Indonesia

Komik bernuansa dewasa dari Indonesia

Jennifer Sidharta

This is AI generated summarization, which may have errors. For context, always refer to the full article.

Komik bernuansa dewasa dari Indonesia
Komik dewasa tidak identik dengan seks dan kekerasan, kata tim Scroll Down Comics.

 

JAKARTA, Indonesia – Mendengar kata ‘komik dewasa’, orang akan cenderung berpikir mengenai komik bergambar vulgar (seks) atau kekerasan, di mana para karakternya saling membunuh.

Faktanya, tidak selalu demikian. Setidak-tidaknya itu yang mau dibuktikan oleh tim Scroll Down Comics.

“(Komik) Dewasa yang Scroll Down Comics buat adalah nuansa dewasa,” kata salah satu angota tim, Ababil Ashari, yang biasa memakai nama pena “Wednesday Ash”, kepada Rappler pada Jumat, 12 Agustus.

Jaka Prawira, anggota tim yang lain, menyatakan tim Scroll Down Comics — yang digarap sejak 2014 — memproduksi komik-komik bertema dewasa.

“Kita mencoba mengolah suatu ide cerita yang berlatar dunia fantasi. Sebagai contoh, saya mengeksplorasi budaya Bali dan menjalinnya dalam dunia fantasi dalam komik Entytas,” kata Jaka, yang  menggunakan nama pena “Ellinsworth.”

“Kita tidak akan menjadi komikus paling populer, dengan karya-karya seperti ini. Tapi kami berharap orang yang ingin membaca komik yang lebih dalam, lebih dewasa, bisa menemukan karya kami,” cetus Ash.

Scroll Down Comics telah memproduksi tiga karya: Entytas, Cloverlines, dan The Animator. Yang terakhir, The Animator, hanya didistribusikan dalam bentuk fisik pada Popcon Asia 2016.

Uniknya, semua tokoh utama karya-karya Scroll Down Comics sejauh ini adalah perempuan. “Ini sebenarnya semacam kebetulan, kita bukan sengaja memprioritaskan gender tertentu,” tambah Ash.

Alasan Scroll Down Comics meluncurkan lebih dari satu seri pada saat bersamaan adalah mereka ingin mencoba sekaligus menguji yang mana yang akan bertahan.

“Jelas kita akan gagal, kita akan banyak mengalami kegagalan. Tapi kita bisa berhasil membuat komik yang bisa kita banggakan. Tidak harus komersial. Kita akan gagal, tapi kita akan terus mencoba,” cerita Ash.

Bagi tim Scroll Down Comics, perjuangan terberat dalam memproduksi karya-karya mereka adalah menyeimbangkan waktu untuk berkarya sambil bekerja sehari-hari.

Namun, mereka sangat suka berkarya. Membuat cerita, mengeksplorasi imajinasi dan kemungkinan, menurut Scroll Down Comics sangatlah menyenangkan.

Seperti apa komik-komik yang telah mereka produksi?  

Cuplikan komik Entytas karya tim Scroll Down Comics

Entytas

Menggabungkan budaya Indonesia, khususnya Bali, dalam dunia sihir fantasi, menghasilkan “Entytas.”

Tim Scroll Down Comics menyatakan ini adalah komik mereka yang paling mereka unggulkan, khususnya karena visualnya yang bagus. Menurut Ash, pembaca komik biasanya memutuskan membaca karena gambarnya bagus, daripada karena ceritanya.

Biasanya Ash menghabiskan beberapa jam untuk menulis cerita, dan Jaka membutuhkan beberapa hari untuk menggambar.

Jaka, yang menjadi ilustrator Entytas, sebelumnya berbasis di Bandung dan awalnya ke Bali untuk melakukan pekerjaan lain, walau sejak 2015 kemudian menetap di Pulau Dewata untuk lebih mendalami kebudayaan Bali.

Menurut Ash, tidak banyak komikus Indonesia yang membuat cerita orisinal berbasis kebudayaan lokal.

“Mahabarata dan Gatot Kaca, misalnya, adalah kisah yang telah ada. Pada dasarnya itu adalah penceritaan ulang. Kita mencoba membuat cerita baru, yang belum ada sebelumnya, yang ada unsur kebudayaan Indonesianya. Karena tidak banyak orang yang menggunakan kebudayaan Indonesia, dari Sabang sampai Merauke, untuk membuat cerita yang benar-benar baru,” tutur Ash.

Cuplikan komik Cloverlines karya tim Scroll Down Comics

Cloverlines

Komik ini adalah versi lebih kompleks dari Proyek Guerilla, yang pada 2000 menggabungkan musik dengan seni. Kalau pesan dalam musik Guerilla kurang jelas, dalam Cloverlines narasi dalam lagu-lagunya lebih eksplisit.

Komik garapan Ash, asteRiesling dan Rekkazan ini dipengaruhi gaya komik Jepang. Mulai dari nama tokohnya, seperti Aimi Hoshikawa dan Yuuki, hingga penggunaan suara sintesis “Gumi” dari program Vocaloid untuk lagu-lagu yang dinyanyikan Aimi.

Namun, tetap ada sentuhan “Indonesia” di kisah kehidupan sehari-hari berlatar fantasi ini, seperti saat Aimi menyantap sate ketika ia pertama bertemu Yuuki.

Cloverlines mengisahkan kehidupan sehari-hari dan perjuangan sebuah band mengejar cita-cita menjadi musisi terhebat di Bumi, “Ibu Kota dunia hiburan” di Galaksi Bima Sakti.

Scroll Down Comics merilis album musik pendamping Cloverlines, yang berisi 14 lagu — 2 berbahasa Jepang dan sisanya berbahasa Inggris. Semua lagu itu adalah karya orisinal Ababil dan kawan-kawannya.

“Album ini ceritanya adalah album yang pada akhirnya dirilis band dalam komik Cloverlines,” jelas Ash.  

 The Animator

“Intinya ada dua superhero, dan bagaimana kalau kamu punya semua kekuatan di dunia dan kamu tidak tahu apa yang harus kamu lakukan dengan kekuatan itu. Tapi ini bukan parodi,” urai Ash, menambahkan bahwa banyak komikus yang mencoba mengembangkan tema serupa tetapi akhirnya menjadikannya parodi.

Komik karya Wednesday Ash dan Azam Raharjo itu adalah one-shot atau cerita lepas, yang berakhir dalam sekitar 16 halaman, tetapi bisa saja selanjutnya dikembangkan menjadi serial.

Scroll Down Comics merencanakan akan lebih banyak memproduksi one-shot seperti itu, melanjutkan serial Entytas, dan menggarap Cloverlines; khususnya karena album Cloverlines telah rampung. Jaka juga berencana membuat animasi atau film untuk Entytas.

Selain komik digital — yang bisa kamu baca di situs Tapastic (bahasa Inggris) dan LINE Webtoon (bahasa Indonesia dan Inggris) — Scroll Down Comics juga merilis merchandise, album musik fisik, dan hardcopy comic yang bisa kamu temukan di booth mereka di Popcon Asia 2016, Jakarta Convention Center, 12 hingga 14 Agustus 2016. – Rappler.com.

 

Add a comment

Sort by

There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.

Summarize this article with AI

How does this make you feel?

Loading
Download the Rappler App!