Dirawat di rumah sakit, kondisi Sulami ‘Manusia Kayu’ mulai membaik

Ari Susanto

This is AI generated summarization, which may have errors. For context, always refer to the full article.

Tim dokter untuk saat ini hanya melakukan rehabilitasi medis, karena kekakuan tubuh Sulami tidak memungkinkan untuk dilakukan operasi

MANUSIA KAYU. Sulami mendapat layanan pemulihan asupan gizi di RS dr Moewardi. Foto oleh Ari Susanto/Rappler

SOLO, Indonesia – Sejak sepekan lalu dirujuk ke Rumah Sakit dr Moewardi Solo, Sulami yang dijuluki “Manusia Kayu” mendapat perawatan intensif guna mengembalikan kondisi kesehatannya, sebelum menjalani pengobatan terhadap penyakit langka yang sudah 23 tahun membuat tubuhnya kaku.

Menurut ketua tim dokter, dr Arif Nurudin SpPD, Sulami mendapat layanan peningkatan gizi yang baik sejak dirawat. Selama ini gadis 35 tahun itu mengalami kesulitan makan dan mengunyah. Mulutnya hanya bisa membuka tak lebih dari 1,5 sentimeter akibat kekakuan pada sendi tulang rahang sehingga berdampak pada menurunnya asupan gizi.

“Kondisi pasien mulai membaik, gizinya terpenuhi, bobotnya naik, hemoglobinnya juga berangsur normal. Pasien sendiri kondisi psikologisnya bagus, punya semangat untuk sembuh,” kata Arif saat menggelar konferensi pers, Rabu, 1 Februari.

(BACA: Mimpi Sulami ‘Manusia Kayu’: Bisa duduk dan membungkuk)

Oleh tim dokter, perempuan asal Desa Mojokerto, Kecamatan Kedawung, Sragen, ini didiagnosa mengalami gangguan autoimun yang ditandai dengan peradangan persendian yang disebut ankylosis spondylitis yang menyerang seluruh tubuh mulai dari leher, tulang belakang, lengan, dan kaki. Penderita penyakit ini mengalami kesulitan menekuk atau menggerakkan anggota badannya.

Dokter mengidentifikasi penyakit ini disebabkan oleh kelainan genetik. Sementara itu, dunia kedokteran modern hingga saat ini masih belum menemukan obat yang terbukti klinis bisa menyembuhkan penyakit genetik secara total. Namun, progresivitas penyakit bisa dihambat lewat obat-obatan.

Tim dokter memutuskan sementara tidak akan melakukan operasi pada Sulami dan memilih rehabilitasi medis sebagai solusi untuk memperbaiki kondisi umum pasien, agar pasien bisa hidup dan beraktivitas mandiri tanpa menggantungkan bantuan orang lain. Rehabilitasi medis berkaitan dengan pengembalian fungsi-fungsi anggota tubuh yang selama ini kaku lewat kombinasi obat, latihan, dan alat bantu gerak.

Berdasarkan rapat tim dokter akhir pekan lalu, operasi tidak memungkinkan bagi Sulami dalam waktu dekat. Selain kondisi jaringan tulang yang menempel pada persendian yang mengeras, kekakuan sendi-sendi pada tulang rongga dada juga mengganggu pola napas pasien yang bisa meningkatkan risiko operasi.

“Penyakit yang diderita lebih dari 20 tahun ini menyebabkan kekakuan hampir di seluruh persendian di tubuh. Yang masih berfungsi hanya tinggal kedua pergelangan tangan dan jari-jari. Kami akan berikan obat-obatan yang bisa membantu persendian lebih rileks,” ujar dr Rieva Ermawan SpOT (K-Spine), salah satu ahli ortopedi yang menangani Sulami.

Sementara itu, Rumah Sakit dr Moewardi kembali menerima satu pasien “manusia kayu”, Rodiyah (37 tahun) asal Desa Jeruk, Kecamatan Miri, Sragen, yang kini dirawat satu bangsal dengan Sulami. Ia mengalami kekakuan sendi sejak 2006, namun kondisinya sudah parah dan tidak bisa menggerakkan anggota tubuhnya sama sekali.

Menurut tim dokter, Rodiyah juga mengalami penyakit autoimun, tetapi berbeda tipe dengan yang diderita Sulami, yaitu rheumatoid arthritis, sehingga penanganan secara klinis juga berbeda. —Rappler.com

Add a comment

Sort by

There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.

Summarize this article with AI

How does this make you feel?

Loading
Download the Rappler App!