Liverpool vs Tottenham Hotspur: Akhiri rasa penasaran

Agung Putu Iskandar

This is AI generated summarization, which may have errors. For context, always refer to the full article.

Liverpool vs Tottenham Hotspur: Akhiri rasa penasaran
Mental juara pelan-pelan mulai dibangun di Liverpool. Jangan sampai hancur berantakan.

JAKARTA, Indonesia — Salah satu mantan striker ternama Liverpool, Fernando Torres, pernah bercerita mengapa dia begitu mencintai The Kop. Salah satu alasannya, mereka memiliki mentalitas petarung. 

“Di Liverpool, tidak ada orang yang menyerah. Dan tidak ada yang mustahil,” kata Torres dalam buku biografinya, Torres El Nino: My Story

Salah satu striker produktif di Liverpool itu mengacu pada memori masa lalunya. Torres, yang saat itu masih berusia 21 tahun, melihat pasukan penghuni Anfield itu bangkit dari ketertinggalan 0-3 atas AC Milan pada 2004-2005. Mereka akhirnya menggondol Si Telinga Besar—sebutan trofi Liga Champions—ke Liverpool.

Torres yang saat itu masih berseragam Atleti—sebutan Ateltico—pun penasaran hingga akhirnya hijrah ke kota sepak bola ketiga setelah London dan Manchester itu. 

Setelah 12 tahun berlalu, mentalitas yang sama mulai kembali muncul sejak kedatangan pahlawan baru di Anfield, Juergen Klopp. Di musim pertamanya, der trainer dari Jerman itu hampir membawa Jordan Henderson memborong dua piala: final Piala Liga dan Europa League—sebelum akhirnya dibekuk Manchester City dan Sevilla dengan skor yang sama 1-3.

Masalahnya, sepak bola tidak mengenal kata hampir. Liverpool tidak dihitung menang meski sudah mencapai partai puncak kedua ajang tersebut. Namun, dua capaian itu sudah bisa dianggap “prestasi”. Sebab, Klopp baru menangani Liverpool di musim pertamanya. 

Itupun dihitung separuh musim karena dia datang di tengah musim berjalan. Perubahan yang dia usung belum apa-apa. Gegen pressing belum komplit diberlakukan. 

Lantas, bagaimana dengan musim ini?

Dalam 9 laga Liga Primer, Liverpool sudah mengemas 6 kemenangan. Tiga lainnya berakhir seri 2 kali dan sekali kalah. Start tersebut cukup bagus mengingat mereka sempat fluktuatif di 3 laga perdana. Buktinya, jawara 5 kali Liga Champoions tersebut kini masuk dalam 3 besar pemuncak klasemen. 

Namun, pasukan Klopp hampir selalu meninggalkan lubang di belakang. Sepanjang 9 laga tersebut, hanya sekali mereka mencatatkan clean sheet alias nol kebobolan. Total, 11 kali gawang Loris Karius ditembus lawan.

Jumlah tersebut cukup banyak dibandingkan para pesaing mereka di papan atas. Tottenham Hotspur hanya kebobolan 4 kali, sedangkan Everton dan Southampton sama-sama hanya 8 kali. 

Padahal, dua klub yang disebut terakhir tak sampai merangsek ke 5 besar klasemen sementara.

Situasi tersebut cukup membahayakan bagi Liverpool saat mereka harus menjamu Spurs di stadion yang dianggap sebagai salah satu “katedral” sepak bola dunia, Anfield. Di Piala Liga, kedua tim harus bentrok pada Rabu, 26 Oktober, pukul 01:45 WIB dini hari. 

Kesulitan sedikit menghantui The Kop karena sang penjaga poros permainan, Jordan Henderson, bakal absen karena akumulasi kartu. Posisinya bakal digantikan Lucas Leiva yang cenderung lebih bertahan dan lambat. 

Meskipun begitu, nasib baik masih berpihak ke pasukan Klopp. Daniel Sturridge, Simon Mignolet, Alberto Moreno, dan Ragnar Klavan bisa diturunkan. Danny Ings kemungkinan juga bakal menjalani start pertamanya di bawah Klopp. 

Mignolet lebih memiliki kemungkinan untuk turun di ajang ini. Sebab, Klopp sudah memutuskan bahwa kiper Belgia tersebut adalah orang nomor dua di bawah mister. Dia kalah bersaing dengan Karius, kiper anyar yang didatangkan dari klub lama Klopp, Mainz 05.

“Mignolet pasti tak bahagia tapi dia terus bekerja keras untuk mendapatkan tempatnya lagi,” kata Klopp seperti dikutip BBC

Liverpool agresif, Spurs mandul

Meski tuan rumah memiliki masalah di lini belakang, lini depan mereka justru jauh lebih tajam dibanding Spurs. Bahkan, Liverpool adalah tim paling produktif di Liga Primer dengan 20 gol. Di semua ajang, total 28 gol sudah mereka ciptakan dari 11 laga.

Peran pencetak gol juga lebih variatif. Para pemain yang bertugas di lini depan dan lini kedua hampir semuanya beberapa kali mencetak gol. Mereka adalah James Milner, Philippe Coutinho, Sado Mane, Adam Lallana, dan Roberto Firmino. 

Gelandang Jordan Henderson ikut menyumbang satu gol bersama bek Dejan Lovren. 

Situasi tersebut menunjukkan bahwa Liverpool tak hanya produktif, tapi juga memiliki sebaran dalam hal pemain dengan insting mencetak gol. 

Sebaliknya, Spurs cukup irit gol. Di Liga Primer, hanya 13 gol yang berhasil mereka cetak. Jumlah gol di semua ajang juga tak terlalu banyak berbeda, hanya 20 gol.

Produktivitas semakin seret karena peran pencetak gol didominasi 3 pemain, yakni Son Heung-min, Delle Ali, dan Harry Kane. Erik Lamela yang berposisi sebagai winger hanya menyumbang 1 gol. 

Kondisi itu bakal menyulitkan The Lily Whites. Sebab, pada saat bersamaan, Harry Kane dan Toby Alderweireld sedang dalam masa recovery cedera engkel dan lutut. Begitu juga Moussa Sissoko yang mendapat sanksi dari FA (PSSI-nya Inggris) karena menyikut Harry Arter dalam laga melawan Bournemouth. 

Karena itu, Liverpool jelas berada di atas angin untuk membekuk Spurs. Apalagi, pertemuan terakhir kedua tim di Liga Primer berakhir sama kuat, 1-1. Klopp jelas penasaran untuk membekuk Spurs. Selain itu, dia jelas ingin menuntaskan rasa penasarannya merebut trofi Piala Liga. 

Jika tidak, dia bisa terkena “kutukan” yang sama seperti Torres. Pemain yang begitu banyak mencetak gol untuk Liverpool tapi tak pernah sekalipun mempersembahkan gelar. 

Jangan sampai Klopp menjadi sosok yang begitu dicintai Kopites, tapi tak pernah sekalipun meraih piala.—Rappler.com

Add a comment

Sort by

There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.

Summarize this article with AI

How does this make you feel?

Loading
Download the Rappler App!