Belajar toleransi di Guanren Community

Uni Lubis

This is AI generated summarization, which may have errors. For context, always refer to the full article.

Belajar toleransi di Guanren Community
Sebuah komunitas yang dihuni ribuan warga ekspatriat menjadi etalase ‘sosialisme modern’ ala Tiongkok

XIAMEN, Tiongkok —  Puluhan orang tekun menyimak pemaparan tentang pengobatan tradisional ala Tiongkok.  Kebanyakan adalah warga Tionghoa usia tua. Di pojok deretan depan ada seorang ekspatriat, warga asing.  Kegiatan yang berlangsung di markas Guanren Community (komunitas Guanren) ini adalah bagian dari ratusan kelas internasional yang digelar di komunitas dengan jumlah ekspatriat terbesar di Xiamen City.

Nama Guanren diambil dari nama jalan dan kawasan yang terletak di area yang nyaman. Ada danau yang airnya mengalir dari laut.  Pepohonan hijau yang rindang. Pasar dan toko yang menyediakan bahan makanan yang dibutuhkan orang asing yang tinggal di Xiamen. Jalan yang lebar tak jauh dari situ dengan deretan kafe kopi, bar dan restoran yang menyediakan kursi-kursi di teras jalan,  mirip yang kita temui di negara Barat. Asri.

“Semua kemudahan itu membuat banyak orang asing memilih tinggal di kawasan Guanren,” kata Lacy, pekerja sosial yang membantu di kantor komunitas ini, kepada sejumlah editor media dari Indonesia yang berkunjung ke sana, Senin, 23 Oktober 2017.  Di sini warga asing juga mendapatkan bantuan pengurusan administrasi termasuk izin tinggal dan kerja.

Kota Xiamen, ibukota Provinsi Fujian, memiliki sejarah unik.  Bersama Shanghai di wilayah Timur, Xiamen menjadi tempat di mana ratusan tahun lalu warga asing dari negara barat mendarat di Tiongkok. Gulangyu Island, sebuah pulau kecil yang bisa ditempuh dengan naik ferry selama 5 menit dari tengah kota, menjadi tempat tinggal warga asing dan lokasi konsulat sejumlah negara Eropa termasuk Inggris.

Komunitas Guanren terletak di sub-distrik Yundang, bagian dari distrik Siming yang berlokasi di pusat kegiatan politik dan keuangan di Kot Xiamen. Luasan areanya 1,29 kilometer persegi.  Di sini tinggal sekitar 15 ribuan penduduk tetap yang terdiri dari 6.000 an kepala keeluarga yang berasal dari 42 kewarganegaraan.  Sekitar 3.280 an adalah warga yang datang dan pergi karena keperluan pekerjaan dan memilih menyewa apartemen di kawasan ini.

“Ada 1.300-an orang asing tinggal di sini. Paling banyak.  Tentu saja di bagian lain di kota Xiamen ada orang asing,” kata Lacy.

Di papan informasi yang nampak baru dipasang di gerbang jalan menuju markas komunitas. Dalam pidatonya di depan Kongres Partai Komunis Tiongkok (PKC), pekan lalu, Presiden Xi Jinping antaralain mengumumkan kepada dunia bahwa Negeri Tirai Bambu itu ingin menjadi negara sosialis yang modern. Komunitas ekspatriat ini bisa disebut sebagai etalasenya. 

Di kawasan ini telah berdiri 7 cabang PKC dan 299 unit PKC di bawahnya.  Sebuah komunitas yang dikepung ratusan bangunan tinggi dengan yang menggambarkan modernitas dan kemajuan pembangunan kota pelabuhan di Selatan Tiongkok ini,  tetap menunjukkan jati diri sebagai bagian dari agenda PKC.  

Kali ini adalah membangun toleransi antara penduduk asli Xiamen dengan pendatang.  Di ruang rapat, dipasang manifesto yang isinya hak dan kewajiban warga anggota PKC.  Lengkap dengan lambang palu dan aritnya.

Berbagai kegiatan digelar untuk menjembatani antar budaya.  Mulai dari membuka perpustakaan yang nyaman dengan koleksi buku dalam dua bahasa, Mandarin dan Inggris, bazaar internasional yang menyajikan produk lokal dan hasil olahan warga lokal maupun ekspatriat, kelas-kelas kerajinan tangan yang melibatkan ibu-ibu sampai turnamen olahraga buat anak-anak. 

Pengetahuan mengenai pentingnya menjaga lingkungan hidup yang lebih maju di kalangan warga yang datang dari negara Eropa dan Australia ditularkan ke warga setempat.  Hanya di sini, kegiatan komunitas  yang melibatkan kerjasama dengan berbagai organisasi, melibatkan juga lembaga dari Taiwan.  Taiwan Tzuchi Volunteers membantu warga menyortir sampah.

“Kami juga menggelar banyak kegiatan amal.  Warga ekspatriat mendonasikan pakaian layak pakai dan buku untuk warga lokal yang kurang mampu,” ujar Lacy.

Seolah ingin makin menegaskan komitmennya melibatkan warga asing dalam mengurus komunitas, sejak 2014 komunitas ini mengangkat wakil kepala dari warga negara Australia.  Saking tingginya kualitas hidup di Guanren, tahun 2016 mereka mendapatkan predikat sebagai komunitas sipil paling etis di Xiamen. 

Berikut foto-foto di Guanren Community

Guanren Community. Foto oleh Uni Lubis/Rappler

Foto oleh Uni Lubis/Rappler  

Suasana di Guanren Community. Foto oleh Uni Lubis/Rappler

Guanren Community. Foto oleh Uni Lubis/Rappler

 

—Rappler.com

Add a comment

Sort by

There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.

Summarize this article with AI

How does this make you feel?

Loading
Download the Rappler App!