Eko Yuli persembahkan medali perak di cabang angkat besi

Rappler.com

This is AI generated summarization, which may have errors. For context, always refer to the full article.

Eko Yuli persembahkan medali perak di cabang angkat besi

EPA

Eko sebelumnya raih perunggu di Olimpiade Beijing 2008 dan London 2012


JAKARTA, Indonesia — Atlet Eko Yuli Irawan berhasil mempersembahkan medali perak bagi kontingen Indonesia pada cabang angkat besi kelas 62 kilogram Olimpiade Rio 2016 Senin malam, 8 Agustus, waktu setempat, atau Selasa pagi, 9 Agustus WIB.

Dalam pertandingan di Pavilion 2 kompleks olahraga Riocentro, Rio de Janeiro, Brasil, Eko mencatat total angkatan 312 kilogram, hasil dari 142 kg Snatch dan 170 kg Clean & Jerk.

Eko yang pada Olimpiade Beijing 2008 dan London 2012 masing-masing mendapat perunggu itu, sempat mencoba 146 kg pada kesempatan kedua dan ketiga Snatch namun gagal.

Begitu pula saat mencoba menaikkan beban angkatan ke 176 kg dan 179 pada kesempatan kedua dan ketiga Clean & Jerk, namun kembali gagal.

Persaingan keras terjadi antara Eko dengan lifter Kolombia, Oscar Albeiro Figueroa Mosquera, yang memiliki berat badan lebih ringan dari Eko.

Mosquera meraih emas dengan angkatan total 318 kg (142 Snatch, 176 Clean & Jerk). Sedangkan medali perunggu diambil oleh atlet Kazakhstan, Farhad Kharki, dengan total angkatan 305 kg.

Masalah atlet Indonesia ada di nutrisi

Meski demikian, manajer tim angkat besi Indonesia, Alamsyah Wijaya, dan staf pelatih sempat tampak kecewa. Menurut Alamsyah, Eko sebenarnya bisa meraih medali emas. 

“Hasil ini sebenarnya terbilang luar biasa melihat masa persiapan efektif yang hanya tujuh bulan. Ini memang hasil terbaik yang bisa dicapai saat ini. Pemusatan latihan di Afrika Selatan cukup efektif untuk meningkatkan performa para lifter,” kata Alamsyah dalam rilis pers yang diterima Rappler, Selasa.

Ia menambahkan, strategi yang dipakai dalam Olimpiade Rio sudah sesuai karena para lifter juga sudah sering berhadapan di bermacam kejuaraan. 

“Jika power-nya ada, strategi akan berjalan baik. Saya pikir masalahnya ada di nutrisi. Tapi apapun itu, kami tetap  bersyukur. Kami juga berterima kasih pada semua pihak, termasuk pemerintah, melalui Menpora, yang sudah banyak mendukung kami,” urai Alamsyah.

Sementara Ketua Umum Persatuan Angkat Berat Besi dan Binaraga Seluruh Indonesia (PABBSI) Rosan P. Roslani mengaku bangga dan bersyukur atas dua medali perak yang berhasil diraih atlet angkat beban, Eko dan Sri Wahyuni. 

“Suatu prestasi yang membanggakan, tidak mudah dicapai, dan kami bangga atas prestasinya. Untuk nomor berikutnya, masih ada Triyatno dan kami berharap Triyatno bisa mendapat medali,” kata Rosan.

Sementara itu, atlet Indonesia lainnya yang bertanding di kelas yang sama, Muhammad Hasbi, finish di peringkat 7 dari 9 lifter dengan total angkatan 290 kg (130 kg Snatch, 160 kg Clean & Jerk).

Sebelumnya pada Olimpiade 2016 ini, cabang angkat besi Indonesia telah menyumbangkan medali perak melalui lifter Sri Wahyuni di kelas 48 kg putri.

Indonesia masih berpeluang menambah medali melalui kelas 69 kg dan 77 kg putra. Akan ada 3 atlet Indonesia lainnya yang akan bertanding di cabang angkat besi. Mereka adalah Deni, Ketut Triana, dan Triyatno.

Figueroa menangis ketika dikalungkan medali emas

Figueroa, berlutut dan menangis ketika ia berhasil menyabet medali emas, pada 8 Agustus 2016. Foto oleh Larry W. Smith/EPA

Peraih medali emas, Figueroa, berlutut dan menangis ketika ia berhasil menyabet medali emas malam itu. Meski gagal mengangkat 179kg pada final attempt Clean & Jerk.

Atlet berusia 33 tahun itu sebelumnya mendapat medali perak pada Olimpiade London 2012. Dukungan suporter Kolombia yang datang ke Brasil — sesama negara di Amerika Latin — dinilai membantu semangat Figueroa untuk mengangkat beban.

Figueroa sebelumnya dilaporkan dihukum 16 bulan penjara akibat pencurian mobil, yang menganggu persiapannya ke Olimpiade Rio. Ia masih tetap menangis 15 menit kemudian, ketika dikalungkan medali emas ke lehernya. 

Ia juga menangis ketika lagu kebangsaan Kolombia dinyanyikan saat pemberian medali, diikuti paduan suara oleh sekitar 2.000 pendukung Kolombia di arena Riocentro Pavilion 2. 

Figueroa merupakan salah satu atlet angkat besi yang memiliki cerita unik. Ia dan keluarganya dipaksa harus mengungsi dari rumahnya ketika berusia 9 tahun akibat konflik antara pemerintah Kolombia dan pejuang gerilya.

Pada Olimpiade Rio tahun ini, ia kembali dari cedera serius yang menghantamnya saat merengkuh medali perak di London 2012.

Pertandingan kelas 62 kg putra tersebut diwarnai dengan tersisihnya lifter Tiongkok pemegang rekor dunia Clean & Jerk, Chen Lijun.

Lijun, yang sempat difavoritkan tersebut, mengalami cedera kaki kanan ketika mencoba angkatan 143 kg Snatch. —Rappler.com

BACA JUGA:

Add a comment

Sort by

There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.

Summarize this article with AI

How does this make you feel?

Loading
Download the Rappler App!