Ayah Intan Olivia: Semua ini rencana Tuhan bagi keluarga saya

Santi Dewi

This is AI generated summarization, which may have errors. For context, always refer to the full article.

Ayah Intan Olivia: Semua ini rencana Tuhan bagi keluarga saya
Intan mengatakan ingin bermain dengan temannya di depan gereja sebelum terjadi peristiwa pelemparan bom molotov

JAKARTA, Indonesia – Waktu mendekati pukul 10:00 WITA di Gereja Oikumene Jalan Cipto Mangun Kusumo, Kelurahan Sengkotek Kecamatan Loa Janan Ilir, Samarinda pada Minggu, 13 November. Pasangan suami istri, Anggiat dan Diana terlihat duduk di barisan belakang bersama putri semata wayang mereka, Intan Olivia Marbun yang masih berusia 2,5 tahun.

Sama seperti sesi peribadatan lainnya, mereka berdoa dan mendengarkan khotbah pendeta dengan khusyuk. Di saat peribadatan masih berjalan, sahabat karib Intan, Trinity Hutayan (3 tahun) lewat dan mengajaknya bermain.

“Aku ingin bermain dengan kakak,” ujar Anggiat menirukan kalimat terakhir yang disampaikan putri semata wayangnya itu kepada Rappler pada Rabu, 23 November.

Namun, tak lama kemudian terdengar suara ledakan yang keras dan bersumber dari depan pintu masuk gereja. Anggiat dan Diana langsung berhamburan keluar mencari putri mereka yang diduga tengah bermain di sana.

“Begitu kami keluar gereja dan menemukan Intan, dia sudah terbakar api. Saya langsung menarik tubuh Intan. Kami panik dan meminta tolong untuk segera dibawa ke rumah sakit,” kata Anggiat dengan suara yang pelan sambil mengingat kembali peristiwa memilukan tersebut.

Putri kecilnya saat itu masih dalam keadaan sadar walaupun tidak bersuara. Anggiat dan Diana kerap memanggil-manggil nama putri mereka, tetapi hanya bola matanya yang bergerak dan merespons.

“Kami juga tidak tahu apakah dia tidak bisa berbicara atau bagaimana, karena 80 persen tubuhnya mengalami luka bakar,” ujar Anggiat.

Semula Intan dilarikan ke puskesmas Loa Janan. Saat itu, dokter tidak mengatakan hasil diagnosanya kepada Anggiat dan Diana. Dia berbicara melalui anggota keluarga yang lain.

“Kami tidak sanggup melihat luka bakarnya, jadi tidak tahu bagaimana kondisi Intan saat itu. Tetapi, belakangan dokter merujuk agar Intan dibawa ke rumah sakit umum,” katanya.

Maka Intan pun diboyong ke Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Abdul Wahab Syahranie (AWS). Sayangnya, kondisi Intan sejak tiba di puskesmas hingga ke rumah sakit sudah tak sadarkan diri. Dokter kemudian menyatakan Intan meninggal pada Selasa, 15 November pada pukul 04:00 WITA.

“Kami tak memiliki firasat apa pun sehari sebelum peristiwa itu. Semua berjalan seperti biasa, begitu pula dengan Intan yang masih bermain,” tutur Anggiat.

Masih trauma

RELA. Anggiat Manumpak Banjarnahor dan Diana Susan hanya bisa merelakan kepergian putri kecil mereka yang tewas akibat bom molotov di Gereja Samarinda, Minggu, 13 November. Foto oleh Virqo Aryan/Rappler

Anggiat mengaku tak pernah mengenal atau melihat Juhanda, pelempar bom molotov yang menewaskan putrinya itu. Selama ini, warga di sekitar gereja mengenal Juhanda sebagai penjaga Masjid Mujahidin yang berjarak sekitar 200 meter ke arah kiri gereja.

“Tidak ada. Saya tidak pernah melihat orangnya,” kata Anggiat singkat.

Hampir selang dua minggu berlalu, keluarga kini sudah mulai ikhlas menerima peristiwa yang menimpa Intan. Bahkan, Anggiat dan Diana sudah tidak lagi memendam dendam.

“Saya sudah ikhlas. Ini adalah rencana dari Tuhan bagi keluarga saya, jadi biarkan lah hukum yang berlaku dan ditegakan oleh kepolisian,” tutur dia.

Walau demikian, sang istri, Diana, masih merasa trauma. Sejak kejadian itu, dia masih belum ingin kembali beribadah, termasuk ke gereja. Sementara, Anggiat sudah kembali ikut peribadatan pada Minggu kemarin.

“Tapi, kami terus berupaya untuk mendekatkan diri kepada Tuhan usai kejadian,”.

Anggiat dan keluarga berharap peristiwa teror itu tidak kembali terulang, sehingga polisi harus kian memperketat pengamanan di berbagai rumah ibadah. Apalagi, kata Anggiat, perayaan Natal sudah semakin dekat.

Jenazah Intan dimakamkan pada Selasa siang, 15 November di Taman Pemakaman Kristen Putaq, Desa Loa, Duri Ilir Kabupaten Kertanegara. Suasana haru diiringi hujan deras menyertai upacara pemakaman. Sementara, tak jauh dari area pemakaman, beberapa personil kepolisian ikut mengamankan.

Diana dan Anggiat berusaha terlihat tegar ketika menyaksikan jasad putri satu-satunya dimasukan ke liang lahat. Keduanya melepas Intan sambil berdoa putrinya tenang beristirahat. – Rappler.com

 

Add a comment

Sort by

There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.

Summarize this article with AI

How does this make you feel?

Loading
Download the Rappler App!