Menteri Susi dorong anak muda bergerak untuk kedaulatan laut

Ursula Florene

This is AI generated summarization, which may have errors. For context, always refer to the full article.

Menteri Susi dorong anak muda bergerak untuk kedaulatan laut
Susi mengatakan potensi laut Indonesia sangat besar, dengan hamparan paling luas nomor 2 setelah Kanada. Karena itulah ia berupaya untuk menjaga ekosistem supaya tetap lestari.

JAKARTA, Indonesia — Menteri Kelautan dan Perikanan (KKP) Susi Pudjiastuti mengungkapkan pentingnya menjaga keberlangsungan ekosistem bagi masyarakat Indonesia. Salah satu caranya adalah lewat gerakan anak-anak muda.

“Kalau ada yang mengancam perikanan Indonesia, Anda harus menjadi suporter terdepan. Jadi sukarelawan untuk alam Anda, masa depan Anda,” kata Susi saat menjadi keynote speaker dalam acara Social Good Summit 2016 di Jakarta pada Kamis, 29 September.

(BACA: Social Good Summit Jakarta 2016: Connecting Today, Creating Tomorrow)

Menurut Susi, masa depan kelautan berada di tangan seluruh rakyat Indonesia.

Setelah ditunjuk sebagai menteri oleh Presiden Joko “Jokowi” Widodo pada 2014 lalu, Susi memang membawa banyak perubahan di sektor perikanan. Salah satu yang paling disorot adalah pemberantasan pencurian ikan.

Dari ikan hingga ABK

Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti saat mempresentasikan soal perbudakan di kapal saat acara Social Good Summit 2016 di Jakarta, pada 29 September 2016. Foto oleh Rappler

Hal pertama yang ia lakukan sejak terpilih menjadi menteri adalah melakukan evaluasi atas kapal penangkap ikan di Indonesia. Saat itu, Susi menemukan banyak kapal eks-asing yang berubah menjadi berbendera Indonesia; kemudian menjual ikannya ke pabrik asing.

Transaksi ini berlangsung secara diam-diam di perbatasan dengan laut wilayah negara lain. Ikan-ikan yang ditangkap kapal ini dipindahkan ke kapal lain yang lebih besar (transhipment). Sayangnya, duit transaksi ini tak ada yang dinikmati oleh nelayan Indonesia ataupun negara.

Longgarnya hukum juga dinikmati oleh kapal asing lain, yang secara terang-terangan menerobos batas wilayah dan memancing di perairan Indonesia. Padahal, hal tersebut tidak boleh.

Susi sadar perbuatan ini tidak mungkin terjadi tanpa adanya keterlibatan orang dalam pemerintahan Indonesia.

“Saya tahu, tapi kalau misalkan aparat kita tindak, petugas KKP, militer semua dipidanakan, nanti siapa yang menangkap pencuri ini,” kata Susi.

Maka, ia membuat satuan komando khusus yang bernama Satgas IUU Fishing yang melakukan analisa dan evaluasi atas kapal-kapal eks-asing di Indonesia. Hasilnya, ditemukan 1.132 kapal eks-asing berbendera Indonesia, yang mayoritas berasal dari Tiongkok.

Setelah penertiban ini, apa hasil yang didapat? Devisa negara dari sektor perikanan meningkat. Salah satunya adalah lewat ikan cakalang yang devisanya diprediksi mencapai Rp3,1 miliar. Namun, tanpa satgas, angkanya bisa turun hingga 81 persen.

Selain kapal, ternyata anak buah kapal (ABK) Indonesia juga banyak yang tak berizin. Susi mencatat jumlahnya mencapai 500 ribu orang. “Pada 200 ribu kami ketahui, sekitar 300 ribuan tidak tahu lokasinya di mana,” kata Susi.

Kasus ini menarik perhatiannya setelah investigasi di sebuah pabrik ikan di Benjina, Kepulauan Aru, Maluku, yang diliput oleh kantor berita Associated Press (AP). Di situ, terungkap praktek perbudakan terhadap ABK asal Myanmar, Thailand, dan lain-lain yang bekerja dalam kondisi mengenaskan.

“Barang mereka hanya sebuah kantong plastik,” kata Susi.

Kebanyakan ABK ini sengaja diperkerjakan di lokasi yang jauh dari tempat tinggal mereka hingga tidak bisa kabur. Susi juga menemukan beberapa orang ABK Indonesia diperkerjakan di Afrika.

“Mereka tidak pernah berkomunikasi dengan keluarganya juga,” katanya.

Gerakan anak muda

Karena itulah, Susi mendorong anak-anak muda supaya memberi solusi bagi masalah ini.

“Kalian bisa lewat blog atau apa, cari orang-orang ini,” kata Susi.

Ia mengatakan potensi laut Indonesia sangat besar, dengan hamparan paling luas nomor dua setelah Kanada. Karena itulah ia berupaya untuk menjaga ekosistem supaya tetap lestari.

Salah satunya adalah lewat larangan menggunakan jaring di lokasi sepanjang 4 mil dari bibir pantai. “Ikan dewasa akan kembali dan kawin di area itu, maka harus dijaga,” ujarnya.

Laut tidak sehat, kata dia, jauh lebih bahaya daripada hutan yang tidak sehat. Namun, lanjut Susi, pola pikir orang Indonesia sudah ditekankan kalau hutan lebih penting karena agrikultur. Padahal, laut memiliki potensi yang tak kalah luar biasa. —Rappler.com

BACA JUGA:

Add a comment

Sort by

There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.

Summarize this article with AI

How does this make you feel?

Loading
Download the Rappler App!