Ribuan warga Kalbar memilih keluar negeri untuk bekerja

Slamet Ardiansyah

This is AI generated summarization, which may have errors. For context, always refer to the full article.

Ribuan warga Kalbar memilih keluar negeri untuk bekerja

M Rusman

Permintaan tenaga kerja Indonesia cukup besar tetapi tidak bisa dipenuhi karena masalah kompetensi

JAKARTA, Indonesia – Terbatasnya lapangan pekerjaan di Kalimantan Barat mendorong warga mencari lapangan pekerjaan ke luar negeri.

Badan Pelayanan Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BP3TKI) Provinsi Kalimantan Barat mengatakan pada Senin, 5 September, bahwa pihakya telah menempatkan 1.295 tenaga kerja di luar negeri sejak 1 Januari 2016, termasuk 1.167 orang dari Kalimantan Barat.

Mereka ditempatkan di beberapa negara termasuk Malaysia, Brunei Darussalam, Singapura, Arab Saudi dan Qatar. Sebanyak 1.190 orang dari mereka bekerja di sektor formal,  dan sisanya di sektor informal.

 

Menurut As Syafii, Kasi Penyiapan Penempatan BP3TKI Pontianak, menjadi TKI menjadi salah satu pilihan rasional bagi sebagian masyarakat Kalbar untuk mendapatkan pekerjaan dan meningkatkan kesejahteraan ekonomi keluarga.

Sampai akhir Februari 2016, pengangguran terbuka, yaitu orang yang tidak bekerja, di Kalbar mencapai sekitar 111 ribu jiwa atau sekitar 4,58% atau total angkatan kerja pada Februari 2016 lalu.

Menurut Syafii, pemerintahan Kalimantan Barat masih perlu melakukan beberapa pembenahan seperti meningkatkan kualitas dan kompetensi calon TKI.

“Data kami menunjukkan bahwa calon TKI yang ditempatkan di luar negeri sekitar 77 persen masih berpendidikan SD dan SMP padahal kalau tingkat pendidikan dan kompetensi yang dimiliki oleh calon TKI lebih tinggi tentunya bisa mengisi jabatan-jabatan pekerjaan yang lebih baik di luar negeri,” kata Syafii.

Lowongan pekerjaan dengan mekanisme penempatan government to government (G to G) saat ini dilaksanakan pemerintah dengan Jepang dan Korea Selatan.

TKI asal Kalbar yang diminati oleh Jepang untuk bekerja sebagai perawat dan pengasuh orang tua, sementara di Korea Selatan, lowongan di sektor industri, manufaktur dan perikanan masih terbuka lebar.

Sayangnya, karena keterbatasan kompetensi SDM yang ada sehingga tidak bisa dipenuhi, hal ini bisa dilihat dari jumlah pendaftar ke kedua negara tersebut hanya 3 – 5 orang per tahun. Itu pun tidak semua bisa lulus,” ujar Syafii.

Syafii juga berharap ke depanya lembaga pendidikan formal dan informal lebih meningkatkan kompetensi lulusannya terutama penguasaan bahasa asing. – Rappler.com.

 

Add a comment

Sort by

There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.

Summarize this article with AI

How does this make you feel?

Loading
Download the Rappler App!