Philippine basketball

Upaya rekatkan kembali Indonesia melalui parade Bhinneka Tunggal Ika

Sakinah Ummu Haniy

This is AI generated summarization, which may have errors. For context, always refer to the full article.

Upaya rekatkan kembali Indonesia melalui parade Bhinneka Tunggal Ika
Jumlah peserta yang hadir jauh dari target 100 ribu orang. Namun panitia mengklaim acara cukup sukses mengingat waktu persiapan yang singkat

JAKARTA, Indonesia (UPDATED) – Poster berisi tulisan “bulatkan tekad untuk berpadu tak akan retak kita diadu” disebar di sepanjang area patung Kuda Arjuna di Jalan Medan Merdeka Barat, pada Sabtu pagi, 19 November. Sementara, sebagian anak-anak dan ibu-ibu mengenakan kaos yang dibagikan oleh panitia dengan tulisan berisi semangat serupa.

Mereka merupakan peserta dari parade Bhinneka Tunggal Ika yang digelar pada pagi hingga siang hari. Aksi kali ini bertolak belakang dengan demo besar yang dilakukan oleh berbagai elemen agama Islam pada tanggal 4 November lalu. Namun, bercermin dari aksi 4 November pula, ada indikasi akan terjadi perpecahan, lantaran demo yang digelar usai salat Jumat itu membawa isu SARA dan dinilai sangat sensitif. 

Sama seperti aksi 4 November, ribuan orang datang dari berbagai daerah di seluruh Indonesia. Menurut data dari Kabid Humas Polda Metro Jaya, Awi Setiyono, jumlah massa yang ikut mencapai 2.000. Angka ini jauh dari target mereka yang ingin mencapai 100 ribu orang.

“Jumlah massa (Parade Bhinneka Tunggal Ika) 2000 (orang), sedangkan untuk kuat pengamanan 2.437 (personil),” ujar Awi kepada Rappler melalui pesan pendek.

Menurut aktivis Budiman Sudjamitko, para peserta terdiri dari perwakilan dari kepala desa atau memang datang sendiri. 

“Sebagian besar dari mereka malah sama sekali bukan orang dari Jakarta. Banyak dari mereka adalah petani-petani yang naik bus untuk kemari. Mereka datang dari Jawa Timur, Jawa Tengah, Sumatera Utara, Bengkulu, Sulawesi Tenggara, Lamongan, bahkan hingga ke Papua,” ujar Budiman yang ditemui ikut serta dalam parade.

Lalu, apa kah ada kaitannya acara tersebut dengan kasus yang kini membelit gubernur non aktif Basuki “Ahok” Tjahaja Purnama? Aktivis yang pernah dibui selama 13 tahun itu tegas membantahnya. 

Enggak ada (hubungannya dengan Ahok). Enggak ada hubungannya dengan Pilkada DKI sama sekali. Mereka semua ini ikut serta, karena mereka tinggal di Indonesia,” kata dia. (BACA: Panitia: Parade Bhinneka Tunggal Ika tak ada kaitannya dengan kasus Ahok)

Budiman mengaku tidak bisa membayangkan apa jadinya Tanah Air ini jika namanya bukan Indonesia dan dasar negaranya bukan Pancasila. Dia tidak mau apa yang menimpa di negara-negara di Timur Tengah juga terbawa hingga ke Indonesia.

Kekhawatiran serupa juga disampaikan oleh salah satu penanggung jawab panitia, Nong Darol Mahmada. Perempuan yang diketahui pernah bekerja sebagai Wakil Direktur Freedom Institute itu menjelaskan mereka melihat fenomena yang belakangan berkembang di mana ada beberapa kelompok yang tidak bisa menerima perbedaan dari komunitas atau individu lainnya. 

“Kelompok, komunitas atau individu ini hanya karena mereka berbeda lalu dikucilkan. Padahal, kita harus bersikap sebaliknya. Jangan takut dan justru kita harus bangga sebagai bangsa untuk berbeda,” tutur Nong yang juga mengenakan pakaian daerah sesuai dengan dress code kegiatan itu. 

