5 hal tentang Lulu Lutfi Labibi

Rappler.com

This is AI generated summarization, which may have errors. For context, always refer to the full article.

5 hal tentang Lulu Lutfi Labibi
Lulu sukses memperkenalkan lurik ke dunia fashion internasional

JAKARTA, Indonesia – Lulu Lutfi Labibi, salah satu desainer terkenal asal Yogyakarta berhasil memamerkan karya desainnya di ajang 8th Annual Museum Quartier Fashion Week di Austria, Selasa, 13 September.

Bertempat di Museum Quartier, Wina, acara MQ Fashion Week tersebut merupakan kesempatan bagi Lulu untuk memperkenalkan desain khas Indonesia kepada penggemar fashion di Wina khususnya dan Eropa umumnya. Lulu menggelar karyanya dengan judul Tanah Airku.

Nama Lulu melambung belakangan ini karena ide kreatifnya untuk ‘menyulap’ kain lurik yang sederhana menjadi busana yang berkelas tapi sekaligus kasual. Seperti apa keunikan dan kiprah Lulu di dunia fesyen?.

Berikut hal-hal menarik mengenai Lulu Lutfi Labibi:

Teknik draping

Kebanyakan desain baju Lulu berfokus pada teknik draping dan estetika Jepang. Lulu memainkan desainnya dengan tali dan kain yang dililit, ditumpuk dan juga diikat. Hal ini membuat para pelanggan label Lulu Lutfi Labibi ini juga bisa mengkreasikan busana mereka sendiri sesuai keinginan. Mereka juga sangat mungkin melakukan mix and match sendiri.

Inspirasi luar negeri, memakai bahan dalam negeri

Lulu mengaku banyak karya desainnya yang terinspirasi dari desainer-desainer ternama luar negeri, seperti Dries Van Noten. Namun untuk bahan kain yang digunakan, kain tradisional tetaplah pilihannya. Lulu juga terkenal sebagai desainer kain lurik ternama di Indonesia.

Batik Belanda

Sebelumnya, Lulu juga sempat memeriahkan acara Jakarta Fashion Week (JFW) selama beberapa tahun. Pada JFW tahun 2013, dia membuat karya desain dengan tema Revival of Batik Belanda yang memamerkan batik Belanda yang digunakan di Indonesia pada zaman kolonial dulu yang sudah dipengaruhi oleh budaya Eropa. Sebanyak 24 koleksinya yang ditampilkan kala itu.

Juara Lomba Perancang Mode (LPM) 2011

Selain itu, pada tahun 2011, Lulu juga merupakan pemenang pertama Lomba Perancang Mode (LPM). Kemenangan yang diraihnya itu telah melewati lika-liku perjuangan yang panjang dari semenjak ia lulus dari Institut Seni Indonesia, Yogyakarta.

Dengan tekad yang kuat, akhirnya dia memiliki konsep yang matang dengan memadukan batik kontemporer, lurik Yogya hingga sarung goyor Klaten pada desain-desainnya.

Dengan kemenangannya ini pun, Lulu mendapatkan beasiswa selama 3 bulan untuk belajar di The Fashion Institute of Design & Merchandising, Los Angeles dan uang tunai sebesar USD 4,000.

Mengikuti LPM juga merupakan strategi agar desainnya bisa dikenal oleh masyarakat dan menjadi familiar di pasaran.

Kolaborasi dengan SMK

Tak banyak yang tahu, selain merintis karier di dunia fesyen, Lulu juga menyimpan kepedulian pada dunia pendidikan. Karena itu, sudah setahun belakangan ini, Lulu juga menyempatkan waktu untuk mempersiapkan kolaborasi dengan siswa-siswa di SMKN 2 Gedangsari, Yogyakarta.

Selama satu tahun, Lulu bersama para siswa belajar mengembangkan banyak motif batik yang berfokus pada ciri khas daerah Gedangsari, yakni flora dan fauna. Lulu juga banyak berbagi pengetahuan soal lurik dan tenun Kupang.

Awal Agustus lalu, Lulu pun berkesempatan memamerkan hasil kolaborasinya bersama para siswa SMKN 2 Gedangsari lewat sebuah pertunjukan fesyen bertajuk Gedangsari Berlari.-Rappler.com

Add a comment

Sort by

There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.

Summarize this article with AI

How does this make you feel?

Loading
Download the Rappler App!