Philippine volleyball

Umat Muslim dunia terkejut mengetahui Trump terpilih jadi Presiden AS

Rappler.com

This is AI generated summarization, which may have errors. For context, always refer to the full article.

Umat Muslim dunia terkejut mengetahui Trump terpilih jadi Presiden AS

AFP

"Saya sangat takut. Apakah akan ada lebih banyak perang nanti? Apakah Pemerintah Amerika akan menyerang negara-negara Muslim lagi?"

JAKARTA, Indonesia – Umat Muslim di seluruh dunia terhentak ketika mengetahui hasil pemilihan umum di Amerika Serikat pada Selasa, 8 November. Dalam hasil hitung cepat, kandidat dari Partai Republik, Donald Trump dinyatakan sebagai pemenang dan berhasil meraih 276 electoral vote. Sementara untuk memenangkan pemilu AS, dibutuhkan 270 electoral vote.

(BACA: Donald Trump terpilih sebagai Presiden Amerika Serikat)

Lalu, apa respons umat Muslim ketika melihat Trump benar-benar terpilih jadi orang nomor satu di Negeri Paman Sam?

“Saya sangat takut. Apakah akan ada lebih banyak perang nanti? Apakah Pemerintah Amerika akan menyerang negara-negara Muslim lagi?” ujar seorang aktivis Indonesia, Diete ketika Trump hampir meraih kemenangan dalam pemilu.

Tidak hanya Diete, umat Muslim di seluruh Asia juga berupaya menerima fakta sosok yang semula dikritik luas oleh publik itu ternyata terpilih menjadi Presiden AS. Padahal, selama berkampanye, Trump tidak segan mengeluarkan pernyataan anti Islam.

Sebagai contoh pada Desember tahun 2015, Trump membuat pernyataan yang membuat 1,5 miliar umat Muslim geram, yakni dengan menyerukan sebuah larangan kepada umat Islam untuk masuk ke Negeri Paman Sam usai terjadi peristiwa penembakan massal di California.

“Warga Amerika akan kembali menghancurkan dunia lagi,” ujar seorang umat Muslim asal Bangladesh, Syed Tashfin Chowdhury yang memiliki beberapa teman dekat di AS.

Gelombang rasa tak percaya itu terlihat jelas di media sosial. Banyak pengguna Facebook bahkan melontarkan respons takut ketika tahu Trump yang menjadi Presiden ke-45 AS.

Seorang pejabat berwenang Pakistan yang tak ingin disebut namanya, menyebut berita itu benar-benar mengerikan bagi umat Muslim. Sementara, umat Muslim lainnya turut menyayangkan hasil sementara pemilu AS.

“Saya kecewa mengetahui Donald Trump menang, karena Hillary Clinton adalah seorang perempuan yang baik. Dia baik untuk Pakistan dan umat Muslim di seluruh dunia,” kata Ishaq Khan yang ditemui di pasar Islamabad.

Ishaq menambahkan kedua kandidat itu sangat kontras. Di saat Clinton berbicara mengenai perdamaian dunia, Trump justru mengangkat isu bagaimana berperang melawan Muslim.

ISIS bergembira

Sementara, sebagian besar warga Indonesia, negara dengan penduduk Muslim paling besar di dunia, terlihat khawatir mengenai hubungan kedua negara selama 4 tahun ke depan. Mereka juga khawatir terhadap cara pemerintahan Trump memandang dunia Islam.

“Saya sangat khawatir hubungan antara AS dan negara-negara Muslim akan kembali tegang,” ujar seorang aktivis Muslim, Diete.

Seorang karyawan yang bekerja untuk sebuah firma hukum, Nikken Suardini, juga khawatir terhadap ide pelarangan umat Muslim ke AS.

“Jika dia akan melarang umat Muslim masuk ke AS, maka itu tidak adil,” katanya lagi.

Ketakutan lainnya yakni menyangkut kebijakan anti Muslim di bawah pemerintahan Trump justru memicu meningkatnya jumlah ekstrimis Muslim secara global. Padahal, dunia justru tengah memerangi ancaman kelompok ekstrimis.

“Ketika AS menggunakan pendekatan dengan kekerasan, maka kaum ekstrimis berhasil meraih momen yang tepat,” ujar seorang ulama dari Nahdlatul Ulama, Zuhairi Misrawi.

Zuhairi menambahkan mereka yang akan sangat bahagia Trump terpilih sebagai Presiden AS adalah kelompok Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS). Namun, di sisi lain, para pengamat berharap pria berusia 70 tahun itu hanya menggunakan pernyataan retoris populisnya untuk meraih simpati publik dan tidak benar-benar merealisasikannya.

“Kami berharap pernyataan Trump terhadap Umat Muslim hanya untuk kepentingan kampanye saja dan dia akan menyadari bahwa populasi umat Muslim di AS tergolong besar,” kata seorang pejabat senior di Pakistan, Tahir Ashrafi.

Sementara, pihak lainnya khawatir, ketika Trump berkuasa nanti, kebijakannya justru akan mendiskriminasikan umat Muslim.

“Kebijakan-kebijakannya terhadap umat Muslim akan diskriminatif. Umat Muslim baginya adalah orang asing,” tutur Panglima Front Pembela Islam (FPI), Munarman. – dengan laporan AFP/Rappler.com

Add a comment

Sort by

There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.

Summarize this article with AI

How does this make you feel?

Loading
Download the Rappler App!