Menjadi ‘start-up Unicorn’, pendapatan sopir Go-Jek berkurang

Aditya Hadi Pratama

This is AI generated summarization, which may have errors. For context, always refer to the full article.

Menjadi ‘start-up Unicorn’, pendapatan sopir Go-Jek berkurang

emye

Sejumlah mitra pengemudi Go-Jek yang merasa dirugikan melancarkan protes dengan berhenti menerima pesanan

JAKARTA, Indonesia — Selepas meraih pendanaan terbaru yang membuat mereka menjadi sebuah start-up Unicorn, Go-Jek justru memicu perseteruan dengan para mitra pengemudi mereka. 

Go-Jek merilis versi terbaru dari aplikasi khusus untuk mitra pengemudi, pada 13 Agustus, yang justru berpotensi menurunkan pendapatan para pengemudi mereka.

Untuk memastikan informasi ini, Tech in Asia menghubungi beberapa pengemudi Go-Jek. Nama-nama para pengemudi — karena beberapa alasan— akan disamarkan menjadi Ahmad, Budi, dan Dani.

Penurunan tarif dari setiap pesanan 

Pengemudi pertama, Ahmad, memastikan kepada Tech in Asia kalau Go-Jek kini memberlakukan tarif dasar yang lebih rendah. 

“Untuk layanan Go-Food dengan jarak kurang dari enam kilometer, sebelumnya saya bisa mendapat Rp 16 ribu. Sekarang saya hanya mendapat uang Rp 12 ribu,” kata Ahmad.

Penurunan tersebut memang terkesan kecil, namun patut diingat kalau itu bukanlah pendapatan bersih. 

“Uang tersebut masih harus dikurangi biaya parkir dan bensin. Belum lagi kalau alamat pemesan sulit ditemukan, maka saya pun harus mengeluarkan biaya tambahan untuk pulsa telepon,” ujarnya.

Perubahan peraturan ini kemudian memicu beberapa pengemudi Go-Jek lainnya untuk berhenti menerima pesanan. 

“Teman-teman saya sekarang sudah malas narik, karena tarifnya yang enggak masuk akal,” tutur Ahmad.

Semakin sulit mendapat bonus 

Tampilan perhitungan Performa di aplikasi pengemudi GO-JEK

Selain pendapatan yang mereka terima dari setiap pesanan, para pengemudi Go-Jek juga berharap pada bonus yang disediakan perusahaan tersebut. Bonus itu biasanya diberikan kepada para pengemudi yang berhasil menyelesaikan banyak pesanan dalam satu hari.

“Setiap pesanan yang kami selesaikan, akan membuahkan sejumlah poin. Jika dalam satu hari kami berhasil mendapatkan 10 poin, maka akan ada bonus sebesar Rp 20.000. Kemudian juga ada bonus Rp 40.000 setelah poin ke 12, dan bonus Rp 40.000 setelah poin ke-14,” kata pengemudi Go-Jek lainnya, Budi. 

Namun, menurut Budi, aplikasi pengemudi Go-Jek terbaru ini membuat bonus tersebut kian sulit dicapai. Selain harus meraih sejumlah poin, para pengemudi juga harus menjaga “Performa”, alias Tingkat Penerimaan pesanan mereka agar berada di atas angka 70 persen. 

Performa ini berfungsi untuk memastikan para pengemudi agar tidak terlalu sering menolak pesanan yang masuk.

“Apabila kami membatalkan [cancel] sebuah pesanan, maka Performa tersebut pun akan menurun,” kata Budi. 

Melakukan pembatalan sebanyak 2 kali juga akan membuahkan blokir (suspend), sehingga sang pengemudi tidak bisa menerima pesanan selama 30 menit.

Performa seorang pengemudi tetap akan berkurang meski seorang pengemudi tidak membatalkan pesanan. 

“Dengan aplikasi baru ini, setiap pesanan yang masuk artinya itu merupakan milik kita. Kalau tidak diambil, maka sang pengemudi akan dianggap melakukan cancel, dan Performa-nya diturunkan,” ujar Budi.

Hal ini membuat beberapa pengemudi Go-Jek akhirnya gagal mendapat bonus meski mereka telah mendapatkan lebih dari 14 poin.

Berharap Go-Jek lebih berpihak pada pengemudi 

Pengemudi ketiga, Dani, juga mengeluhkan hal yang sama terkait aplikasi pengemudi terbaru dari Go-Jek. 

“Saya berharap pihak Go-Jek berpikir, katanya karya anak bangsa tapi kenyataannya merugikan anak bangsa,” ujar Dani.

Dani mengungkapkan kalau ia sekarang tidak berani untuk mengaktifkan aplikasi pengemudi Go-Jek. Ia khawatir terkena suspend jika tidak mengambil pesanan, dan membuat Performa dia menurun.

“Saran saya, Go-Jek jangan hanya berpihak kepada para investor dan merugikan mitra pengemudi. Biarlah semua berjalan seperti dulu,” ungkap Dani.

Terkait hal ini, beberapa pengemudi Go-Jek mulai mengajak rekan sesama pengemudi untuk melancarkan protes dengan berhenti menerima pesanan. Mereka bahkan mengancam untuk membuat pesanan-pesanan palsu, yang bisa mengganggu para pengemudi yang masih terus menerima pesanan.

Tech in Asia telah menghubungi Go-Jek terkait berita ini. —Rappler.com

Artikel ini sebelumnya diterbitkan di Tech in Asia

Add a comment

Sort by

There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.

Summarize this article with AI

How does this make you feel?

Loading
Download the Rappler App!