Menikmati rasa baru “Setjangkir Kopi dari Plaja”

Yetta Tondang

This is AI generated summarization, which may have errors. For context, always refer to the full article.

Menikmati rasa baru “Setjangkir Kopi dari Plaja”
Dipentaskan pertama kali di tahun 2011, kini kisah cinta Pak Wi kembali menyapa penonton di Ibukota guna penggalangan dana 'Pesta Boneka #5'

JAKARTA, Indonesia – Lima tahun sejak kisah Setjangkir Kopi dari Plaja pertama kali dipertontonkan, sejumlah perubahan terlihat di pertunjukan yang digelar pada Senin, 3 Oktober di Edwin’s Gallery, Kemang, Jakarta Selatan.

Malam itu, Pappermoon Puppet Theatre khusus mengundang beberapa wartawan untuk menyaksikan kisah Setjangkir Kopi dari Plaja sebelum pertunjukan dibuka untuk umum pada 5-9 Oktober mendatang.

Memasuki ruang pertunjukan, suasana terasa nyaman dan lapang. Beberapa karya milik Iwan Effendi, sang Direktur Artistik Pappermon Puppet Theatre terlihat menyambut kami yang datang.

Sebagian boneka koleksi Pappermoon Puppet Theatre yang dipamerkan di Edwin's Gallery. Foto oleh Yetta Tondang/Rappler.com.

Pameran ini juga menjadi salah satu bagian dari rangkaian fundraising jelang diadakannya Pesat Boneka #5 di Yogyakarta, 2-4 Desember 2016 kelak. Agenda dua tahunan yang juga menjadi alasan terpenting mengapa akhirnya Setjangkir Kopi dari Plaja hadir kembali di Ibukota.

Maria Tri Sulistyani atau yang akrab disapa Ria Pappermoon membuka pertunjukan malam itu. “Tahun kelima kami mementaskan Setjangkir Kopi dari Plaja dan setiap tahun selalu mengejutkan. Ini adalah kisah cinta Pak Wi dan kekasihnya yang terpisah selama lima puluh tahun.”

Selama lima puluh tahun, Wi tetap menepati janji tidak menikahi wanita manapun selain sang kekasih. “Sampai akhirnya tahun lalu, kekasih Pak Wi duduk di barisan pertama penonton dan menyaksikan kami membawakan kisah ini. Saat itulah kami sadar bahwa semesta yang mengirimkan kami untuk menyamaikan pesan padanya, bahwa cinta itu benar-benar ada,” kata Ria.

Pertunjukan pun dimulai dan saya dan penonton lainnya terkesima. Dengan adegan tanpa dialog, dengan tata panggung yang atraktif, dengan pencahayaan yang sesuai, dengan gerak boneka yang terkesan ‘hidup’, dengan musik latar yang menyentuh dan yang terpenting, dengan kisah asmara tak kesampaian yang terasa hingga ke hati.

Kisah kasih terpisah jarak dan tragedi

Kisah Setjangkir Kopi dari Plaja adalah kisah cinta milik Widodo (Wi) yang harus meninggalkan kekasih hatinya di Indonesia karena ia harus menempuh pendidikan di Uni Sovyet selama lima tahun, semua atas dukungan pemerintah Orde Lama.

Wi dan kekasihnya harus berpisah karena ia harus berangkat melanjutkan studi ke Uni Sovyet. Foto oleh Yetta Tondang/Rappler.com.

Air mata sekaligus kebanggaan menyertai kepergian Wi. Dengan satu janji, ia akan kembali ke Tanah Air setelah menyelesaikan pendidikannya dan menikah dengan sang kekasih.

Selama menjalin kasih jarak jauh, bertahun-tahun keduanya saling berkirim surat sambil menanti hari pertemuan mereka. Sayang, hal tersebut tidak pernah terjadi karena setahun sebelum Wi seharusnya menyelesaikan studinya, tragedi besar terjadi di Indonesia.

Adegan saat Wi berusaha keras menyelesaikan studinya agar bisa pulang ke Tanah Air tepat waktu. Foto oleh Yetta Tondang/Rappler.com.

Tragedi yang mengakibatkan Wi tak bisa pulang ke Tanah Air, tak bisa menepati janjinya pada sang kekasih. Tragedi yang mengubah seluruh jalan hidup Wi dan sang kekasih.

Cerita lama berbungkus kemasan baru

Malam itu, pementasan Setjangkir Kopi dari Plaja memang tak serupa dengan yang lalu. Ria pun mengakuinya. “Ada penambahan adegan karena ini specific performance. Sebelumnya kisah Setjangkir Kopi dari Plaja sudah dipentaskan di lima tempat berbeda. Gudang antic, kedai kopi, perpustakaan dan ruang tamu dan sekarang di galeri,” ujar Ria usai menuntaskan pertunjukan.

Ada beberapa detail pertunjukan yang ditambahkan oleh Pappermon Puppet Theatre. Set panggung juga sedikit berbeda, lebih dinamis. “Karena ini sebenarnya ruangan yang paling besar yang pernah kami pakai untuk pertunjukan Setjangkir Kopi dari Plaja. Jadi kami bisa lebih mengeksplorasi set, jadi kami bisa leluasa bergerak.”

Set panggung pementasan 'Setjangkir Kopi dari Plaja' kali ini sedikit berbeda dengan yang lama. Lebih dinamis dan lebih lapang. Foto oleh Yetta Tondang/Rappler.com.

