#PHVote

Perjuangan srikandi pemadam api di Surabaya agar tak dipandang sebelah mata

Amir Tedjo

This is AI generated summarization, which may have errors. For context, always refer to the full article.

Perjuangan srikandi pemadam api di Surabaya agar tak dipandang sebelah mata
Bagai pasukan Dewa Baruna, Sang Penguasa Air, Srikandi Baruna milik Dinas Pemadam Kebakaran Pemkot Surabaya ini siaga 24 jam. Saat terjadi kebakaran, 16 perempuan tangguh ini rela berjuang mati-matian untuk memadamkan kebakaran, meski nyawa menjadi taruhannya.

SURABAYA, Indonesia — Waktu masih menunjukkan pukul 02:00 dini hari. Namun dari dari handy talkie terdengar kabar bahwa telah terjadi kebakaran. 

Anis Mulyati yang saat itu masih baru bergabung dengan tim Srikandi Baruna mau tak mau harus datang ke lokasi kebakaran. Suaminya merasa tak tega jika Anis harus berangkat sendiri ke lokasi kebakaran malam-malam. Ia pun akhirnya mengantarkan Anis ke lokasi, meski harus meninggalkan anak semata wayang mereka yang masih terlelap tidur tanpa ada yang menjaga.

Usai mengatasi kebakaran, Anis kembali ke rumah. Sesampainya di rumah, ia murung karena anak semata wayang mereka, Hafis Ahmad Firdausi, yang saat itu masih berusia 3 tahun terjatuh dari tempat tidurnya. Untungnya, hanya tangannya yang terkilir. 

“Dari kejadian itu, akhirnya saya membuat komitmen dengan suami. Tak apa saya berangkat sendiri malam-malam. Karena salah satu dari kita harus ada yang menjaga anak,” kata Anis kepada Rappler.

Namun pilihan untuk berangkat sendiri setiap ada kebakaran di malam hari bukan berarti tak ada konsekuensinya. Saking seringnya keluar malam tanpa ditemani suami, Anis pun sempat menjadi bahan gunjingan tetangga. Mereka berpikiran jika Anis nyambi menjadi perempuan malam. 

Mendengar selentingan kurang sedap itu, Anis tak berusaha untuk membela diri. Dia lebih memilih mendiamkan kabar tak sedap itu. Lambat laun, akhirnya para tetangga di sekitar rumahnya menjadi mengerti jika Anis harus keluar malam untuk memadamkan kebakaran.

“Sebagian dari mereka tahunya dari televisi. Tapi pernah juga, suatu saat saya diantar pulang dengan mobil pemadam dengan baju basah kuyup. Akhirnya mereka pun jadi paham,” ujar perempuan berjilbab ini.

Lain lagi dengan pengalaman Ratna Wijayanti. Suatu ketika saat memadamkan kebakaran, Ratna sempat terjungkal ke belakang hingga harus dibawa ke rumah sakit. Saat itu Ratna terlibat dalam proses pemadaman kebakaran besar, yang berlangsung mulai pukul 21:00 WIB hingga sekitar 03:00 WIB dini hari. 

“Saat menarik selang air sekuat tenaga, saya terjungkal ke belakang. Ternyata jalan di belakang saya berlubang. Dan saya tak menyadarinya,” ujar Ratna mengenang kejadian dua tahun lalu itu.

Akibatnya Ratna harus dibawa ke rumah sakit. Saat terjungkal ke belakang itu, Ratna sudah merasa tangannya yang bakalan patah. Tapi untunglah, setelah dirontgen tangan Ratna hanya mengalami terkilir.

“Tapi malunya setengah mati karena kejadian itu. Saya sempat dibopong oleh Bu Risma [Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini]. Dan saya tak mengetahuinya,” ujarnya.

Pembentukan tim pemadam kebakaran perempuan

Tak sedikit perempuan yang terjungkal saat menarik selang air dalam proses pemadaman api. Foto oleh Amir Tedjo/Rappler

Dua bulan setelah diangkat menjadi Kepala Dinas Pemadaman Kota Surabaya pada 2012 lalu, Chandra Oratmangun membuat gebrakan. Dia berinisiatif untuk membentuk tim pemadam kebakaran perempuan. Pembentukan tim ini dilatarbelakangi karena selama ini korban kebakaran paling banyak adalah perempuan dan anak-anak.

“Kalau yang menolong sesama perempuan, mereka akan merasa tenang jika dibandingkan laki-laki,” ujar perempuan pertama yang menjabat sebagai Kepala Dinas Pemadam Kebakaran Surabaya.

Chandra pun mulai menyosialisasikan ide pembentukan tim pemadam perempuan ini kepada para anak buah perempuannya. Jumlah pegawai di Dinas Kebakaran Kota Surabaya memang didominasi oleh laki yang berjumlah 612 orang, ditambah dengan pegawai perempuan yang hanya 41 orang.

