Peluang Timnas di AFF 2016: Jangan berharap terlalu banyak

Mahmud Alexander

This is AI generated summarization, which may have errors. For context, always refer to the full article.

Peluang Timnas di AFF 2016: Jangan berharap terlalu banyak
Tiga rival Indonesia di grup A membuat peluang hampir mendekati nol untuk bahkan bisa lolos dari fase grup

JAKARTA, Indonesia — Proses drawing Piala AFF sudah selesai digelar di markas AFF di Kuala Lumpur, Malaysia, pada Selasa, 2 Agustus, malam. Indonesia dipastikan tergabung di grup A. 

Indonesia dalam ajang Piala AFF kali ini memang bukanlah tim unggulan lagi, seperti di AFF sebelum-sebelumnya. Karena itu, pot mereka ada di tim keempat, satu pot dengan tempat tim yang harus berjuang lolos dari kualifikasi Piala AFF.

Posisi tersebut memang tidaklah layak untuk tim sebesar Indonesia yang baru saja dicabut sanksinya oleh FIFA.

Tim polesan Alfred Riedl ini nantinya akan ada di grup A, bersama negara langganan juara dan terkuat di Asia Tenggara saat ini, Thailand. Selain itu, ada Filipina yang semakin matang sepak bolanya dan ada Singapura yang juga langganan juara Piala AFF.

Sementara itu, di grup lain tergabung Malaysia, Vietnam, Myanmar, dan satu tim yang belum diketahui karena masih menunggu siapa juara babak kualifikasi Piala AFF yang bakal digelar pada Oktober mendatang.

Melihat kans Indonesia untuk lolos, peluangnya memang sangat berat kalau mengharapkan menjadi juara grup. Melihat masa persiapan, kualitas pemain yang ada dan membandingkannya dengan kualitas permainan lawan, bisa lolos sebagai runner up grup di bawah Thailand sudah cukup bagus.

Analisa ini cukup logis, mengingat liga yang resmi di Indonesia sempat berhenti lama. Selain itu,pemain-pemain tak merasakan atmosfer pertandingan Internasional selama setahun terakhir. Hal ini pun diakui oleh pelatih Alfred Riedl beberapa waktu lalu.

“Kalau berbicara juara, tentu akan berat. Karena kita tahu, selama ini tim tidak pernah merasakan event internasional selama disanksi FIFA. Kita tidak tahu bagaimana perkembangan lawan, dan tidak tahu bagaimana kualitas lawan yang terus diasah di event internasional,” papar Riedl.

Tuan rumah jadi rival berat 

Bola itu bundar, roda terus berputar, dan pertandingan belum berakhir sebelum 90 menit. Hal itu pula yang sempat dilontarkan oleh asisten pelatih Wolfgang Pikal pada Rabu, 3 Agustus, dini hari setelah menerima hasil drawing Piala AFF.

Menurut dia, secara kualitas, tim terbaik yang ada di grup A tak dipungkiri adalah Thailand. Negeri Gajah putih itu juga menjadi unggulan pertama calon juara di Piala AFF kali ini.

“Kami pikir, tim yang paling bagus dari semua Timnas yang ada di grup A ini, nomor satu itu adalah Thailand,” ucap pelatih asal Austria tersebut.

Di SEA Games, Thailand menjadi momok bagi Indonesia, begitu pula di turnamen-turnamen lainnya. Perkembangan sepak bola di negeri Gajah Putih itu memang jauh di atas Indonesia. Mereka memiliki pemain-pemain muda top, yang selalu ditampilkan dan diberi jam terbang dalam turnamen-turnamen kelas dua seperti AFF ini.

Saat Indonesia menjadikan AFF sebagai tujuan, Thailand justru dua langkah di depan skuad Garuda. Mereka menjadikan AFF sebagai batu pijakan untuk menyiapkan tim yang akan digembleng untuk menghadapai kompetisi yang lebih tinggi.

Bagi Thailand, AFF bukan tujuan utama, tapi secara kualitas mereka mampu menjuarai ajang dua tahunan tersebut.

Pesaing kedua terberat adalah Filipina. Materi tim berjuluk The Azkals saat ini sudah semakin matang seiring tak tampilnya Indonesia di event luar negeri selama setahun terakhir.

Saat Indonesia sibuk merangkai kata, menata alasan tak pernah tampil di ajang internasional, Filipina sudah merasakan beberapa kali pertandingan internasional. Jangan kaget kalau Indonesia memang jauh tertinggal.

“Di grup A, tim terbaik nomor dua adalah Filipina. Mereka punya 50 persen pemain naturalisasi, sudah maju mereka. Mereka juga tuan rumah,” jelas Pikal.

Ya, ada banyak pemain naturalisasi di Filipina. Mulai dari pemain yang berdarah Amerika-Filipina, sampai Spanyol-Filipina yang banyak merumput di luar negeri.

Menyatukan pemain-pemain itu memang tidak mudah, namun dengan proses panjang yang telah dijalani Filipina yang menyiapkan diri sebagai tuan rumah, permainan dan kekompakan tim semakin mantap.

Belum selesai dengan Filipina, masih ada Singapura. Indonesia bisa saja tersandung di sini. Harus diakui, sebagai negara yang mengaku penggemar sepak bolanya terbesar di Asia Tenggara, Indonesia justru saat ini dipandang sebelah mata.

Pelatih yang ditunjuk adalah pelatih yang gagal, pernah dua kali tak bisa mencapai target yang dibebankan kepadanya.

Secara gaya permainan, semua tim sudah hafal cara Riedl bermain. Materi Indonesia juga sudah tak semewah dulu, yang banyak dihuni pemain naturalisasi. Itulah kenapa memang seharusnya tak perlu berharap terlalu banyak terhadap Timnas.

“Tapi bola itu bundar, semua bisa terjadi dan kami akan usaha maksimal untuk hasil yang terbaik (lolos ke final, red),” Pikal menandaskan.—Rappler.com

BACA JUGA:

Add a comment

Sort by

There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.

Summarize this article with AI

How does this make you feel?

Loading
Download the Rappler App!