Lagi, ABK Indonesia diculik kelompok bersenjata di perairan Malaysia

Santi Dewi

This is AI generated summarization, which may have errors. For context, always refer to the full article.

Lagi, ABK Indonesia diculik kelompok bersenjata di perairan Malaysia
Pelaku menculik kapten kapal yang merupakan WNI karena menolak untuk memberikan uang sebesar RM 10 ribu atau setara Rp 32 juta

JAKARTA, Indonesia – Walaupun militer dari ketiga negara sudah sepakat mengimplementasikan patroli bersama, rupanya hal tersebut tidak membuat nyali kelompok bersenjata menjadi ciut. Justru, mereka tetap beraksi seperti biasa.

Insiden penculikan kembali menimpa seorang Anak Buah Kapal (ABK) Indonesia ketika tengah menangkap ikan dengan menggunakan kapal pukat di perairan Kertam, Kuala Kinabatangan, Sabah. Peristiwa penculikan terjadi pada Rabu, 3 Agustus. Tetapi, pemilik kapal pukat baru melaporkannya pada Jumat.

Direktur Komando Keamanan Wilayah Sabah Timur (ESSCOM), Wan Abdul Bari Wan Khalid membenarkan laporan itu.

“Tetapi, ini bukan seperti aksi penculikan yang biasanya dilakukan. Polisi kini tengah menyelidiki hal tersebut. Saya tidak dapat mengatakan banyak hal saat ini,” ujar Abdul seperti dikutip laman The Star Malaysia pada Sabtu, 6 Agustus.

Abdul menyebut penculikan itu tidak seperti biasanya karena pelaku menuntut uang tebusan sebesar 10 ribu Ringgit Malaysia atau setara Rp 32 juta. Nominal uang tebusan yang diminta itu sangat kecil jika dibandingkan penculikan yang selama ini dilakukan oleh kelompok Abu Sayyaf di Filipina selatan.

Insiden terjadinya penculikan itu juga dibenarkan oleh Duta Besar Indonesia untuk Malaysia, Herman Prayitno. Menurut Herman kapal tempat WNI itu bekerja merupakan kapal penangkap udang dengan nomor registrasi SN6599/4/F dan terdiri dari 3 ABK.

“Dua di antaranya adalah WNI dan 1 orang warga Malaysia atau Bajau. Kapal mereka dicegat oleh sebuah kapal yang dinaiki oleh 4 laki-laki bersenjata api,” ujar Herman melalui pesan pendek kepada Rappler pada Minggu dini hari, 7 Agustus.

Herman pun membenarkan jika kelompok bersenjata itu sempat meminta uang, tetapi permintaan tersebut tidak dipenuhi. Maka kelompok itu membawa kapten kapal yang merupakan WNI.

“Sementara, 2 ABK lain dilepas dan kejadian itu baru dilaporkan ke polisi pada tanggal 5 Agustus. Kedua ABK saat ini berada di area Sandakan,” kata Herman.

Menurut Herman, insiden ini sudah ditangani oleh Polisi Kerajaan Malaysia, KJRI Kota Kinabalu dan Konsulat Indonesia di Tawau. Ketiga pihak itu, kata Herman, tengah mendalami kasus tersebut dan mencegah agar tidak kembali terulang.

Ketika ditanya apakah pelaku penculikan juga merupakan kelompok Abu Sayyaf, Herman mengaku belum mengetahuinya. 

Dengan adanya kejadian ini, maka total WNI yang diculik oleh kelompok bersenjata menjadi 11 orang. Sementara, 3 Menteri Pertahanan pada Selasa, 2 Agustus kembali bertemu di Bali untuk merumuskan standar operasi prosedur (SOP) untuk melakukan patroli perairan bersama.

Menurut Menteri Luar Negeri Retno Marsudi, ada 6 butir kesepakatan yang dihasilkan dari pertemuan trilateral tersebut yakni:
1. patroli bersama
2. pemberian bantuan darurat
3. pertukaran informasi dan intelijen
4. hotline communication
5. latihan bersama
6. sistem identifikasi otomatis

“Kami tentu berharap agar enam butir kesepakatan itu bisa segera diimplementasikan karena penting sekali untuk diterapkan di lapangan dan menghindari terjadinya penculikan di masa mendatang,” kata Retno di Istana Negara pada Rabu, 3 Agustus

Pertanyaannya, berhasilkah patroli bersama mencegah aksi penculikan kembali terulang? – Rappler.com

BACA JUGA:

 

Add a comment

Sort by

There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.

Summarize this article with AI

How does this make you feel?

Loading
Download the Rappler App!