Begini kaitan jaringan teroris Filipina selatan dengan aksi teror Bom Sarinah

Rappler.com

This is AI generated summarization, which may have errors. For context, always refer to the full article.

Begini kaitan jaringan teroris Filipina selatan dengan aksi teror Bom Sarinah

EPA

Salah satu terduga teroris yang berhasil ditangkap membeli senjata dari kelompok teroris di Filipina selatan untuk serangan di Sarinah tahun 2016.

JAKARTA, Indonesia – Dugaan bahwa adanya keterlibatan jaringan teroris di Filipina selatan dengan serangan teror bom di area Sarinah dibenarkan oleh Mabes Polri. Hal itu terungkap dari penangkapan terhadap delapan terduga teroris di empat area yang berbeda pada Jumat, 23 Maret.

Anggota Densus 88 Anti Teror menangkap delapan orang terduga teroris di Bekasi, Pandeglang, Tangerang Selatan dan Cilegon. Terduga teroris pertama yang ditankap bernama Suryadi Mas’ud alias Abu Ridho. Kadiv Humas Mabes Polri, Boy Rafli Amar, menyebut Suryadi memiliki peranan untuk membangun jaringan kelompok teror Indonesia dengan Filipina selatan.

“Dia juga mengetahui dan mendanai terjadi bom di area Thamrin,” ujar Boy melalui keterangan tertulis pada Kamis malam, 23 Maret.

Suryadi sukses membangun jejaring. Salah satunya dengan membeli 18 pucuk senjata dari kelompok Abu Sayyaf di Filipina selatan pimpinan Hapilon Isnilon. 18 pucuk senjata itu terbagi menjadi 17 pucuk senjata jenis M16 dan 1 pucuk jenis M14.

“Transaksi itu dilakukan di Nunukan oleh Nanang Kosim dan Andi Baso,” kata Boy.

Bahkan, lima pucuk pistol di antaranya sudah masuk lebih dulu ke Indonesia. Yang melakukan transaksi adalah Zaenal Anshori. Dua pucuk diserahkan untuk aksi serangan teror di Sarinah, sedangkan sisanya tetap dipegang oleh Zaenal.

“Itu semua dilakukan atas perintah Rois (Iwan Darmawan Mutho), terpidana mati kasus teror di depan gedung Kedutaan Australia pada tahun 2004,” tutur dia sambil menyebut Suryadi ditangkap di sebuah hotel di Bekasi sekitar pukul 05:00 WIB.

Terduga teroris lainnya yang ditangkap yakni Bambang Eko Prasetyo. Dia ditangkap di Pamulang, Tangerang Selatan karena diduga ikut dalam jaringan kelompok Suryadi dan pernah ikut pelatihan militer di Filipina selatan.

Terduga teroris ketiga yang ditangkap adalah Mulyadi. Dia ditangkap sekitar pukul 08:10 WIB di Pandeglang. Terduga teroris keempat adalah Adi Jihadi yang ditangkap juga di Pandeglang. Keduanya ditangkap saat mereka masuk ke Kelurahan Sindang Laya, Pandeglang. Polisi juga menyita barang bukti dari keduanya, termasuk di antaranya satu pucuk pistol.

Sementara khusus penangkapan di daerah Ciwandan, Cilegon, polisi mengejar empat terduga teroris. Mereka diketahui beridentitas Nanand Kosim, Achmad Supriyanto, Icuk Warianto dan Abdul Majid.

“Keempatnya menumpang dua mobil berbeda. Mobil pertama diisi penumpang Achmad Supriyanto dan Icuk Pamulang. Sedangkan, mobil kedua terdapat Nanang Kosim dan Ojid Abdul Majid,” tutur Boy.

Kedua mobil itu dicegat oleh anggota Densus 88 Antiteror, namun direspons secara berbeda. Penumpang di mobil pertama langsung menyerah ketika dicegat petugas. Sementara, penumpang di mobil kedua melawan. Bahkan, pengemudinya ingin menabrak polisi.

Alhasil, mereka ditembak oleh petugas kepolisian. Nanang Kosim sempat terkena timah panas dan tewas ketika dalam perjalanan ke rumah sakit.

Dari keempat terduga teroris itu terlihat Nanang yang memiliki dominasi keterlibatan kepada terorisme. Dimulai dari mengikuti pertemuan Anshor Daulah di Batu Malang, merencanakan pelatihan militer di Halmahera, membeli senjata M16 untuk kelompok Anshor Daulah hingga menyembunyikan pelaku teror bom di Sarinah dan Samarinda.

“Bahkan dia dan Fajrun sempat berlatih membuat bom di Gorontalo pada tahun 2016,” kata Boy.

Ingin pindahkan markas?

Dari penangkapan kedelapan terduga teroris itu, menimbulkan kesan bahwa kelompok JAD akan memindahkan markasnya ke Halmahera dari yang semula berada di Poso. Hal tersebut terlihat memungkinkan karena lokasi geografisnya yang tidak terlalu jauh.

Namun, Kabagpenum Divisi Humas Polri, Kombes Martinus Sitompul mengatakan belum bisa berspekulasi.

“Kami akan mendalami mengapa bisa ada rencana untuk membuka kamp pelatihan di Halmahera. Apakah (kamp) ini sudah ada atau belum, kami belum tahu,” ujar Martinus yang ditemui di Mabes Polri pada Jumat, 24 Maret. – Rappler.com

Add a comment

Sort by

There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.

Summarize this article with AI

How does this make you feel?

Loading
Download the Rappler App!