Status gunung Dieng waspada, warga belum mengungsi

Irma Mufilikhah

This is AI generated summarization, which may have errors. For context, always refer to the full article.

Status gunung Dieng waspada, warga belum mengungsi
Warga mengaku belum merasakan getaran atau gempa

BANJARNEGARA, Indonesia – Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) meningkatkan status Gunung api Dieng di Jawa Tengah dari level I normal menjadi level II waspada.

Kenaikan status itu berlaku mulai Kamis, 14 September 2017, pukul 23.00 WIB. 

PVMBG merekomendasikan warga mengungsi, tetapi sampai hari ini warga Desa Kepakisan, Batur Banjarnegara belum juga diungsikan.

Kepala Desa Kepakisan Hamid Sobar mengatakan pihaknya belum berani mengambil langkah untuk mengungsikan warga sesuai rekomendasi PVMBG.

Mengungsikan warga, menurut dia, bukan perkara mudah. Terlebih warga akhir-akhir ini tidak merasakan langsung getaran atau gempa. Gempa tremor menerus hanya terekam melalui alat seismograf.

Di antara desa lain di kawasan pegunungan Dieng, Desa Kepakisan berada paling dekat dengan kawah Sileri. Desa tersebut mempunyai penduduk 783 Kepala Keluarga.

Desa tersebut sebagian berada kurang dari 1 kilometer dari kawah Sileri. Dusun paling dekat dengan bibir kawah Sileri adalah Dusun Sekalam dengan jarak 500 meter. Dusun itu dihuni sekitar 150 Kepala Keluarga (KK).

“Jika ditarik 1.000 meter dari bibir kawah sesuai rekomendasi PVMBG, satu desa bisa kena semua. Karena desa kami terletak kurang dari 1 kilometer dari bibir kawah,”katanya

Mengingat padatnya penduduk yang bermukim di radius 1000 meter, pihaknya berharap ada langkah bijak dalam menyikapi peningkatan status gunung api Dieng.

Langkah pengungsian menurut dia justru akan menimbulkan kepanikan bagi warga hingga aktivitas perekonomian mereka terganggu.

Hamid mengaku akan berkoordinasi lebih dulu dengan PVMBG atau Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) untuk menentukan langkah-langkah selanjutnya.

Sementara ini, pemerintah desa mengingatkan warga agar meningkatkan kewaspadaan terhadap aktivitas gunung api.

Sejumlah petani yang bercocok tanam di sekitar kawah juga masih beraktivitas normal. Ada sekitar 30-an hektar ladang petani yang berada di radius 1.000 meter dari bibir kawah.

Ladang terdekat yang ditanami kentang milik warga bahkan hanya berjarak sekitar 50 meter dari bibir kawah.

“Saat ini petani kentang sedang sibuk-sibuknya di ladang untuk mengairi tanaman mereka biar tidak kering karena kemarau,”katanya

Meski belum mengungsikan warga, pemerintah Desa Kepakisan telah menutup akses jalan menuju kawah Sileri.

Jalan itu hanya boleh dilalui khusus bagi warga Dusun Bitingan desa Kepakisan. Pasalnya, jalan aspal itu merupakan akses satu-satunya bagi warga dusun Bitingan yang menghubungkan dengan dunia luar.

Beberapa titik jalan alternatif menuju Kabupaten Batang itu hanya berjarak sekitar 100 meter dari bibir kawah Sileri.

“Sementara jalan melewati kawah Sileri ditutup terbatas karena ada peningkatan aktivitas vulkanik,”katanya

Kawah Sileri tercatat paling banyak memakan korban jiwa karena aktivitas erupsinya paling aktif hingga kini.

Kawah itu beberapa kali menunjukkan aktivitasnya hingga menimbulkan korban jiwa. Kawah ini tercatat pernah meletus pada tahun 1944, 1964, 1984, 2003, 2009 dan hingga sekarang.

Letusan paling parah terjadi pada tahun 1944 hingga melenyapkan sebuah desa di sekitar kawah Sileri. 
Desa Jawera kini hanya ada dalam memori anak turun warga yang selamat dari musibah itu hingga sekarang.

Kala itu, penduduk desa yang dalam keadaan tidak siap seperti dilanda kiamat. Mereka dihujani bebatuan dan material panas yang melesat hingga jarak 2 kilometer dari kawah.

Akibat bencana itu, sebanyak 59 penduduk tewas, 55 orang hilang, serta 38 luka-luka. Penduduk yang berhasil selamat melarikan diri ke desa lain. Sejak saat itu, desa itu ditinggalkan penghuninya untuk selamanya.

