Film pendek Indonesia ‘On the Origin of Fear’ masuk kompetisi Venice

Rappler.com

This is AI generated summarization, which may have errors. For context, always refer to the full article.

Film pendek Indonesia ‘On the Origin of Fear’ masuk kompetisi Venice
Film ini ingin melawan reproduksi kekerasan pada Zaman Orde Baru yang selalu menampilkan tayangan berdarah tiap 30 September

 

JAKARTA, Indonesia — Reproduksi kekerasan, terror, dan ketakutan atas nama sejarah adalah latar belakang film pendek yang ditulis dan disutradarai Bayu Prihantoro Filemon.

Berjudul On the Origin of Fear, film ini berhasil masuk dalam kompetisi Venice International Film Festival ke-73, pada program Orizzonti. Program Orizzonti sendiri adalah kompetisi bagi film yang menghadirkan temuan ekspresi dan estetika baru.  

“Dalam banyak peristiwa, tampak jelas bahwa kekerasan dan reproduksi kekerasan merupakan hak monopoli negara. Tak terkecuali bila negara dan sinema bekerja bersama untuk mereproduksi kekerasan, teror, dan ketakutan, dengan mengatasnamakan sejarah,” ucap Bayu, sang sutradara dalam rilis pers yang Rappler terima, pada Kamis, 28 Juli.

Film berdurasi 12 menit tersebut akan ditayangkan untuk pertama kalinya di festival film tertua di dunia, Venice International Film Festival 2016. 

On the Origin of Fear juga merupakan film debut Bayu sebagai sutradara. Sebelumnya, pria asal Yogyakarta ini adalah sinematografer film Istirahatlah Kata-Kata, Vakansi yang Janggal dan Penyakit Lainnya, serta Kisah Cinta yang Asu. Ketiga film tersebut juga telah berhasil menembus festival film internasional.  

Amerta Kusuma serta Yulia Evina Bhara, produser On the Origin of Fear menegaskan film tersebut adalah upaya mereka untuk melihat kembali sejarah yang selama ini kabur.

Berangkat dari trauma melihat reproduksi kekerasan dalam film yang pada zaman Orde Baru menjadi film yang selalu ditayangkan setiap 30 September, mereka memproduksi On the Origin of Fear

Produksi kolaborasi Limaenam Films, KawanKawan Film, serta Partisipasi Indonesia ini merupakan satu dari empat film pendek yang dibuat untuk menandai 50 tahun pasca tragedi 1965, menurut Amerta. 

Ia berharap ada ruang-ruang diskusi untuk membicarakan isu yang ditabukan tersebut dan memahami sejarah kelam Indonesia pada masa lalu. 

“Kami berharap ada inisiatif-inisiatif maju untuk mencoba menyelesaikannya agar sebagai generasi muda kita bisa menatap jauh kedepan, dan tidak mengulangi tragedi pada masa lalu,” ujar Amerta. —Rappler.com

Add a comment

Sort by

There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.

Summarize this article with AI

How does this make you feel?

Loading
Download the Rappler App!