Deddy Mizwar ikut meminta polisi segera tahan Ahok

Yuli Saputra

This is AI generated summarization, which may have errors. For context, always refer to the full article.

Deddy Mizwar ikut meminta polisi segera tahan Ahok
Deddy menilai Ahok sudah kembali mengulangi perbuatannya menodai Islam dengan mengatakan demonstran 4 November menerima bayaran Rp 500 ribu

BANDUNG, Indonesia – Wakil Gubernur Jawa Barat, Deddy Mizwar ikut mendesak kepolisian agar segera menahan gubernur non aktif Basuki “Ahok” Tjahaja yang telah ditetapkan sebagai tersangka kasus dugaan penodaan agama. Menurut Jenderal Naga Bonar itu, bukan sekali ini saja mantan Bupati Belitung Timur diketahui telah menghina Islam.

“Umat Islam dibilang barbar dan disogok Rp 500 ribu supaya (ikut) demo 4 November. Ini kan penghinaan. Kitabnya dihinakan, umatnya dihinakan juga. Ya harus (ditahan), karena semakin lama (Ahok) makin menyakiti umat Islam,” ujar Deddy yang menemui media usai salat di Masjid Al Mutaqin, Gedung Sate pada Jumat, 18 November.

Deddy berkomentar demikian karena terpanggil untuk ikut membela Al-Quran. Itu sebabnya, pria yang diusung oleh Partai Keadilan Sejahtera (PKS) itu ikut menemui ribuan pengunjuk rasa yang ingin agar Ahok segera ditangkap. Ribuan orang itu datang dari berbagai organisasi massa di Bandung dan sejumlah daerah di Jawa Barat.

“Saya disumpah dengan Al-Quran. Al-Quran jadi pegangan saya untuk menjalankan tugas ini, kalau Al-Quran dihinakan, tidak ada pembelaan dari negara, saya bekerja untuk negara yang mana?” tanya Deddy.

Dia bahkan menegaskan lebih baik kehilangan jabatan daripada iman.

Kepada para pendemo, Deddy mengatakan peristiwa ini akan berakibat panjang jika penista agama dibiarkan bebas. Walau begitu, pria yang memerankan tokoh Jenderal Naga Bonar itu tetap berpesan agar massa berbaik sangka kepada aparat kepolisian yang tengah menyelidiki kasus penistaan agama tersebut.

“Kita berbaik sangka bahwa negara akan bersikap seadil-adilnya pada penista agama. Jangan menciptakan friksi-friksi baru yang membuat umat Islam marah karena umat Islam bukan hanya di Jawa Barat, tetapi juga ada di berbagai nusantara yang kita tidak tahu temperamen dan sebagainya,” kata dia.

Pesan lainnya yang disampaikan Deddy yakni agar umat Islam tetap menjaga persatuan dan tidak terpecah belah oleh kasus yang melibatkan Ahok.

“Jangan sampai oleh satu orang, terkoyak-koyak kebersamaan kita, terkoyak-koyak negara kita,” katanya yang dilanjutkan ucapan takbir.

“Sampai saya katakan, kalau saya disumpah dengan Al-Quran, tapi negara tidak bisa melindungi kesucian Al-Quran, saya katakan lebih baik saya kehilangan jabatan daripada kehilangan keimanan saya karena tidak ada artinya itu semua,” tuturnya lagi.

Tak terkait Pilkada

PENISTA AGAMA. Gubernur non aktif, Basuki "Ahok" Tjahaja Purnama telah dijadikan tersangka kasus dugaan penistaan agama oleh Bareskrim Mabes Polri pada Rabu, 16 November. Foto oleh Yuli Saputra/Rappler

Ribuan massa yang mengatasnamakan Aliansi Pergerakan Islam (API) berdemonstrasi di depan Gedung Sate pada siang hari. Aksi unjuk rasa yang diberi nama #TangkapAhok itu menuntut polisi untuk menahan Ahok dalam kurun waktu 2X24 jam, terhitung 16 November pukul 10:30 WIB hingga 18 November. Jika Ahok tidak juga ditangkap hingga tenggat waktu yang ditentukan, maka massa akan kembali berunjuk rasa di Jakarta pada 2 Desember.

“Tadi pagi telah ditetapkan, umat Islam yang diwakili ulama, tanggal 2 Desember akan ke Jakarta. Kita akan salat Jumat bersama dan minimal diikuti oleh 3 juta umat Muslim. Kalau Ahok tidak ditahan juga, maka tujuh hari kami siap bertahan di Jakarta,” ujar Ketua API Jabar, Asep Syarifudin saat berorasi.

Dia mengaku tidak puas jika Ahok hanya ditetapkan sebagai tersangka tanpa ada proses hukum lanjutan. Menurut mereka, proses ini hanya sekedar dagelan.

“Proses yang saat ini berjalan hanya untuk meredam massa supaya tidak ada aksi tanggal 25 November nanti. Kalau Polri berkomitmen terhadap penegakan hukum, maka (Ahok) segera ditahan dan divonis. Kalau profesional, orang lain jadi tersangka juga ditahan,” kata Asep.

Dia membantah jika aksi yang dilakukan kelompoknya telah disusupi unsur politis. Aksi tersebut juga bukan kegiatan yang mengusung isu SARA dan tidak terkait dengan Pilkada DKI.

“Ini mah tidak ada urusan dengan Pilgub DKI. Kami masyarakat Jawa Barat tidak berkepentingan dengan itu,” tuturnya. – Rappler.com

Add a comment

Sort by

There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.

Summarize this article with AI

How does this make you feel?

Loading
Download the Rappler App!