Tottenham Hotspur vs Liverpool: The Kop mencari stabilitas

Agung Putu Iskandar

This is AI generated summarization, which may have errors. For context, always refer to the full article.

Tottenham Hotspur vs Liverpool: The Kop mencari stabilitas
Performa Liverpool di laga awal Liga Primer masih naik turun. Bagaimana saat melawan Spurs?

JAKARTA, Indonesia — Para penghuni baru Anfield langsung memberi efek di laga perdananya di Liga Primer. Tak tanggung-tanggung, runner-up musim lalu Arsenal dikalahkan dengan skor telak 3-4. 

Kemenangan besar itu perlahan mulai mengerek kepercayaan diri para pemain. Liverpool di musim baru terlihat menjanjikan. Mereka bermain sangat agresif dan terus menekan lawan. Mereka juga bermain sangat cepat dengan kedua sayap yang sangat tajam.

Debut musim 2016/2017 itu juga membuat harapan terhadap tim berjuluk The Reds tersebut meningkat. Fans ingin ada perbaikan di papan klasemen. Musim lalu, dengan harus membagi fokus di Europa League, mereka mampu finish di posisi ke delapan Liga Primer.

Musim ini, tanpa laga di level Eropa, pasukan Juergen Klopp seharusnya bisa membuat banyak perbedaan di level domestik. 

Tapi, harapan itu kembali menguap. Kemenangan besar tersebut tak ada bekasnya di laga kedua Liga Primer. Jordan Henderson dan kawan-kawan dibekuk tim promosi Burnley dua gol tanpa balas. Empat hari kemudian, tim berjuluk The Kop itu ganti membabat Burton Albion 5-0 di Piala Liga. 

Situasi roller coaster itu membuat Liverpool dianggap tidak stabil. Mereka memang sangat agresif tapi juga sangat keropos di lini belakang. Dalam tiga laga itu, mereka mencetak 9 gol tapi juga kebobolan 6 gol. 

Padahal, dari enam pemain anyar yang didatangkan ke Anfield, dua di antaranya adalah bek. Yakni Joel Matip yang dibeli dari Schalke 04 dan Ragnar Klavan (Augsburg). 

Klavan bahkan bermain sebagai starter di dua laga perdana Liverpool di Liga Primer. Namun, duetnya dengan Dejan Lovren tak istimewa. Kedua pasangan bek tengah tersebut sudah kebobolan 6 gol. 

Karena itu, pada laga melawan Burton Albion, Klopp memasang dua duet baru di jantung pertahanan, Lovren bersanding dengan Matip. Hasilnya, mereka mencetak clean sheet alias sama sekali tak kebobolan.

Memang, Burton Albion dengan Burnley jelas tak bisa disamakan. Meski Burnley adalah tim promosi, Burton saat ini masih terjebak di divisi Championship, kasta kedua Liga Inggris. Tapi, paling tidak catatan nol kebobolan atas Burton membuat duet Matip-Lovren bisa menjadi alternatif terbaik sambil menunggu Klavan beradaptasi di Liga Inggris.

Jika Klopp lebih mempercaya Matip yang lebih senior (32 tahun) dibanding Klavan (30 tahun), ujian sesungguhnya bagi ketangguhan bek Kamerun tersebut datang pada Sabtu, 27 Agustus, pukul 18.30 WIB di White Hart Lane. Sebab, Liverpool akan melawan lawan tangguh, peringkat ketiga musim lalu sekaligus tim tuan rumah, Tottenham Hotspur. 

Spurs belum meyakinkan 

Namun, Spurs musim ini berbeda dengan Spurs musim lalu. Tim berjuluk The Lily Whites tersebut di Liga Primer edisi 2015/2016 bersaing ketat dengan Leicester City dalam perburuan gelar juara. Musim ini, start melempem dialami Spurs. 

Dari dua laga, mereka sekali menang dan sekali seri. Memang, catatan tersebut lebih baik dibanding Liverpool yang sekali kalah dan sekali menang. Namun, dalam laga melawan Crystal Palace pekan lalu, Spurs sama sekali tidak menunjukkan jati diri mereka sebagai penantang serius gelar juara. 

Mereka bersusah payah mengatasi pasukan Alan Pardew tersebut. Gol pun hanya datang dari striker anyar Victor Wanyama.

Karena itu, laga melawan Liverpool bakal menjadi pembuktian bagi tim London Utara tersebut untuk kembali tampil sebagai tim pemburu gelar.  Apalagi, kedua tim memiliki karakter permainan yang bertolak belakang.

Liverpool musim ini jelas sangat terobsesi dengan permainan cepat dan langsung. Mereka juga sangat agresif dalam menekan lawan. Tujuannya, bola cepat direbut dan cepat mencetak gol.

Sebaliknya, Spurs termasuk tim yang lebih suka bermain passing game. Mereka menahan bola lebih lama dan menjalankan skema possession football. Mereka juga lebih suka bertahan di area akhir lawan sambil menunggu posisi terbaik untuk mencetak gol.

“Kami tim yang berbeda dengan filosofi yang berbeda pula,” kata Pochettino seperti dikutip BBC. 

Situasi menjadi lebih sulit bagi Liverpool karena beberapa pemain mereka absen. Philippe Coutinho diragukan bisa turun karena masih memulihkan otot hamstring-nya. Begitu juga Emre Can yang mengalami cedera engkel saat melawan Bulton. 

Karena itu, pilihan trio penyerang dalam sistem 4-3-3 kemungkinan bakal diisi Sadio Mane di kanan, Daniel Sturridge di tengah, dan Roberto Firmino di kiri. Namun, para triumvirat tersebut tampaknya bakal bergerak cukup cair. Sebab, Sturridge sejatinya lebih nyaman sebagai winger kanan. 

Sebagai pemain kidal, dia bisa langsung melepas tembakan saat mendapat ruang. Apalagi, dia memborong dua gol Liverpool saat melawan Burton. Masalahnya, posisi tersebut juga menjadi favorit Mane.

“Saya tidak mau memainkan Daniel sebagai pemain yang melebar. Memang, di awal laga dia bisa dipasang di sana tapi di momen-momen menentukan dia harus dilibatkan di posisi penyelesai akhir,” kata Klopp. 

“Dua golnya ke gawang Burton justru dari tengah kotak penalti. Pada saat itu justru dia tidak berada di posisi melebar. Itulah sepak bola, sangat fleksibel,” katanya.—Rappler.com

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Add a comment

Sort by

There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.

Summarize this article with AI

How does this make you feel?

Loading
Download the Rappler App!