Philippine economy

Leicester City vs Manchester United: Tuntaskan dendam lama

Agung Putu Iskandar

This is AI generated summarization, which may have errors. For context, always refer to the full article.

Leicester City vs Manchester United: Tuntaskan dendam lama
Roda zaman terus berputar. Ia yang dulu disebut pecundang, kini berstatus sebagai juara bertahan.

JAKARTA, Indonesia  — “Saya heran, selama bertahun-tahun di Inggris, dia masih saja kesulitan untuk sekadar bilang good morning,” kata Jose Mourinho.

Kalimat pedas itu meluncur dari mulut lelaki Portugal tersebut dalam sebuah konferensi pers pada 2008 silam. Dengan cepat media menyambungkannya pada pelatih Juventus saat itu: Claudio Ranieri.

“Masalah saya cuma satu: Saya semakin baik dalam berbagai hal. Dan saya selalu menuntut diri saya lebih dari siapapun,” ucapnya lagi.

Ya, Mourinho dan Ranieri saling sengit saat keduanya sama-sama melatih tim Italia. Dan media terus memanaskan perseteruan mereka. Ejekan tersebut meluncur untuk mengomentari kata-kata Ranieri sebelumnya.

“Saya tidak seperti Mourinho yang harus memenangi segalanya hanya untuk membuktikan sesuatu,” kata Ranieri sebelumnya.

Perang psikologis keduanya memang terus terjadi. Terutama setelah Mourinho menggusur posisi Ranieri di Chelsea. Mourinho langsung mengirim ejekan untuknya. “Chelsea ingin juara. Makanya mereka memilih saya,” ujar The Special One, julukan Mou.

Kala itu, ia memang bebas mengomentari siapa saja. Sebagai pelatih muda yang meraih Liga Champions bersama FC Porto dan meraih gelar domestik di mana pun dia berkiprah, Mourinho dianggap sosok pelatih sempurna. Lawan sepadannya saat itu hanya Josep “Pep” Guardiola di Barcelona.

Namun, 8 tahun kemudian, segalanya sudah berubah. Dalam laga pembuka kompetisi Liga Primer, Community Shield, antara Leicester City melawan Manchester United, pada Minggu, 7 Agustus, pukul 22:00 WIB di Stadion Wembley, Ranieri bukan lagi pecundang—istilah yang kerap Mourinho sematkan untuk seterunya itu.

Dia adalah pelatih tim juara bertahan, Leicester City.

Claudio Ranieri beserta anak asuhnya di Leicester City saat rebut gelar Liga Primer Inggris musim 2015/2016. Foto dari Facebook/lcfc

Sebaliknya, Mourinho berstatus sebagai pelatih debutan Manchester United. Tim berjuluk Setan Merah itu menjadi pelabuhan baru baginya setelah tahun ketiganya di Chelsea porak poranda musim lalu.

Dengan status yang lebih superior itulah, Ranieri kini mulai berani mengirim pembalasannya kepada Mourinho. “Saya tidak akan mengalami gagal total seperti dia. Karena perubahan yang saya lakukan adalah membangun pondasi,” katanya.

Ranieri meminta pasukannya melupakan musim lalu. Segalanya kini harus kembali dimulai lagi. Dia juga masih merasa bahwa Leicester adalah tim kecil. Sebab, dia tak ingin anak asuhnya masih mengalami romantisme juara. Akibatnya, mereka tak menyiapkan diri di musim baru yang tentu saja bakal lebih keras.

“Apa yang terjadi musim lalu? Saya sudah lupa,” katanya.

Melawan United, Leicester bakal menargetkan kemenangan. Sebab, musim lalu, dua kali mereka bermain seri di Liga Primer, baik saat bertarung di King Power Stadium maupun di Old Trafford.

“Ini bukan pertandingan eksibisi. Kami harus meraih kemenangan karena United pasti juga bakal sangat ngotot,” katanya.

Ujian bintang baru Setan Merah

Musim ini, tak banyak perubahan yang terjadi di tubuh The Foxes. Wes Morgan dan kawan-kawan hanya kehilangan N’Golo Kante yang dilepas ke Chelsea. Selebihnya, komposisi pemain masih sama.

Memang, winger Riyad Mahrez sempat disebut bakal pindah. Tapi hingga laga pembuka musim akan digelar, dia masih terlihat di Leicester.

Ranieri juga menambahkan sejumlah nama baru. Di antaranya Nampalys Mendy yang diboyong dari Nice. Dia akan mengemban tugas sebagai pengganti Kante. Mendy bakal diplot untuk menjadi palang pintu pertama sebelum lawan menghadapi kuartet pertahahan.

Selain itu, ada Ahmed Musa. Pemain yang direkrut dari CSKA Moskow tersebut bisa dimainkan sebagai penyerang sayap atau penyerang kedua sebagai rekan duet superstar Jamie Vardy.

Musa sudah menunjukkan kemampuannya saat mencetak gol ke gawang Barcelona dalam laga pramusim. Dia bahkan melakukannya dengan solo run dari lapangan tengah.

Dalam laga nanti malam, Leicester hanya akan kehilangan Robert Huth. Bek jangkung berkebangsaan Jerman itu absen karena menjalani akumulasi kartu.

Sebaliknya, United kehilangan banyak pilarnya. Mereka adalah Bastian Schweinsteiger, bek Chris Smalling, Timothy Fosu-Mensah, dan Cameron Borthwick-Jackson.

Namun, Mourinho tak perlu khawatir. Absennya para pemain tersebut justru membuatnya leluasa menjajal pemain anyar.

Ibrahimovic bisa dipasang sebagai ujung tombak. Performanya di agenda tur pramusim United menunjukkan bahwa dia masih bertaji untuk bersaing di Inggris.

Di belakang bomber Swedia tersebut, Mourinho bisa memasang trio lini kedua Henrikh Mkhitaryan, Wayne Rooney, dan Anthony Martial.

Sayang, kondisi fisik bakal jadi masalah bagi United. Mourinho mengatakan bahwa agenda tur pramusim di China berlangsung buruk karena cuaca. Akibatnya, program latihan pemain terganggu. Kebugaran mereka tidak maksimal.

“Ada pemain yang tak bisa bermain 90 menit. Tapi kita akan melihat apa yang bisa kita lakukan dalam laga ini,” katanya.—Rappler.com  

Add a comment

Sort by

There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.

Summarize this article with AI

How does this make you feel?

Loading
Download the Rappler App!