“Sebelum letusan tahun 1944, kata orang tua dulu, kawah Sileri hanya sebesar kolam ukuran sekitar 4 x 5 meter. Setelah letusan itu, jadi seukuran lapangan bola seperti sekarang,”katanya

Status waspada

Kepala PVMBG Badan Geologi Kasbani mengatakan peningkatan status waspada gunung api Dieng berdasarkan hasil analisis data visual dan instrumental.

“Berdasarkan data serta mempertimbangkan potensi ancaman bahaya, maka status gunung Dieng dinaikkan dari normal ke waspada,” katanya pada Jumat, 15 September. 

Berdasarkan data PVMBG, kata Kasbani, erupsi freatik gunung api Dieng sempat tejadi pada 2 Juli 2017 pukul 11.54 WIB.

Karakter asap yang ditimbulkan putih tebal. Tinggi asap kurang lebih 150 meter dengan tekanan asap kuat.

Hasil pengamatan visual Gunungapi Dieng periode Juni hingga 14 September 2017 menunjukkan telah terjadi 24 kali gempa tektonik jauh, 173 kali gempa tektonik lokal, 52 kali gempa vulkanik dalam, 10 kali gempa vulkanik dangkal, 12 kali gempa Tornillo, 485 kali gempa hembusan, 1 kali gempa letusan, dan gempa tremor menerus.

Sedangkan hasil pengukuran suhu air kawah Sileri sejak 8 Juli 2016 hingga 14 September 2017 menunjukkan adanya peningkatan dari 90.7oC menjadi 93,5oC.

Selain suhu air, suhu tanah di kawah Sileri juga menunjukkan peningkatan dari 58,6oC menjadi 69,4oC.

Adapun pengukuran suhu kawah Timbang periode 25 Mei 2017 hingga 13 September 2017 juga menunjukkan peningkatan dari rata-rata 57,3oC menjadi 62,7oC.

Sementara suhu tanah di kawah Timbang sejak 1 Juni 2017 sampai 13 September justru menunjukkan tren menurun dari 18,6oC menjadi 17,2oC.

Konsentrasi CO2 di kawah Timbang sejak 25 Mei 2016 sampai 13 September 2017 berkisar antara 0,22% – 0,24% dan tidak menunjukkan adanya peningkatan.

Menurut Kasbani, suhu dan konsentrasi gas CO2 di kawah Timbang cenderung normal, sementara suhu di kawah Sileri cenderung terus meningkat sejak 8 Juli 2017.

Berdasarkan hasil pemantauan kegempaan sejak Bulan Januari 2017 hingga 13 September 2017 pukul 06.00 WIB, jumlah gempa fluktuatif.

Namun sejak 13 September hingga 14 September 2017 pukul 21.00 WIB, terjadi tremor menerus dengan amplituda 0,3-1 mm, dominan 0,5 mm.

Potensi bahaya akibat meningkatnya aktivitas vulkanik Gunungapi Dieng, menurut Kasbani, yakni terjadinya erupsi freatik, hujan lumpur, lontaran material di kawah Sileri, dan meningkatnya konsentrasi gas-gas vulkanik dan aliran gas CO2 konsentrasi tinggi dan berbahaya di kawah Timbang.

Peningkatan status gunung api Dieng ke level waspada itu membuat PVMBG mengeluarkan sejumlah rekomendasi.

“Masyarakat atau wisatawan agar tidak mendekati kawah Sileri dalam radius 1.000 meter dari bibir kawah,”katanya

Masyarakat di dalam radius 1 kilometer dari bibir kawah Sileri, yaitu penduduk yang bermukim di Dusun Sekalam Desa Kepakisan, Batur juga direkomendasikan agar diungsikan sementara ke tempat yang aman.

Warga juga tidak diperkenankan beraktivitas di Kawah Timbang karena adanya ancaman bahaya gas CO2 dan H2S yang berbahaya.

“Warga agar tidak melakukan penggalian tanah di sekitar Kawah Timbang dengan kedalaman lebih dari 1 meter sebab berpotensi terancam bahaya gas CO2 dan H2S,”katanya

Kendati demikian, Kasbani mengimbau agar masyarakat tetap tenang dan tidak terpancing isu-isu terkait aktivitas Gunungapi Dieng.

Warga juga diimbau agar selalu mengikuti arahan dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Jawa Tengah. – Rappler.com

 

 

Add a comment

Sort by

There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.

Summarize this article with AI

How does this make you feel?

Loading
Download the Rappler App!