Saksi Patologi Forensik: Kemungkinan Mirna meninggal bukan karena sianida

Amelia Stephanie

This is AI generated summarization, which may have errors. For context, always refer to the full article.

Saksi Patologi Forensik: Kemungkinan Mirna meninggal bukan karena sianida

ANTARA FOTO

Meski ada bukti minuman Mirna mengandung sianida, namun hasil forensik tidak menyebutkan ciri kematian karena sianida

 

JAKARTA, Indonesia — Saksi ahli terdakwa Jessica Kumala Wongso, yang juga seorang ahli patologi forensik asal Australia, Beng Beng Ong, menyebut kematian Wayan Mirna Salihin kemungkinan bukan karena sianida.

Sidang Jessica ke-18 yang berlangsung pada Senin, 5 September, di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, memasuki

babak baru dan membuka kesempatan bagi kuasa hukum untuk membawa saksi yang dapat meringankan Jessica.

Kuasa hukum Jessica mendatangkan saksi ahli patologi forensik dari Brisbane, Australia, Beng Beng Ong. Meskipung Ong merupakan warga negara asing, namun persidangan tetap dilangsungkan dengan bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional.

“Berdasarkan hukum Indonesia dalam persidangan ini, yang digunakan adalah Bahasa Indonesia, maka akan diterjemahkan oleh penerjemah,” kata pengacara Jessica, Otto Hasibuan.

Dalam kesaksiannya, Ong menjelaskan dampak sianida secara umum jika masuk ke dalam tubuh dan juga menjelaskan kasus berdasarkan dokumen yang ia dapatkan dari kuasa hukum.

“Sangat besar kemungkinannya kematian ini tidak karena sianida,” kata Ong.

Hasil forensik tidak menyebutkan ciri kematian karena sianida

Menurut Ong, gejala-gejala klinis jika orang meminum sianida akan muncul dalam 30 menit. Namun, pada kasus kopi yang diduga bersianida ini, hanya ada jarak waktu sekitar 2-5 menit dari waktu Mirna meminum kopi hingga tidak sadarkan diri. 

“Saya tidak akan mencurigai bahwa itu [penyebab kejang-kejang Mirna] karena sianida. Saya akan mempertimbangkan penyebab-penyebab lain, termasuk penyakit yang ada pada tubuh secara alami,” kata Ong.

Penyebab kematian alami yang dimungkinkan adalah karena sakit, bukan karena keracunan. 

Ahli Patologi Forensik dari Australia, Beng Ong (kanan) menjadi saksi ahli dalam sidang lanjutan kasus pembunuhan Wayan Mirna Salihin dengan terdakwa Jessica Kumala Wongso di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, Jakarta, pada 5 September 2016. Foto oleh Rivan Awal Lingga/Antara

Ong menyatakan bahwa ciri-ciri kematian karena sianida yang ia jelaskan, seperti kulit jenazah menjadi merah terang, tidak ia temukan pada laporan forensik yang dilakukan pada jenazah Mirna. 

Ia mengatakan, hasil pemeriksaan klinis tidak khas untuk keracunan sianida dan hasil toksikologi tidak menyimpulkan adanya keracunan sianida.

Jumlah sianida yang ditemukan sangat sedikit

Ong mengatakan, jika seseorang meninggal yang disebabkan oleh sianida, biasanya akan ditemukan sianida dalam jumlah besar di dalam lambung, sekitar 1.000 mg per liter. Namun, pada kasus ini hanya ditemukan 0.2 mg per liter, yang merupakan kadar sangat rendah.

Menurutnya, jika sianida masuk ke dalam tubuh seseorang, maka seharusnya jejak sianida juga muncul dalam jaringan-jaringan lain seperti darah, jantung, dan hati, tetapi jejak sianida hanya ditemukan pada lambung Mirna.

Ucapan Ong terdapat perbedaan dengan pernyataan saksi ahli forensik sebelumnya, dr. Budi Sampurna. 

“Perubahan yang terjadi pasca kematian dapat mengurangi tingkat sianida, tetapi biasanya tidak begitu banyak,” kata Ong. 

Padahal menurut Budi, kadar sianida yang ditemukan memang berjumlah kecil, tetapi hal ini kemungkinan disebabkan karena pemeriksaan yang dilakukan 4 hari setelah kematian dan mayat dalam keadaan sudah diberikan formalin sehingga membuat zat ini rusak.

Warna bibir hitam bukan karena sianida

Ong menjelaskan bahwa jika seseorang keracunan sianida, maka kurang ada tendensi warna bibir menjadi kehitaman seperti Mirna.

“Untuk orang yang meninggal seperti itu, [kondisi bibir] gelap dan kehitaman kurang dapat ditendensikan keracunan sianida,” kata Ong.

Ada bukti minuman Mirna mengandung sianida 

Namun, Ong menyetujui kalau bukti-bukti yang ada memang menunjukkan kopi Mirna mengandung sianida.

Meski demikian, ia mengatakan tidak ada hasil toksikologi dan hasil pemeriksaan jenazah yang menyatakan kalau penyebab kematian Mirna karena sianida atau tidak.

“Sekali lagi saya melihat pada fakta yang ada secara keseluruhan. Saya setuju dengan Anda bahwa ada bukti-bukti keadaan bahwa kemungkinan Mirna meminum sianida. Tetapi tidak ada bukti faktual untuk menunjukkan bahwa Mirna meninggal karena keracunan sianida,” kata Ong.

“Oleh karena itu, maka saya menyimpulkan bahwa penyebab kematian tidak dapat dipastikan.”

Sianida dapat dihasilkan pasca kematian

“Sianida dapat dihasilkan pada kurun waktu pasca kematian. Oleh karena itu, adalah sangat dimungkinkan keberadaan sianida yang dideteksi oleh Barang Bukti V [lambung] diakibatkan oleh yang dihasilkan pasca kematian,” Ong. 

Berdasarkan data acuan, Ong juga menyatakan bahwa sianida sebesar 0.2 mg per liter bisa jadi merupakan sianida yang dihasilkan tubuh pasca kematian. 

Ong menyimpulkan bahwa kematian Mirna terjadi bukan karena sianida.

“Saya akan mengatakan bahwa sangat besar kemungkinannya kematian ini tidak disebabkan oleh sianida,” kata Prof. Beng Ong.

Sidang selanjutnya akan dilanjutkan kembali pada Rabu, 7 September, yang akan mendatangkan saksi-saksi dari kuasa hukum Jessica. —Rappler.com

Add a comment

Sort by

There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.

Summarize this article with AI

How does this make you feel?

Loading
Download the Rappler App!