Jika di versi terdahulu, seluruh lokasi adegan selanjutnya seperti dirahasiakan dari penonton, maka untuk yang kali ini, perlakuan yang sama tidak akan terlihat. Penonton bisa dengan leluasa melihat seluruh pergerakan para puppeteers.

Setelah pertunjukan, penonton bisa melihat lebih dekat seluruh properti yang digunakan saat pementasan. Seperti boneka kekasih Wi saat muda ini. Foto oleh Yetta Tondang/Rappler.com.

Interaksi dengan penonton di akhir pertunjukan juga menjadi salah satu poin terpenting yang disajikan Setjangkir Kopi dari Plaja. Semua penonton akan diizinkan untuk melihat secara langsung seluruh detail boneka dan set yang digunakan di panggung. Bahkan bisa mencoba memainkan boneka-boneka yang tersedia.

Terdongkrak oleh efek AADC 2

Tak bisa dipungkiri, popularitas Pappermoon Puppet Theatre langsung melejit setelah film Ada Apa dengan Cinta? 2 dirilis. Maklum saja, pertunjukan Setjangkir Kopi dari Plaja juga terdapat di dalam beberapa adegan di film tersebut. Rangga dan Cinta dikisahkan pergi menonton pertunjukan ini saat menghabiskan malam bersama di Yogyakarta.

Suasana syuting AADC 2 bersama Riri Riza dan Pappermoon Puppet Theatre. Foto dari Pappermoon Papper Theatre.

“Setelah itu banyak yang datang nanya jadwal. Padahal kami ndak punya jadwal show. Konsekuensi, sih, ya. Tapi memang setelah AADC 2, awareness masyarakat itu tinggi sekali. Banyak yang tiba-tiba datang ke studio mau nonton, sementara kami memang tidak pernah bikin pertunjukan,” ungkap Ria lagi.

Ria sedikit menyayangkan karena banyak turis yang datang hanya semata karena mengejar tren AADC 2 tanpa meluangkan waktu untuk mempelajari lebih dalam soal Pappermoon Papper Theatre. Di sisi lain, Ria dan tim bersyukur ada banyak juga yang memang benar-benar menunjukkan antusiasnya dan ingin belajar banyak soal teater boneka.

“Karena itu kami sedang mempersiapkan Studio Visit di studio kami yang baru nanti. Tapi semua masih persiapan, belum bisa langsung diluncurkan. Kami perlu mensosialisasikan juga dengan tetangga-tetangga di sekitar studio kami sebelum kedatangan bis-bis pariwisata besar,” ujar Ria.

Menggalang dana untuk Pesta Boneka #5

Apapun alasannya, pementasan Setjangkir Kopi dari Plaja kali ini memang mengundang animo yang tinggi dari masyarakat Ibukota. Jika tadinya tiket hanya dialokasikan untuk 500 orang untuk 10 kali pertunjukan, Ria Cs bahkan harus menambah kuota menjadi 600 penonton dengan dua extra show.

“Dalam satu minggu saja, yang daftar sudah 700 orang. Makanya kami hanya bisa mengakomodasi hingga maksimal 600. Dan kami lihat banyak penonton baru. Senang sekali karena animonya naik.”

Ria bersyukur masyarakat tertarik datang menyaksikan Setjangkir Kopi dari Plaja karena itu berarti menambah dana yang akan masuk untuk dialokasikan ke Pesta Boneka #5 nantinya.

Pesta Boneka adalah ajang dua tahunan yang digagas mandiri oleh Pappermoon Puppet Theatre yang akan diselenggarakan di Yogyakarta, 2-4 Desember mendatang.

“Kami jarang melihat pertunjukan teater boneka seperti kami di Indonesia. Karena itu kami mengadakan ini supaya yang seperti kami bisa mendapatkan banyak insight dan bisa tampil. Ini cara kami untuk payback dan merayakan teater boneka bersama semua orang,” ujar Ria.

Sejumlah barang-barang merchandise Pappermoon Puppet Theatre yang bisa dibeli untuk menggalang dana 'Pesta Boneka #5'. Foto oleh Yetta Tondang/Rappler.com.

Ya, pementasan Setjangkir Kopi dari Plaja kali ini memang memiliki gol terbesar untuk menggalang dana untuk menggelar Pesta Boneka #5. Selain dari penjualan tiket, dana juga akan dikumpulkan dari penjualan sejumlah merchandise Pappermoon Puppet Theatre yang juga bisa dibeli pengunjung di Edwin’s Gallery saat pertunjukan.

“Ada paket untuk crowdfunding juga. Harganya beragam, dari Rp 100 ribu hingga Rp 5 juta. Yang termurah, dengan donasi Rp 100 ribu pengunjung bisa berfoto di photobooth bersama boneka Pappermoon Puppet dan hasilnya bisa langsung dicetak dibawa pulang. Yang termahal, dengan donasi Rp 5 juta pengunjung bisa membawa pulang satu boneka kami,” kata Ria.

Satu paket merchandise 'Setjangkir Kopi dari Plaja' yang bisa diperoleh pengunjung di Edwin's Gallery. Foto oleh Yetta Tondang/Rappler.com.

Selain itu, bagi pengunjung yang tidak kebagian tiket,  bisa tetap menikmati experience bersama kisah Setjangkir Kopi dari Plaja  di Edwin’s Gallery. Datang saja di tanggal 6-16 Oktober (Senin-Jumat) untuk melihat pameran karya Iwan Effendi dan bisa melihat langsung set Setjangkir Kopi dari Plaja.-Rappler.com.

Add a comment

Sort by

There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.

Summarize this article with AI

How does this make you feel?

Loading
Download the Rappler App!