Jadi kontroversi, Grab pangkas durasi iklan #PilihAman

Nadine Freischland

This is AI generated summarization, which may have errors. For context, always refer to the full article.

Jadi kontroversi, Grab pangkas durasi iklan #PilihAman
Menurut Grab, iklan ‘Pilih Aman’ bertujuan untuk meningkatkan kesadaran tentang standar keselamatan berkendara di Indonesia

JAKARTA, Indonesia — “Menjijikkan,” “nyeremin,” “tidak etis,” “itu iklan zombie atau pelayanan?” – adalah segelintir dari sekian banyak respon miring terhadap iklan video Grab terbaru di Indonesia.

Setiap perusahaan tentu saja tidak ingin menerima respons bernada negatif seperti itu, terlebih jika iklan tersebut merupakan bagian dari kampanye yang mengedepankan rasa aman pengguna.

Iklan yang merupakan bagian dari kampanye #PilihAman milik perusahaan layanan pemesanan transportasi asal Malaysia ini menampilkan seorang remaja perempuan bernama Dinda yang sedang berjalan.

Tiba-tiba sebagian tubuh Dinda terbalut luka dan darah seperti baru saja mengalami kecelakaan. Ia terlihat seperti zombie. Banyak tukang ojek yang mencoba memanggilnya, tapi Dinda memilih membuka aplikasi Grab dan memesan ojek melalui GrabBike. Dan anehnya, tubuhnya kembali normal saat ia menaiki ojek yang dipesan dari aplikasi tersebut.

Alur cerita dan voice-over dari iklan ini seolah memperingatkan bahwa jika Dinda memilih ojek lain maka ia akan mengalami kecelakaan. Dengan memilih GrabBike, ia bisa aman.

Tapi apakah memang aman?

Banyak orang mempermasalahkan iklan ini karena dua hal. Pertama, mereka berpendapat bahwa iklan ini sebaiknya tidak perlu menampilkan gambar yang mengerikan seperti itu.

Kedua, klaim Grab yang mengatakan bahwa layanannya lebih aman dibanding layanan ojek lain juga masih dipertanyakan kebenarannya.

Grab sendiri sebenarnya tidak luput dari riwayat kecelakaan. Tahun lalu, pengemudi GrabBike yang tengah membonceng seorang penumpang mengalami kecelakaan. Saya sendiri pernah mengalami kecelakaan kecil saat menggunakan layanan GranBike – untungnya hanya berupa luka lecet. 

Meski begitu, saya tidak melaporkannya karena sadar bahwa itu tidak sepenuhnya kesalahan pengemudi. Saya yakin pasti kejadian seperti ini juga banyak dialami penumpang lain.

Iklan Grab diakhiri dengan pernyataan bahwa seluruh pengemudi GrabBike lulus pelatihan keselamatan berkendara. Pelatihan ini sendiri menyaratkan pengemudi untuk memiliki dokumen seperti SIM. Motor yang mereka gunakan juga harus menjalani pemeriksaan teratur.

Layanan pemesanan ojek online lain juga sebeneranya sudah memberlakukan prosedur serupa. Bagaimanapun, kecelakaan masih saja sering terjadi. Layanan sejenis seperti GoRide dan UberMotor juga tidak luput dari insiden tidak mengenakkan ini.

Tidak ada data yang cukup untuk menyimpulkan apakah prosedur keselamatan berkendara bisa menjadi jaminan mutlak bahwa motor yang digunakan bisa menjadi pilihan yang aman. Kita bahkan tidak tahu berapa banyak ojek tradisional yang mengalami kecelakaan, karena mereka tidak terdaftar secara resmi.

Menurut data dari Korps Lalu Lintas (Korlantas) Polri, 27.000 orang meninggal di jalan karena kecelakaan pada 2015. Sebagian besar kecelakaan tersebut melibatkan kendaraan bermotor roda dua.
Jadi, bisa disimpulkan bahwa terlepas ojek mana yang kita gunakan, mode transportasi yang satu ini memang berisiko kecelakaan tinggi.

Iklan yang ‘tidak punya perasaan’

Iklan #PilihAman juga mendapat kecaman karena dinilai menggunakan “rasa takut” sebagai alat untuk menarik perhatian konsumen kepada layanan Grab.

Ini bukan kali pertama Grab mengalami isu terkait iklan yang mereka tayangkan. Pada 2015, iklan Grab “Love boobs?” yang ditujukan untuk meningkatkan kesadaran terhadap kanker payudara, juga mendapat kritik pedas dari masyarakat.

Video iklan #PilihAman di YouTube sempat berubah menjadi private dan kini telah dipangkas durasinya menjadi jauh lebih pendek. 

Berikut adalah penjelasan dari Marketing Director Grab Indonesia, Mediko Azwar:

“Kampanye iklan ‘Pilih Aman’ Grab bertujuan untuk meningkatkan kesadaran tentang bagaimana standar keselamatan berkendara bisa ditingkatkan di Indonesia. Kami berharap video iklan ‘Pilih Aman’ bisa menstimulasi pemikiran – guna mendorong orang untuk lebih peduli terhadap tingkat keamanan dan pelayanan ojek yang mereka kendarai sehari-hari.

Video tersebut mendapat reaksi yang beragam dan kami berterima kasih kepada semua orang yang telah membagikan umpan balik mereka. Kami paham video tersebut menimbulkan ketidaknyamaman dan dipandang mengerikan bagi sebagian orang.

Kami berharap bahwa mereka yang telah menyaksikan video ‘Pilih Aman’ akan mengerti bahwa niat kami bukanlah menakut-nakuti, tapi menggambarkan konsekuensi yang mungkin terjadi jika kita mengkompromikan standar keselamatan. […] Kami telah mengganti versi asli dari video iklan tersebut.

Kami berharap masyarakat akan fokus pada pesan inti yakni untuk meningkatkan keselamatan berkendara bagi seluruh rakyat Indonesia.”

—Rappler.com

Artikel ini sebelumnya diterbitkan di Tech in Asia.

Add a comment

Sort by

There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.

Summarize this article with AI

How does this make you feel?

Loading
Download the Rappler App!