Indonesia

Tiongkok semangat investasi di Indonesia, asal 5 hal ini dipenuhi

Uni Lubis

This is AI generated summarization, which may have errors. For context, always refer to the full article.

Tiongkok semangat investasi di Indonesia, asal 5 hal ini dipenuhi
Urusan visa kerja lancar, KA Cepat Jakarta-Bandung selesai lebih awal

 

BEIJING, Tiongkok — Ada 5 hal yang bisa mendorong realisasi investasi Tiongkok di Indonesia. Pertama, hubungan politik yang baik di antara kedua negara. Indonesia dan Tiongkok sudah menyepakai kemitraan komprehensif. 

Kedua, stabilitas lingkungan politik, ekonomi, dan budaya di Indonesia. Ketiga, situasi pasar dengan aturan yang transparan, adil, dan terbuka. 

Keempat, rakyat Indonesia menyambut dengan baik investasi dari Tiongkok. Dan kelima, kedua pihak menjalankan mekanisme pasar sesuai aturan yang berlaku secara global.                         

Kelima hal itu disampaikan oleh asisten Menteri Luar Negeri Tiongkok urusan Asia Pasifik, Kong Xuan You, kepada sejumlah wartawan dari Indonesia di kantornya di Beijing, pada Senin, 12 September. 

Menurut Kong Xuan, yang pernah menjadi duta besar di Vietnam itu, Tiongkok serius ingin bekerjasama membangun negara di sekitarnya. Indonesia, sebagai negara terbesar di kawasan ASEAN, tentu menjadi prioritas. 

“Kalau dipikir-pikir, kami banyak sekali investasi di negara-negara di Afrika yang jaraknya sangat jauh dari Tiongkok. Mestinya kami lebih suka jika bisa investasi di Asia, termasuk Indonesia,” kata Kong Xuan.                         

Tiongkok menyoroti pentingnya efektivitas sebuah pemerintahan dalam menyerap investasi. “Yang saya maksud efektivitas di sini adalah sinkronisasi antar instansi terkait investasi, juga aturan dari pusat sampai daerah,” ujar Kong Xuan.  

Sedangkan, pengurusan visa kerja bagi pekerja dari Tiongkok masih menemui kendala. Pengusaha masih dibebani pungutan.                         

(BACA: Tiongkok optimistis proyek kereta api cepat Jakarta-Bandung selesai tepat waktu)

Investasi Tiongkok ke negara asing terus meningkat. Dalam semester pertama 2016, Negeri Tirai Bambu ini menanamkan investasi senilai US$ 130 miliar di sejumlah negara mitra. 

“Tahun depan kami akan terus menggenjot penanaman modal asing sampai lebih dari US$ 500 miliar,” kata Kong Xuan. 

Kong Xuan You, Asisten Menteri Luar Negeri Tiongkok urusan Asia Pasifik, pada 12 September 2016. Foto oleh Uni Lubis/Rappler

Menurut data Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), investasi Tiongkok di Indonesia naik pesat. Pada Semester 1 tahun 2016, angkanya mencapai US$ 1,01 miliar, atau naik 532% dibanding periode yang sama tahun lalu. Angka ini belum termasuk investasi di proyek KA Cepat Jakarta-Bandung.

Meskipun ekonomi Tiongkok tumbuh pesat, Kong Xuan memaparkan bahwa Tiongkok saat ini menghadapi masalah perlunya membangun kawasan barat lebih cepat, sehingga bisa menyamai kawasan timur. 

“Di dalam negeri, kami menghadapi masalah keseimbangan pembangunan, sementara situasi global pun kompleks,” ujar Kong Xuan. Di dalam negeri, masalah yang dihadapi termasuk membangun desa-desa.                         

Keputusan menjadikan Hangzhou, ibu kota provinsi Zhejiang sebagai tuan rumah KTT G-20 dua pekan lalu, tak lepas dari upaya pemerintahan Presiden Xi Jinping untuk menunjukkan kisah sukses Tiongkok membangun daerah.                         

“Setelah 30 tahun reformasi, membuka diri terhadap dunia luar, masalah-masalah ketimpangan ekonomi dan sosial masih ada. Ini masalah yang harus kami tangani puluhan, bahkan ratusan tahun ke depan,” tutur Kong Zuan yang didampingi sejumlah stafnya.                         

Menurut Kong Xuan, kawasan Timur Tiongkok luasannya sepertiga dari seluruh daratan, dengan 2/3 penguasaan pertumbuhan ekonomi. “Kebalikannya, wilayah barat yang luasnya dua per tiga, porsi pertumbuhan ekonominya sepertiga,” kata Kong Xuan.                         

Untuk melancarkan kerjasama dengan Indonesia, Tiongkok mendorong people-to-people contact, termasuk dengan pertukaran pelajar, kunjungan budaya, dan media. 

“Kami menyadari, antara Tiongkok dan Indonesia ada perbedaan. Kita mencari titik-temu yang bisa mendekatkan,” ujar Kong Xuan.                         

Sejak pertemuan pertama antara Presiden Xi Jinping dan Presiden Joko “Jokowi” Widodo pada akhir 2014 saat KTT APEC di Beijing, Tiongkok menganggap visi poros maritim gagasan Jokowi dapat dihubungkan dengan gagasan Presiden Xi tentang satu sabuk jalur sutra abad 21. 

“Kami tidak akan berhenti membangun kereta api cepat saja. Kami ingin mendukung Indonesia membangun jalan tol, pelabuhan, dan proyek infrastruktur lainnya,” kata Kong Xuan. —Rappler.com

Add a comment

Sort by

There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.

Summarize this article with AI

How does this make you feel?

Loading
Download the Rappler App!