SUMMARY
This is AI generated summarization, which may have errors. For context, always refer to the full article.
JAKARTA, Indonesia — Presiden Joko “Jokowi” Widodo dan Presiden Filipina Rodrigo Duterte membahas 3 isu utama dalam pertemuan bilateral di Istana Merdeka, Jakarta, pada Jumat, 9 September.
Dalam konferensi pers bersama, Jokowi mengatakan pertemuan bilateral ini sangat produktif. Ia menggarisbawahi tiga isu yang dibahas dalam pertemuannya dengan Duterte.
Ketiga isu tersebut adalah:
1. Penangkapan 177 WNI gunakan paspor haji ilegal Filipina
177 Warga Negara Indonesia (WNI) ditangkap imigrasi Bandara Internasional Manila menggunakan paspor Filipina pada 19 Agustus lalu. Paspor tersebut tidak palsu namun diperoleh dengan cara yang ilegal.
168 WNI telah dipulangkan dengan aman dan selamat. Namun 9 WNI lainnya masih menjalani pemeriksaan di Manila, ibu kota Filipina. Keterangan kesembilan orang tersebut dibutuhkan karena hanya mereka yang bisa berbicara dalam bahasa Inggris.
“Terima kasih pada Presiden Duterte atas penanganan terhadap 177 WNI calon haji yang bermasalah,” kata Jokowi dalam konferensi pers.
“[Permasalahan] 168 orang sudah diselesaikan. Kami ucapkan terima kasih. Sembilan masih di Manila, kami sedang bantu minta untuk secepatnya diselesaikan,” ujarnya.
2. 700 WNI pergi haji gunakan paspor Filipina
Selain ke-177 WNI yang ditangkap di Manila, saat ini sudah ada sekitar 700 WNI yang menunaikan ibadah haji ke Arab Saudi dengan menggunakan paspor Filipina.
Mereka pergi ke Tanah Suci melalui jalur ilegal di Filipina karena keterbatasan kuota haji di Indonesia.
“Terima kasih atas kerjasama yang diberikan oleh pemerintah Filipina atas masalah 700 WNI yang sekarang berada di Saudi Arabia menunaikan ibadah haji tapi lewat kuota Filipina,” kata Jokowi.
3. Menjamin keamanan di Laut Sulu
Saat ini ada 10 anak buah kapal (ABK) WNI yang menjadi sandera kelompok teroris Abu Sayyaf di Filipina.
Sepanjang 2016 ini, sudah ada total 26 ABK WNI yang disandera Abu Sayyaf. 14 telah dibebaskan, sementara 2 lainnya berhasil melarikan diri.
“Terima kasih atas kerjasama dalam menjamin keamanan di Laut Sulu. Kita harapkan ke depan tidak ada masalah keamanan lagi di Laut Sulu. Dan kita akan bersama-sama berpatroli menjamin keamanan di laut itu,” kata Jokowi.
Duterte: Indonesia bukan hanya kawan, tapi saudara
Sementara itu, Duterte mengucapkan terima aksih atas sambutan hangat Presiden Jokowi.
“Ini merupakan kehormatan bagi saya untuk berada di Jakarta,” kata Duterte dalam keterangan persnya sesudah Jokowi.
Ia mengatakan hubungan kedua negara saat ini sedang dalam kondisi yang baik, setelah keduanya menyetujui langkah-langkah untuk berkooperasi menjamin keamanan di Laut Sulu.
(BACA: 5 isu yang diprediksi akan dibahas Jokowi dan Duterte)
Duterte juga menyatakan keterlibatan Indonesia dalam mendukung Filipina memenangkan gugatan atas Tiongkok dalam kasus Laut China Selatan beberapa waktu lalu.
Selain itu, ia mengatakan kedua negara sepakat untuk memperkuat hubungan dagang, transfer sumber daya manusia, upaya penanganan terorisme, dan pemberantasan narkoba demi Asia Tenggara bebas narkoba.
“Hubungan yang menyatukan antara Indonesia dan Filipina itu panjang dan erat. Indonesia bukan hanya seorang kawan tapi juga saudara,” kata Duterte.
Mengakhiri konferensi persnya, Duterte juga mengundang Jokowi untuk mengunjungi Filipina.
Tidak membahas Mary Jane
Meski demikian, kedua pemimpin tidak menyinggung masalah salah satu warga negara Filipina yang mendapat hukuman mati di Indonesia, Mary Jane Fiesta Veloso.
Sebelumnya diperkirakan topik mengenai Mary Jane akan menjadi salah satu bahasan dalam pertemuan kedua pemimpin, mengingat isu ini menghangat pada tahun lalu.
Menurut Menteri Luar Negeri Filipina Perfecto Yasay Jr, isu Mary Jane urung dibahas dalam pertemuan kali ini karena tidak menjadi masalah.
“Itu bukan merupakan isu saat ini,” kata Yasay kepada Rappler usai pertemuan Jokowi-Duterte.
(BACA: Indonesia desak Filipina tuntaskan proses hukum Mary Jane)
Mary Jane ditahan oleh otoritas di Indonesia pada tahun 2010 lalu. Di dalam kopernya ditemukan heroin seberat 2,6 kilogram. Perempuan yang diketahui berasal dari Nueva Ecija terbang lebih dulu ke Malaysia dengan tujuan untuk bekerja sebagai asisten rumah tangga,
Dia mengklaim Maria Kristina Sergio, orang yang telah merekrutnya sebagai asisten rumah tangga, telah menipunya. Maria memberikan koper miliknya kepada Mary Jane dan meminta agar terbang ke Yogyakarta.
Mary Jane sempat nyaris dieksekusi pada tahun 2015, namun diselamatkan di menit-menit terakhir. Pemerintah Indonesia mengatakan akan menunggu hasil persidangan terhadap Maria di Filipina sebelum menindak lanjuti kasus Mary Jane. —Rappler.com
Add a comment
How does this make you feel?
There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.