Momen seru, haru, hingga menjengkelkan di Olimpiade Rio

Rappler.com

This is AI generated summarization, which may have errors. For context, always refer to the full article.

Momen seru, haru, hingga menjengkelkan di Olimpiade Rio

EPA

Momen-momen seru, mengharukan, hingga menjengkelkan ini mengingatkan kita para atlet terbaik di dunia pun juga manusia.

JAKARTA, Indonesia — Olimpiade bukan hanya soal siapa yang menang atau kalah. Bukan pula semata perebutan medali. Siapa yang lebih cepat dari yang lain. 

Banyak hal-hal lain yang menjadikan ajang olahraga terbesar sejagad ini selalu dinanti dan melekat di hati para penontonnya. Tapi, tak sedikit pula terjadi hal-hal menjengkelkan yang membuat penikmat olahraga geleng-geleng kepala.

Seperti apa, kejadian-kejadian menarik yang terjadi selama Olimpiade 2016 ini digelar di Rio de Janeiro, Brasil?

Berikut beberapa di antaranya. Mulai dari atlet yang dipulangkan karena menolak bersalaman, atlet kembar yang lari ke garis finish sambil bergandengan tangan, hingga dilamar di podium.

Momen-momen seru, mengharukan, hingga menjengkelkan ini mengingatkan kita para atlet terbaik di dunia pun juga manusia.

Atlet marathon kembar finish bergandengan tangan

 

Anna dan Lisa Hahner dari Jerman menegaskan secara spontan mereka bergandengan tangan dari jarak 300 meter sebelum melintasi garis finish.  

“Rasanya ajaib kita bisa menyelesaikan marathon ini bersama. Kita tidak memikirkan apa yang kita lakukan,” kata Anna kepada media, menambahkan bahwa mereka telah melakukan yang terbaik yang mereka bisa. 

Namun, tim atletik Jerman menganggap keduanya tidak menganggap serius Olimpiade dan mencari perhatian media.  

Atlet lari bertabrakan, lalu saling membantu

Atlet AS, Abbey D’Agostino (kiri), dibantu berdiri oleh atlet Selandia Baru, Nikki Hamblin, setelah terjatuh dalam babak penyisihan nomor lari 5.000 meter di Olimpiade Rio, pada 16 Agustus 2016. Foto oleh Bernd Thissen/EPA

Sekitar 2 ribu meter dari garis finish, dalam lomba lari 5 ribu meter, atlet Amerika Serikat, Abbey D’Agostino, bertabrakan dengan Nikki Hamblin asal New Zealand.

Keduanya terjatuh. D’Agostino berdiri kembali, tapi Hamblin terbaring di track dan tampak seperti menangis. D’Agostino menghampiri Hamblin, berjongkok, dan membantu Hamblin — yang jatuh menimpa bahu kanannya — berdiri.  

Hamblin menceritakan kepada media, saat itu D’Agostino mengatakan padanya, “Bangun. Kita harus menyelesaikan ini.” 

Ia juga memuji D’Agostino, menyatakan atlet yang sebelumnya tak dikenalnya itu menunjukkan semangat Olimpiade. 

Namun, ternyata D’Agostino mungkin lebih butuh bantuan. Pergelangan kakinya terkilir. 

Walau tampak kesakitan, D’Agostino menolak menyerah, dan berlari dengan kakinya yang terluka. Hamblin, yang bertekad membalas budi pada atlet yang telah menyemangatinya itu, berlari perlahan bersama D’Agostino.

Namun, setelah beberapa saat ia memutuskan berlari tanpa menunggui D’Agostino. Ia mengira D’Agostino akan berhenti berlari karena lukanya cukup parah.

Ternyata tidak.

“Saya bahkan tidak sadar ia masih berlari. Waktu saya membalikkan badan di garis finish dan ia masih berlari, saya merasa ia, wow,” kata Hamblin pada media

Ia pun menunggu teman barunya itu untuk melintasi garis finish, dan mereka berpelukan. Kali ini, D’Agostino yang menangis.

Ketika D’Agostino akan dibawa pergi dengan kursi roda, ia mengulurkan tangan kanannya dan kedua atlet lari itu saling menggenggam lengan yang lain untuk beberapa saat.  

Atlet judo menolak bersalaman sehingga dipulangkan

Atlet judo Israel, Or Sasson (kanan), dan atlet Mesir, Islam El Shehaby, saat bertanding di nomor +100kg di Olimpiade Rio, pada 12 Agustus 2016. Foto oleh Orlando Barria/EPA

Atlet judo asal Mesir, Islam El Shehaby, menolak bersalaman dengan atlet asal Israel, Sasson, yang mengalahkannya. 

