Alasan Tulus menggagas kampanye ‘Teman Gajah’

Rappler.com

This is AI generated summarization, which may have errors. For context, always refer to the full article.

Alasan Tulus menggagas kampanye ‘Teman Gajah’
Kampanye 'Teman Gajah' ini adalah program lanjutan dari 'Jangan Bunuh Gajah' yang pernah diselenggarakan sekitar satu tahun yang lalu

'TEMAN GAJAH'. Sebagai bentuk kepeduliannya dengan pelestarian spesies gajah, Tulus menggagas kampanye 'Teman Gajah'. Foto dari akun Instagram @tulusm

JAKARTA, Indonesia —Bagi Tulus, Gajah bukan sekadar jadi judul salah satu lagunya yang paling populer. Tapi gajah dalam artian sebenarnya sangat dekat di hati Tulus. Saking pedulinya dengan keberlangsungan spesies gajah, Tulus berinisiatif untuk menggagas kampanye bertajuk Teman Gajah.

Saat ditemui di Kembang Goela, Sudirman, Jakarta, Kamis, 19 Oktober, Tulus bercerita soal kampanye terbarunya hasil kolaborasi dengan WWF Indonesia dan Kitabisa.com itu. “Program Teman Gajah ini adalah program lanjutan dari Jangan Bunuh Gajah yang sudah saya selenggarakan sekitar satu tahun yang lalu,” ujar Tulus.

“Sekarang dikemas ulang dengan pilihan bahasa yang sederhana, grafis-grafis yang menyenangkan sehingga harapan saya lebih bnyak lagi teman-teman yang bisa terlibat di kampanye ini. Mulai dari Sekolah Dasar sampai Sekolah Menengah Pertama sampai sekolah lanjutan-lanjutan yang lain seluas-luasnya.” 

Menurut Tulus, komitmennya untuk menyelamatkan gajah bukan hanya dijalankan secara pribadi, namun ingin ditularkan pada banyak orang dan banyak lembaga. “Saya juga kerjasama dengan WWF Indonesia dan kolaboratornya semakin banyak. Saya rasa kalau lingkungan itu adalah sebuah komitmen yang kita harus terus jalani dan semampu sekuat tenaga yang kita bisa. Program Jangan Bunuh Gajah itu bikin saya terkejut dengan respon masyarakat yang sangat baik dan saya yakin dengan program Teman Gajah ini kepeduliannya bsa lebih luas lagi.”

Dari kampanyenya yang terdahulu, Tulus sukses mengumpulkan dana untuk membeli kalung pendeteksi lokasi untuk gajah. Tapi tentu saja, itu belum cukup. “Harapannya bisa lebih banyak lagi. Itu kenapa untuk sekarang saya memberanikan diri untuk targetnya 20 unit. Harganya Rp 40-50 jutaan satu unit kalung. Dikirim dari Afrika,” ungkap Tulus lagi.

Kecemasan Tulus tentang menurunnya angka populasi gajah di Tanah Air cukup beralasan. Menurut Tulus, ia menerima data soal jumlah populasi gajah Sumatera yang cukup memprihatinkan. Karena itu, ia tergerak untuk lebih peduli dan fokus mengurusi isu ini. 

“Kalau sekarang fokusnya apa yang bisa saya lakukan di sekitar saya dulu karena kebetulan saya bermukim di sini. Tapi mungkin efeknya lewat media sosial. Kalau benar-benar terjun langsung melakukan penyuluhan ke lembaga-lembaga yang terlibat dalam konversi lahan yang mgkn tidak tepat gitu, tidak sesuai dengan kapabilitas saya.”

Yang jadi target Tulus di kampanye ini, selain pembelian fasilitas kalung deteksi, juga untuk mensosialisasikan kondisi populasi gajah Sumatera yang nyaris terancam punah. Setidaknya lewat kampanye ini Tulus berharap bisa berkontribusi untuk meminimalisirnya. 

“Kedua, kontribusi kita untuk meminimalisir hal itu dengan sama-sama mengumpulkan dana untuk beli kalung pendeteksi keberadaan gajah. Ketiga, harapan saya berhentilah menyebut kalau gajah adalah hama. Manusia yang ganggu duluan baru gajah serang.”

Kenangan tentang Yongki

Sebenarnya ada alasan lain yang membuat Tulus gencar menggagas kampanye penyelamatan gajah. Semua karena Yongki. Gajah bernama Yongki punya kontribusi besar saat penggarapan video klip lagu Gajah milik Tulus. 

“Iya itu Yongki. Yongki adalah gajah yang punya kontribusi luar biasa besar untuk video klip itu. Karena klip itu kan diambil di dalam taman nasional. Dan itu banyak lokasi-lokasi tempat kita mengambil gambar yang tidak mungkin bisa kita dapatkan, Enggak mungkin kita bisa kesana kalau kita jalan kaki atau naik apapun itu enggak mungkin. Satu-satunya pilihan hanya dengan naik gajah dan selain itu selama beberapa hari di sana interaksi dengan dia juga,” kata Tulus mengenang Yongki.

Sayangnya, Yongki kini sudah mati. “Dibunuh dan gadingnya diambil gitu. Yang lebih menyedihkan itu kabar itu datang saat album Gajah itu dapat penghargaan AMI Awards. Itu kenapa waktu penerimaan penghargaan itu surat yang saya titipkan bukan ucapan terima kasih tapi saya malah menyebutkan betapa kagetnya terpukulnya, sedihnya saya kok malah dengar kabar itu saat pialanya saya dapat.”

Saat bertemu Yongki, itu adalah kali pertama Tulus melihat gajah yang besar namun berhati lembut. “Pas udah megang, dia ngelingkerin tangannya ramah sekali sama kita, sangat menyenangkan dan sangat hangat. Mungkin itu ya yang pertama kali anak yang menghabiskan banyak waktu di kota, masuk ke tempat gajah itu hidup dan mereka menyambut hangat, itu pengalaman yang enggak mungkin saya lupakan,” cerita Tulus.

Untuk kamu yang ingin berkontribusi dalam kampanye Teman Gajah Tulus, bisa mengakses informasi selengkapnya di akun Instagramnya atau mengakses tautan di bawah ini.

—Rappler.com

Add a comment

Sort by

There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.

Summarize this article with AI

How does this make you feel?

Loading
Download the Rappler App!