Buntut pengeroyokan wasit, Menpora kirim surat peringatan pada operator ISC

Mahmud Alexander

This is AI generated summarization, which may have errors. For context, always refer to the full article.

Kekerasan masih menghiasai pertandingan sepak bola nasional.

Foto: Twitter resmi Indonesia Soccer Championship.

 

JAKARTA, Indonesia — Kasus kericuhan yang terjadi pada laga kompetisi Indonesia Soccer Championship (ISC) B, pada Minggu, 7 Agustus lalu, dalam laga PSS Sleman vs Persinga Ngawi membuat pemerintah gerah.

Mereka meminta operator kompetisi, PT Gelora Trisula Semesta (GTS), bertindak lebih keras dalam menjaga disiplin pertandingan.

Tak tanggung-tanggung, Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora) sudah mengirimkan surat peringatan. Surat peringatan bertanggal 9 Agustus telah masuk ke meja PT GTS, pada Rabu, 10 Agustus.

Dalam surat 737/D.IV/VIII/2016, ada 4 poin yang diutarakan oleh pemerintah. Surat yang yang ditandatangani Deputi IV Kemenpora Gatot S Dewa Broto juga memiliki klasifikasi sangat segera.

Artinya, itu harus segera direspon, dan harus segera ditindaklanjuti permintaan yang dicantumkan dalam surat tersebut. Pemerintah ‎meminta agar PT GTS menindaklanjuti pelanggaran yang terjadi di kompetisi kasta kedua Indonesia.

Surat peringatan tersebut muncul menyusul kericuhan terjadi saat laga PSS Sleman kontra Persinga Ngawi. Asisten wasit dalam laga tersebut dihajar, dipukul, dan ditendang oleh kubu Persinga yang kalah 0-3.

Tak hanya itu, dalam gambar yang beredar di YouTube, perlakukan pemain terhadap pengadil di pinggir lapangan sangat brutal. 

Dalam laga yang berakhir 3-0 untuk kemenangan PSS Sleman tersebut, laga sempat terhenti beberapa kali akibat protes berlebihan Persinga Ngawi. 

Di babak pertama, asisten wasit I Asep Rohaendi asal Bandung dipukuli setelah mengesahkan gol pertama PSS pada menit ke-4 yang dicetak melalui sundulan Tri Handoko yang memantul ke tanah. Gol tersebut diprotes oleh pemain-pemain Persinga.

Selanjutnya, di babak kedua giliran asisten wasit II, Iswah Indiarto asal Bandung, dikeroyok secara brutal setelah mengesahkan gol ketiga PSS lewat Riski Novriansyah di menit 62 yang membentur tiang dan memantul ke bawah.

Gol tersebut dinilai pemain Persinga kontroversial karena bola belum melewati garis. Iswah yang dikeroyok mengalami memar di wajah bagian kanan dan kiri, serta pinggang. Iswah yang tidak mampu melanjutkan memimpin pertandingan posisinya kemudian digantikan wasit cadangan Ginanjar Rahman Latif.

‎”Kemenpora meminta PT GTS ‎untuk bertanggung jawab terhadap insiden tersebut, sesuai dengan ruang lingkup tanggung jawab yang dimilikinya tersebut dalam regulasi ISC,” bunyi salah satu poin dalam surat tersebut.

Surat peringatan dari pemerintah untuk PT GTS selaku operator kompetisi. Foto: Mahmud Alexander untuk Rappler.com

Sebelumnya, pemerintah juga telah menyampaikan keprihatinan, kekecewaan, dan kesedihan dengan kondisi sepak bola Indonesia yang ternyata belum sepenuhnya siap. Di ISC A, juga masih ada masalah serupa, tapi langsung ada sanksi, namun untuk urusan ketaatan pada regulasi, belum terpenuhi.

Pemerintah meminta PT GTS tak hanya memperhatikan laga yang berisiko tinggi, atau rawan rusuh. Namun juga lebih bisa merespon cepat dan menghentikan sebuah tindak kericuhan, lebih cepat.

Pun demikian dengan penanganan pasca kerusuhan, harus diproses secara transparan dan tepat. Dengan begitu, hukuman bagi ‎pelaku dan pemicu, bisa dipantau tanpa ada yang ditutup-tutupi.

“Kemenpora meminta kepada PT GTS untuk menyampaikan laporan secara lengkap penanganan insiden tersebut‎ kepada menteri pemuda dan olahraga paling lambat pada18 Agustus,” bunyi poin terakhir surat tersebut.

Andai tak dijalankan, maka pemerintah bisa saja memberikan sanksi kepada PT GTS. Sebab, selama ini sudah berjejer catatan-catatan wanprestasi PT GTS terhadap regulasi-regulasinya sendiri. Salah satunya termasuk soal pelatih berlisensi A.

Surat peringatan dari pemerintah untuk PT GTS selaku operator kompetisi. Foto: Mahmud Alexander untuk Rappler.com

‎Langgar regulasi sendiri

Pemerintah wajar menagih janji PT GTS soal ricuh karena dalam surat peringatan tersebut, telah disebutkan janji-janji PT GTS terkait antisipasi kericuhan dalam kompetisi. Nyatanya, masih ada saja laga yang ricuh.

Karena itu, banyak cibiran mengemuka, karena aturan-aturan GTS yang secara tegas harusnya memberikan sanksi yang sangat berat, ternyata tak diberikan atau malah diperingan.

“Ini bukan kejadian pertama di sepak bola Indonesia. Tapi, sudah berulang-ulang terjadi. Hukuman yang tidak tegas selama ini dan terkesan tebang pilih dijadikan yurisprudensi pelaku sepak bola untuk mengulanginya. Ini tak boleh lagi dibiarkan,” kata penggiat Save Our Soccer,‎ Akmal Marhali.

Di ISC baik A dan B tercatat sudah empat kali terjadi. Pertama, saat para pemain Semen Padang mengintimidasi wasit Hadiyana, saat tandang ke markas Perserui, Serui, 11 Juni 2016.

Kedua, dilakukan Presiden Klub Persisam Borneo FC, Nabil Husein, yang menendang wasit Bahrul Ulum usai timnya kalah 2-3 dari Mitra Kukar, 10 Juni 2016. Ketiga, di ISC B, ketika pemain PSBK Blitar menganiaya wasit Suyanto saat menjamu Madura Utama di Stadion Soepriadi, Blitar, 6 Mei 2016.

“Semua terjadi karena mulai hilangnya respek terhadap aparat pertandingan dan tingginya isu nonteknis di kompetisi sepak bola nasional. Ini harus dituntaskan agar sepak bola kita lebih bermartabat, bukan malah menjadi bar-bar‎,” tandasnya.–Rappler.com

Add a comment

Sort by

There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.

Summarize this article with AI

How does this make you feel?

Loading
Download the Rappler App!