita giring anak-anak yang suka bermain teknik dan dikolaborasikan dengan kecepatan kita giring ke sini.”

Selain itu, Priyo menambahkan, lolosnya BMX juga merupakan suatu prestasi besar yang bisa menjadi pioneer untuk kegiatan BMX di Indonesia selanjutnya

“Masuk ke olimpiade ini prestasi yang luar biasa sekali. Dari situ kita bisa menjadi pioneer, nanti setelah dari olimpiade kita mau bikin apa nih untuk BMX-BMX generasi indonesia, untuk menghasilkan Toni-Toni yang lain,” katanya. —Rappler.com

Dengan lolosnya atlet BMX Indonesia ke Olimpiade, Toni Syarifudin berharap olahraga ini bisa mendapatkan tempat lebih banyak di hati masyarakat. Foto oleh Karma Gurung/Rappler 

Add a comment

Sort by

There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.

Summarize this article with AI

How does this make you feel?

Loading
Download the Rappler App!