Media memberitakan bahwa ketika Sasson mengulurkan tangannya, El Shehaby mundur dan menggelengkan kepala.

Juri pun memanggil atlet usia 34 tahun itu kembali ke matras dan mewajibkannya membungkukkan badan tanda hormat, tapi ia hanya memberi anggukan kepala dan dicemooh keras saat ia keluar arena pertandingan.

Komite Olimpiade Internasional (IOC) menyatakan El Shehaby mendapat teguran keras atas perilakunya yang dipandang berlawanan dengan aturan bermain dengan adil dan semangat persahabatan yang merupakan nilai-nilai Olimpiade.

Senada dengan IOC, Komite Olimpiade Mesir mengecam tindakan El Shehaby dan telah mengirimnya pulang.

Atlet renang Tiongkok mendobrak tabu karena bilang sedang haid

Atlet renang Tiongkok, Yuanhui Fu, saat bertanding di babak semifinal nomor gaya dada renang di Olimpiade London, pada 29 Juli 2012. Foto oleh EPA

Atlet renang Tiongkok, Fu Yuan Hui, menempati peringkat keempat di medley relay 4×100 meter, dan tampak membungkuk kesakitan saat selesai berenang.

Seorang wartawan menanyakan apakah Fu Yuan Hui kesakitan, dan sang atlet menyatakan ia datang bulan pada malam sebelumnya sehingga ia merasa lemah dan sangat lelah, walau ia menambahkan itu bukan alasan atas kekalahannya. 

Wawancara itu menjadi viral di situs media sosial Tiongkok, Weibo, sebab Fu Yuan Hui mendobrak tabu terkait pembahasan menstruasi di dunia olahraga serta takhayul Tiongkok seputar haid.

Sebelumnya, atlet usia 20 tahun yang meraih medali perunggu di 100 meter gaya punggung ini juga telah menyita perhatian berkat ekspresinya yang menggemaskan.

Menangis di podium, karena dicemooh penonton

Peraih medali perak lompat galah asal Perancis, Renaud Lavillenie, menangis saat di podium Olimpiade Rio, pada 16 Agustus 2016. Foto oleh Bernd Thissen/EPA

Atlet lompat galah asal Perancis, Renaud Lavillenie, menangis saat menerima medali peraknya. Tapi karena penonton mencemoohnya.

Malam sebelumnya, ia dicemooh penonton karena ia bertanding melawan atlet favorit asal Brazil, Thiago Braz da Silva. 

Kesal karena dicemooh, Lavillenie membandingkan perilaku penonton dengan bagaimana atlet Afrika Amerika, Jesse Owens, didiskriminasi pada Olimpiade 1936 di Jerman pada era Nazi. Lavillenie kemudian menyatakan ia menyesal, di status Twitter-nya. 

 

Namun, penonton tetap mencemoohnya.  

Peraih medali emas, Da Silva, dan anggota IOC sekaligus peraih medali emas cabang olahraga lompat galah pada Olimpiade 1988, Sergey Bubka, kemudian menghibur Lavillenie. 

Dirampok di bawah todongan senjata, tapi ternyata mereka bohong

Atlet AS usai menyelesaikan balapan renang nomor 200 meter individual putra di Olimpiade Rio, pada 11 Agustus 2016. Foto oleh Patrick Kraemer/EPA

Atlet renang asal Amerika Serikat, Ryan Lochte, adalah peraih 12 medali Olimpiade.

Pada Olimpiade Rio 2016 ini ia memenangkan medali emas di nomor relay gaya bebas 4×200 meter, tapi namanya kini lebih dikenal karena kisah perampokan, yang ternyata adalah kebohongan.

Lochte dan tiga atlet renang Amerika Serikat, yaitu Jack Conger, Gunnar Bentz, dan James Feigen mengklaim telah dirampok di bawah todongan senjata beberapa jam usai pertandingan renang terakhir di Rio.

Kisah ini semakin dramatis ketika video keamanan memperlihatkan para atlet melakukan vandalisme di pom bensin, yang berujung pada konflik antara mereka dengan pegawai pom bensin tersebut.

Video itu memperlihatkan salah satu atlet renang menarik sebuah papan tanda dari tembok dan menjatuhkannya. Para pegawai pom bensin yang mengecek kerusakan menyatakan atlet-atlet AS itu merusak pintu kamar mandi, tempat sabun, serta cermin. 