Sesuai dengan kesepakatan, Nong menyebut, tidak boleh ada bendera atau spanduk yang menunjukkan asal organisasi atau elemen peserta. Mereka semua harus melebur dalam satu identitas yakni Bangsa Indonesia.

Lalu, bagaimana komentarnya soal jumlah peserta yang teryata jauh dari target? Nong mengaku tidak tahu persis angka pasti peserta Bhinneka Tunggal Ika hari ini, tetapi prediksinya mencapai ribuan. 

“Kami mempersiapkan ini hanya dalam kurun waktu 5 hari. Itu pun sudah diliputi berita hoax. Tapi, kami cukup bangga karena acara ini cukup sukses,” katanya.

Dia berharap karena ini baru kali pertama diadakan, ke depan, bisa digelar di kota lain di seluruh Indonesia dan menjadi viral. 

Acara parade dibuka dengan tari Tor-Tor dari Sumatera Utara, lalu dilanjutkan dengan pembacaan doa bagi Intan Olivia Marbun, korban tewas dari bom molotov di Samarinda. Panitia juga melepaskan beberapa ekor merpati yang terdiri dari beberapa warna untuk menunjukkan keberagaman Indonesia.

Ingin NKRI tetap satu

Acara tersebut juga mendapat pengawalan dari Kapolres Jakarta Pusat Kombes Dwiyoko. Dia mengaku siap mengamankan jalannya parade Bhinneka Tunggal Ika. Rute parade pun juga diubah. Jika semula panitia mengatakan mereka akan parade dari Patung Kuda Arjuna menuju ke Bunderan Hotel Indonesia, ternyata tidak memperoleh izin dari otoritas berwenang. Akhirnya, massa bergerak dari Patung Kuda Arjuna menuju ke Tugu Tani dan kembali ke titik semula. 

Lalu, apa kata salah satu peserta soal keutuhan NKRI? Agus dan Lilis yang datang dari Citayam, Bogor ikut parade karena merasa peduli terhadap Bhinneka Tunggal Ika yang jadi semboyan Bangsa Indonesia. 

“Jika setiap suku dan pemeluk agama menjalankan ajarannya masing-masing, asalkan kita menjalankan adat dan kebiasaan yang baik, maka NKRI enggak bakalan hancur,” kata Agus. 

Kekhawatiran juga sempat disampaikan oleh Nuril Arifin Husein ketika memberikan keterangan pers pada Kamis, 17 November di area Jakarta Pusat. Dia tidak menutup-nutupi jika aksi Parade Bhinneka Tunggal Ika dilakukan untuk merespons demo 4 November. 

Tetapi, aksi ini menjadi pintu gerbang momentum penyadaran atas bangsa dan negara,” kata pria yang akrab disapa Gus Nuril itu. 

Dia mengaku geram melihat kondisi Bangsa Indonesia yang sudah melupakan jati dirinya sebagai negara yang menjunjung tinggi keberagaman. Pendidikan mengenai Pancasila sudah tidak lagi ditanamkan kepada anak-anak muda, sehingga mereka hanya mengandalkan kecerdasan otak semata dan lupa pelajaran berharga terkait humaniora.

“Maka yang terekam di dalam benak anak dan cucu kita, karena Kristen dari Eropa, maka penampilan kita kayak orang Eropa, karena Hindu dari China atau India seolah-olah kita kayak orang India, karena Buddha dari China, seolah-olah kita semuanya seperti orang China, karena Islam dari Arab, maka kita semua kearab-araban. Loh, kita harus jujur kita ini sebenarnya bangsa apa?” tanya Gus Nuril.

Mampu kah acara ini merekatkan publik dan kembali sadar akan makna Bhinneka Tunggal Ika? – Rappler.com

 

Add a comment

Sort by

There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.

Summarize this article with AI

How does this make you feel?

Loading
Download the Rappler App!