Satu WNI lainnya dibebaskan kelompok Abu Sayyaf

Rappler.com

This is AI generated summarization, which may have errors. For context, always refer to the full article.

Satu WNI lainnya dibebaskan kelompok Abu Sayyaf
Berbicara melalui penerjemah, Herman mengatakan sempat hampir diselamatkan oleh militer Filipina sebanyak 3 kali saat terjadi pertempuran hebat dengan Abu Sayyaf

JAKARTA, Indonesia – Satu ABK asal Indonesia yang menjadi korban penculikan kelompok Abu Sayyaf, akhirnya juga menghirup udara bebas pada Kamis, 22 September. ABK bernama Herman bin Manggak dan berusia 30 tahun bisa bebas, selang 4 hari Abu Sayyaf membebaskan 3 WNI.

Menurut pernyataan otoritas militer setempat, kelompok militan itu menyerahkan Herman kepada Front Pembebasan Moro (MNLF). Kemudian, MNLF menyerahkan dia kepada otoritas berwenang.

Proses penyerahan itu secara resmi dilakukan tepat pukul 12:00 waktu setempat oleh pemerintah setempat di Sulu. Herman kemudian langsung dibawa ke rumah sakit Camp Bautista di Pulau Jolo untuk dilakukan pemeriksaan.

Berbicara melalui penerjemah, Herman meminta agar disediakan makanan dan menceritakan bagaimana pasukan Pemerintah Filipina hampir berhasil menyelamatkan dia sebanyak 3 kali. Peristiwa itu berlangsung, ketika terjadi kontak senjata antara militer dengan kelompok Abu Sayyaf.

Herman diculik dari sebuah kapal di Laut Sulu, di wilayah perbatasan antara Malaysia dengan Filipina. Kelompok bersenjata tiba-tiba mendatangi kapalnya dan menodongkan senjata.

Herman sempat disekap selama 50 hari di Pulau Jolo yang menjadi markas Abu Sayyaf, hingga akhirnya dibebaskan pada hari ini.

Otoritas berwenang tidak bersedia menjelaskan syarat untuk membebaskan Herman. Walaupun sebelumnya, Duta Besar Indonesia untuk Malaysia, Herman Prayitno, mengatakan penculik menuntut uang tebusan sebesar 10 ribu Ringgit Malaysia atau setara Rp 32 juta. (BACA: Lagi, ABK Indonesia diculik kelompok bersenjata di Malaysia)

DICULIK ABU SAYYAF. Herman bin Manggak (didorong dengan kursi roda) diculik ketika tengah berada di Laut Sulu yang menjadi perbatasan antara Filipina dengan Malaysia. Penculik sempat meminta uang tebusan sebesar 10 ribu ringgit atau setara Rp 32 juta. Foto oleh Rappler

Tuntutan itu ditolak, maka Abu Sayyaf menculik Herman yang menjadi kapten kapal. Dengan dibebaskannya Herman, maka menurut militer Filipina, masih tersisa 5 ABK Indonesia lainnya.

Pada Sabtu pekan lalu, Abu Sayyaf juga membebaskan warga Norwegia, Kjartan Sekkingstad setelah disekap selama hampir satu tahun.

Abu Sayyaf merupakan jaringan kelompok militan yang dibentuk pada tahun 1990an. Semula, mereka sempat memperoleh dana dari pemimpin Al-Qaeda, Osama bin Laden. Namun, kini mereka mengandalkan dari bisnis penculikan untuk memperoleh uang tebusan.

(BACA: Puluhan miliar rupiah uang tebusan dibayar untuk bebaskan sandera Indonesia)

Pemimpin Abu Sayyaf juga diketahui sudah menyatakan setia kepada kelompok Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS). Namun, menurut para analis, Abu Sayyaf lebih fokus kepada bisnis penculikan untuk memperoleh uang, ketimbang ideologi keagamaan.

Menyerahkan diri

MENYERAH. Sebanyak 20 anggota Abu Sayyaf di bawah sub kepemimpinan Tatong menyerahkan diri kepada militer Filipina pada Kamis, 22 September. Foto oleh militer Filipina

Di hari yang sama, sebanyak 20 anggota kelompok Abu Sayyaf menyerahkan diri kepada militer Filipina di Sumisip, Basilan. Mereka yang menyerahkan diri, merupakan anggota dari sub kepemimpinan Katatong Balaman, alias Tatong yang bermukim di Provinsi Basilan.

Mereka juga menyerahkan 8 senjata api mematikan dan 2 senjata yang dibuat di Filipina. Kelompok pimpinan Tatong ini menjadi dalang dari pertempuran melawan pasukan pemerintah di Sumisip.

Militer Filipina mengatakan mereka tidak henti melakukan operasi sehingga menyebabkan banyak anggota Abu Sayyaf yang tewas. Oleh sebab itu, mereka menyerahkan diri.

“Kami sangat terbuka jika ada lagi yang ingin menyerahkan diri. Kami ingin mengakhiri peperangan ini dengan perdamaian dan menuju perkembangan yang lebih positif di Basilan,” ujar Kolonel Thomas C. Donato, Jr.,

Sebelumnya, Presiden Rodrigo Duterte telah bersumpah untuk menghabisi Abu Sayyaf. Sebagai bukti, Duterte telah memberikan instruksi secara langsung kepada militer Filipina untuk menghancurkan kelompok yang telah memenggal dua sandera asal Kanada itu.

Militer Filipina mengerahkan sebanyak 8.000 personil ke Sulu dan terlibat dalam pertempuran pada bulan Agustus lalu. Akibatnya sebanyak 15 personil militer tewas, sementara Abu Sayyaf kehilangan 14 nyawa anggotanya. – dengan laporan dari Carmela Fonbuena/Natashya Gutierrez/AFP/Rappler.com

Add a comment

Sort by

There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.

Summarize this article with AI

How does this make you feel?

Loading
Download the Rappler App!