Diceritakan bahwa para atlet itu mabuk — satu-satunya bagian dari cerita mereka yang sejak awal bukanlah kebohongan — dan mencari kamar mandi. Namun, kamar mandi di pom bensin itu dikunci dan mereka membukanya secara paksa.

Netizen mengecam keras kebohongan ini, dan #LochteGate menjadi tren di Twitter dengan sindiran dan keluhan seputar perilaku Lochte dan teman-temannya.

(BACA SELENGKAPNYA: Atlet renang AS minta maaf telah berbohong soal perampokan di Rio)

 

Dilamar di podium

Atlet selam Tiongkok, He Zi (kanan), dilamar oleh kekasihnya, sesama atlet selam, Ki Qin, usai mendapat medali perak di nomor 3 meter di Olimpiade Rio, pada 14 Agustus 2016. Foto oleh Patrick Kraemer/EPA

Atlet selam Tiongkok, He Zi, yang meraih medali perak di nomor 3 meter perempuan, dilamar atlet selam Tiongkok peraih perunggu di nomor 3 meter, Qin Kai.

Mereka telah berpacaran selama enam tahun, dan He Qi menerima lamaran Qin Kai.

Kalah karena penisnya

Atlet lompat galah Jepang, Hiroki Ogita, menjadi viral karena diberitakan menjatuhkan galah akibat penisnya. 

Namun, Ogita menyatakan kakinya telah lebih dahulu menabrak, dan tangannya menyusul — video yang menampilkan pertandingannya memperlihatkan kontak galah dengan penisnya terjadi di antara waktu ketika kaki dan tangannya menyentuh galah.

Pria usia 28 tahun itu sempat menyatakan ia merasa diolok-olok pemberitaan yang disebutnya dibuat-buat, karena bukan bagian privatnya yang menjatuhkan galah.

Namun, ia juga menyatakan dengan kasus ini ia berharap dirinya dan olahraga yang ditekuninya lebih diperhatikan, dan ia merasa pemberitaan ini lucu.

“Menonton ini lagi, sebenarnya menurut saya pun ini tampak lucu,” cuit Ogita di akun Twitter-nya.

Atlet Korea Utara menjadi peraih medali emas Olimpiade ‘tersedih’

Peraih medali emas asal Korea Utara, Ri Se Gwang (tengah), tidak tersenyum saat di podium Olimpiade Rio, pada 15 Agustus 2016. Foto oleh Tatyana Zenkovich/EPA

Atlet Korea Utara, Ri Se Gwang, meraih medali emas di cabang meja lompat (vault). Namun, kontras dengan peraih medali perak – Denis Albyazin dari Rusia – dan perunggu – Kenzo Shirai dari Jepang – ekspresinya tampak sedih. 

Sejumlah media menyatakan Ri Se Gwang tampak menahan air mata di podium, tapi bukan air mata bahagia. 

Netizen dan media berspekulasi tentang alasan Ri Se Gwang sedih. Ada yang berpendapat Ri Se Gwang sedih karena telah merasakan “dunia bebas” tapi kemudian ingat ia harus kembali ke Korea Utara.  

Namun, Ri Se Gwang bukan untuk pertama kalinya merasakan “dunia bebas” karena ia telah berkompetisi di Stuttgart, Jerman pada 2007; Belgrade, Serbia pada 2009, dan Glasgow di Skotlandia pada 2014.

Sebuah media menduga Ri Se Gwang sedih karena ia, serta atlet Korea Utara lainnya, tidak mendapat smartphone Samsung Galaxy S7 yang dibagikan gratis pada tiap atlet Olimpiade Rio 2016.  

Smartphone yang seharusnya diterima atlet-atlet Korea Utara disita staf resmi tim Korea Utara untuk mencegah mereka berkomunikasi dengan dunia luar. 

Atlet Korea Utara juga tidak diizinkan mengunjungi tempat wisata bagi turis maupun berhubungan dengan atlet dari negara lain.  

Tapi, Ri Se Gwang menyatakan ia sebenarnya tidak sedih. “Saya sangat gembira karena saya pikir saya bisa memberikan sensasi kemenangan bagi pemimpin kami,” kata atlet ketiga dalam sejarah yang meraih medali emas bagi Korea Utara itu.  

—Rappler.com

Add a comment

Sort by

There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.

Summarize this article with AI

How does this make you feel?

Loading
Download the Rappler App!