Siapa Freddy Budiman? 5 hal yang perlu Anda tahu

Rappler.com

This is AI generated summarization, which may have errors. For context, always refer to the full article.

Siapa Freddy Budiman? 5 hal yang perlu Anda tahu

AFP

Freddy Budiman adalah salah satu terpidana mati yang dieksekusi pada Jumat dini hari, 29 Juli

JAKARTA, Indonesia — Kejaksaan Agung telah melaksanakan eksekusi hukuman mati terhadap terpidana kasus narkoba pada Jumat dini hari, 29 Juli, di Pulau Nusakambangan, Jawa Tengah.

Dari 14 terpidana yang direncanakan untuk dieksekusi, akhirnya hanya 4 orang yang meregang nyawa. Di antaranya adalah Freddy Budiman, salah satu bandar narkoba terbesar di Indonesia.

Freddy pertama kali masuk penjara setelah terbukti atas kepemilikan 500 gram methamphetamine pada 2009 lalu. Setelah bebas pada 2011, ia pun ditangkap kembali akibat kepemilikan metamphetamine serta alat pembuatan narkoba. 

Ia mendapatkan vonis mati setelah terbukti tertangkap mengontrol peredaran 1,4 juta pil ekstasi dari balik jeruji besi. Kini ia telah mendapatkan eksekusi hukuman mati.

Menurut Jaksa Agung Muhammad Prasetyo, hak hukum Freddy sebelum dieksekusi sudah dipenuhi, termasuk permintaan terakhir yang diajukan.

Sebelum berhadapan dengan regu tembak, Freddy meminta supaya dikumpulkan anak-anak yatim untuk mendoakan dan berpesan agar dikuburkan di Surabaya, Jawa Timur, tempat asalnya.

Berikut 5 hal tentang Freddy Budiman yang mungkin belum Anda ketahui.

Terlibat di dunia narkoba sejak usia belasan tahun

Sejak usia belasan tahun, Freddy telah berkecimpung di dunia narkoba. Ia telah mencoba hampir seluruh jenis narkoba dari mulai putauw, sabu-sabu, dan inex, sejak di bangku sekolah di Surabaya. 

Setelah berhubungan bertahun-tahun dengan pengedar dan bandar narkoba, ia kadang diminta menjadi kurir atau menemani sang bandar bertemu dengan bandar besar di Jakarta.

Karir Freddy di ibu kota dimulai selepas SMA dan menemui temannya yang juga merupakan seorang bandar narkoba.

“Jadi di usia 20 tahunan dia sudah kenal bandar besar pemegang diskotik di daerah kota. Bahkan, mafia narkoba sudah dia kenal,” ujar seorang penyanyi dangdut yang dikabarkan dekat dengan Freddy, Anggita Sari, kepada media.

Dari pengalamannya malang melintang di dunia hitam, dengan cepat Freddy membangun jaringan di Tiongkok dan Belanda.

Membuat pabrik narkoba di dalam jeruji

Masuk ke penjara tak membuat Freddy jera. Ia bahkan mendapatkan vonis mati setelah terbukti tertangkap mengontrol peredaran 1,4 juta pil ekstasi dari balik jeruji besi.

Tak hanya mengedarkan, ternyata Freddy juga membangun pabrik narkoba jenis pil ekstasi selama berada di Lembaga Pemasyarakatan (LP) Cipinang pada 2013 lalu.

Menurut laporan Harian Terbit, Freddy menjadikan sejumlah narapidana sebagai karyawan dan memanfaatkan beberapa oknum sipir sebagai kurir.

Mendapatkan fasilitas hotel di Nusakambangan

Tak hanya sampai di situ, nampaknya Freddy memang memiliki pengaruh yang besar di lapas. Media melaporkan bahwa di Lapas Batu di Nusakambangan, Freddy ditempatkan di sel tahanan khusus yang lebih luas dari sel tahanan lainnya.

“Kalau narapidana lain harus berdesak-desakan dengan belasan hingga puluhan narapidana, Freddy ini seperti memiliki kamar sendiri,” kata Wakil Direktur Tindak Pidana Narkotika Bareskrim Polri Kombes Nugroho Aji.

Selain itu Freddy juga bisa berhubungan dengan dunia luar dengan membawa televisi dan telepon genggam. Fasilitas tersebut diduga yang memuluskan usaha narkoba Freddy dari balik jeruji besi.

Pernah memukul wartawan

Hubungan Freddy dengan awak media sempat bersitegang. Seorang juru kamera mendapatkan pukulan dari Freddy saat sedang meliput pemusnahan barang bukti di gedung Bareskrim Mabes Polri pada Agustus 2013 silam.

Freddy tampak beringas dan berusaha melempar sebuah botol minuman ke arah wartawan yang merekam dirinya yang sedang menyaksikan acara pemusnahan tersebut.

Freddy berontak dan mengejar wartawan yang terus menyorot kamera ke arahnya. Ia pun berhasil memukul seorang wartawan yang berasal dari salah satu stasiun televisi.

Sempat dikabarkan gabung ISIS

Awal tahun ini, Freddy sempat dikabarkan bergabung dan mengirimkan hasil penjualan narkobanya kepada Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS). Kemungkinan tersebut pun sempat diselidiki oleh Densus 88.

“Nanti saya cek ke Densus (Datasemen Khusus 88 Anti Teror), itu yang menyelidiki Densus,” kata Kapolri Jenderal Badrodin Haiti saat itu, ketika dikonfirmasi, pada 20 Januari 2016.

Namun ternyata kabar tersebut tidak terbukti.

“Setelah diselidiki ternyata tidak ada aliran ke sana (Suriah),” kata Kepala Badan Narkotika Nasional (BNN) Budi Waseso pada 22 Februari.

—Rappler.com

BACA JUGA:

Add a comment

Sort by

There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.

Summarize this article with AI

How does this make you feel?

Loading
Download the Rappler App!