Tottenham Hotspur vs Manchester City: Saatnya menjegal The Citizens

Agung Putu Iskandar

This is AI generated summarization, which may have errors. For context, always refer to the full article.

Tottenham Hotspur vs Manchester City: Saatnya menjegal The Citizens
Satu-satunya tim sempurna di Liga Primer, Manchester City, mendapat tantangan berat di pekan ketujuh.

JAKARTA, Indonesia — Josep “Pep” Guardiola boleh bertepuk dada. Debutnya di Liga Inggris sempurna. Dalam 6 laga Liga Primer, pelatih Spanyol tersebut mengantarkan timnya, Manchester City, meraih kemenangan. 

Biasanya, kemenangan beruntun di awal musim terjadi karena lawan yang dihadapi tidak sepadan. Namun, tidak demikian halnya dengan City. 

Tim berjuluk The Citizens tersebut bisa dibilang sudah teruji. Sebab, selain melawan tim-tim non favorit dalam beberapa laga, mereka juga mampu mengatasi Manchester United, rival sekota City. 

Karena itu, suka tidak suka, mereka adalah tim yang paling menjanjikan saat ini. Mereka menjadi satu-satunya tim di Liga Primer yang mencatatkan rekor sempurna. 

Namun, di matchday ketujuh Liga Primer, tantangan City mulai serius. Sebab, mereka akan bertemu salah satu kandidat juara musim lalu. Ya, Tottenham Hotspur adalah pesaing Leicester City di hingga akhir musim lalu. Saat semua tim besar sudah mengangkat bendera putih.

Meski akhirnya hanya finis di posisi ketiga, Spurs menunjukkan bahwa mereka layak diperhitungkan. Mereka bukan lagi tim papan tengah yang hanya bisa mengganggu tim favorit juara. Tim dari London Utara itu kini adalah salah satu tim favorit juara tersebut. 

Statistik mereka di awal musim menunjukkannya. Hingga pekan keenam Liga Primer, pasukan Mauricio Pochettino belum sekalipun tersentuh kekalahan. Tak hanya itu, mereka menjadi tim yang paling sedikit kebobolan. The Lily Whites hanya kebobolan 3 gol. 

Situasi tersebut bakal memberi mereka angin segar saat menghadapi City. Apalagi, laga bakal digelar di kandang, White Hart Lane. Selain itu, di laga terakhir mereka, pasukan Pep Guardiola tersebut ditahan 3-3 saat berlaga di Liga Champions melawan Glasgow Celtic. 

Laga berakhir seri tersebut menunjukkan bahwa formasi Guardiola memiliki celah. Mereka tak berdaya dengan pressing ketat. Sejak awal laga, Celtic menekan ketat Vincent Kompany dan kawan-kawan. Mereka yang tak menduga bakal mendapat perlakuan seperti itu menjadi tak nyaman memainkan sepak bola mereka. 

Akibatnya, mereka ketinggalan 0-1, 1-2, dan 2-3 sebelum akhirnya bisa menyamakan kedudukan 3-3 via Nolito. 

Jika City baru saja ditahan seri, tidak demikian halnya dengan Spurs. Mereka pulang ke London dengan bekal kemenangan 1-0 dari CSKA Moskow di Liga Champions. Padahal, dalam laga tersebut para pemain kunci seperti Eric Dier, Danny Rose, Mousa Dembele, dan Moussa Sissoko tidak dibawa ke ibu kota Rusia tersebut. 

Dengan demikian, para pemain tersebut bakal memiliki ekstra waktu recovery sebelum menghadapi City. Sebaliknya, tim tamu bakal kehilangan sejumlah pemain penting. Kevin De Bruyne yang menggila melawan Manchester United absen karena cedera. Sedangkan winger kiri Nolito harus menjalani sanksi tiga laga. 

Absennya De Bruyne memang bisa diatasi dengan keberadaan Leroy Sane dan Jesus Navas. Namun, dua winger tersebut bukan level De Bruyne. Mantan bintang Wolfsburg tersebut bukan pemain yang hanya bisa bermain di sayap—seperti dua pemain penggantinya itu. Dia memiliki daya jelajah yang luas dan visi seorang pengatur serangan.

Karena itu, absennya De Bruyne bakal mengurangi kreativitas di lini depan City. Terutama penerapan skema di area akhir. 

Situasi pincang di kubu lawan dimanfaatkan betul oleh manajer Spurs Mauricio Pochettino untuk menyemangati pasukannya. Dia mengusung semangat tim liliput menumbangkan raksasa. Menurut dia, tim asuhannya bukan tandingan City. “Kami sedikit di belakang mereka,” katanya seperti dikutip BBC. 

Alasan yang paling masuk akal, kata Pochettino, adalah dalam hal belanja pemain. Spurs bukan tim yang boros di bursa transfer. Mereka membeli pemain potensial yang bisa bersinar dalam rentang waktu 2-3 tahun lagi. 

“Kami berorientasi jangka panjang untuk bersaing dengan tim-tim besar tersebut. Program kami jelas berbeda dibanding mereka,” kata pelatih asal Argentina tersebut.

Di bagian lain, Pep Guardiola justru memuji permainan Spurs. Menurut dia, Pochettino sudah sukses membangun permainan tim. Bahkan, dia mengaku sangat menikmati gaya bermain musuh abadi Arsenal tersebut. 

“Saya kira Pochettino adalah salah satu manajer terbaik dunia saat ini,” kata Pep.

Pujian Pep bukan tanpa alasan. Spurs dibangun dengan mindset seperti Guardiola. Tim memainkan sepak bola yang menjadi jati diri permainan. Bukan sekadar bersifat reaktif terhadap permainan lawan. 

Selain itu, Spurs juga sangat agresif. Mereka akan terus menekan lawan. Mereka juga bukan tim yang menunggu siasat lawan untuk kemudian bereaksi. 

“Mereka tak ingin didikte. Mereka ingin bermain dengan permainan mereka sendiri. Itu sangat menarik!” katanya.—Rappler.com

 

 

Add a comment

Sort by

There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.

Summarize this article with AI

How does this make you feel?

Loading
Download the Rappler App!