Kata Chandra, sebenarnya semua karyawan di lingkungan Dinas Pemadam Kebakaran sudah dibekali dengan kemampuan pemadaman dasar, termasuk pegawai perempuannya yang sebelumnya lebih banyak dilibatkan di bagian administrasi. 

“Saya tak ingin kemampuan mereka itu didiamkan tidur. Dan lagi perempuan akan semakin dihargai kalau dia bisa bermanfaat untuk lingkungannya,” ujar Chandra.

Mayoritas anak buah perempuan Chandra sudah bekerja Dinas Kebakaran rata-rata hampir 10 tahun. Namun dalam jangka waktu selama itu, tak pernah sekali pun mereka turun langsung terjun ke lapangan. 

“Saya kemudian tanya, bagaimana kalian bisa membuat laporan, kalau tak pernah turun ke lapangan?” ujar Chandra.

Dalam membentuk tim pemadam perempuan itu, Chandra tidak membuka kesempatan secara terbuka. Ia hanya mengumumkan ingin membentuk tim pemadam perempuan. Buat pegawai perempuannya, silakan datang untuk bantu-bantu jika ada kebakaran.

Selama dua bulan itu, Chandra menyeleksi secara alami siapa saja anak buah perempuannya yang memang mempunyai komitmen untuk bergabung dalam tim pemadam kembakaran. 

Caranya, dalam setiap peristiwa kebakaran, Chandra akan mengingat siapa saja anak buah perempuannya yang sukarela datang ke lokasi kebakaran untuk membantu proses pemadaman. Meski mereka harus datang saat malam hari.

“Kalau yang menolong sesama perempuan, mereka akan merasa tenang jika dibandingkan laki-laki.”

“Kalau datang hanya untuk berfoto selfie saja, sudah tentu akan saya usir. Karena sebenarnya pasti banyak pekerjaan yang bisa dilakukan oleh petugas perempuan meski terlihat sepele. Misalnya meluruskan selang air yang terlipat agar tekanannya tinggi,” ujar Chandra.

Ternyata tak mudah bagi Chandra untuk mendapatkan nama-nama pegawai perempuannya yang layak masuk dalam tim Srikandi Baruna. Selama dua bulan proses seleksi alami itu, Chandra hanya mendapatkan 5 nama pegawai perempuannya untuk masuk dalam tim. 

Lima orang ini bertahan sampai setahun. Baru di tahun kedua Chandra mendapatkan 11 orang lainnya. Jumlah anggota Srikandi Baruna yang cuma 16 orang perempuan itu pun bertahan hingga kini.

“Sulit merekrut mereka. Selain karena panggilan jiwa, saya juga harus meyakinkan kepada suami dan para orangtua mereka, agar diizinkan masuk dalam anggota tim pemadam perempuan,” kata Chandra.

Tantangan datang dari dalam dan luar

PANTANG PULANG. Pemadam kebakaran Dinas Pemkot Surabaya memiliki 16 anggota. Foto oleh Amir Tedjo/Rappler

Meski ide untuk membentuk tim pemadam perempuan itu datangnya dari pimpinan langsung, namun ternyata tak mudah bagi pemadam perempuan untuk ambil bagian dalam proses pemadaman kebakaran. 

Tantangan pertama yang dihadapi adalah disepelekan oleh masyarakat dan bahkan rekan satu kerja sendiri. Misalnya saja, saat pemadaman, warga pasti bertanya-tanya kok yang memadamkan perempuan. Bisa apa mereka soal memadamkan kebakaran. 

“Namun kita yakinkan, meski kita perempuan tapi tetap mampu,” ujar Anis yang sekarang menjadi Ketua Regu Srikandi Baruna.

Tak hanya warga yang meremehkan pemadam perempuan. Rekan kerja pun juga melakukan hal yang sama. Misalnya saja saat terjadi kebakaran, pemadam perempuan tidak diberikan kesempatan untuk ikut memadamkan api.  Atau kalau pun diberikan kesempatan memadamkan api, mereka hanya diberikan selang air kecil yang ringan. 

“Disepelekan itu wajar. Karena memang semua peralatan pemadam kebakaran itu bobotnya berat semua. Yang menyepelekan biasanya rekan kerja yang sudah senior-senior. Mungkin mereka kasihan kenapa perempuan harus ikut-ikut memadamkan api,” ujar Anis.

Seiring dengan berjalannya waktu, lambat-laun warga Surabaya dan rekan kerja pun sudah bisa menerima kehadiran pemadam perempuan. Saat ada panggilan kebakaran, warga Surabaya yang melihat mereka berangkat ke lokasi, seringkali melambaikan tangan saat melihat kru pemadamnya adalah perempuan. 

“Tak jarang mereka bilang, ‘Keren rek’. Pemadamnya wedhok [perempuan]. Itu bikin kita bangga,” ujar Anis.

Meski demikian, di satu sisi tetap ada rasa galau di antara anggota pemadam perempuan. Mereka khawatir jika keberadaan mereka akan dihapuskan dengan kebijakan Kepala Dinas Pemadam yang baru nanti. Apalagi terdengar kabar jika aka nada rotasi di lingkungan Pemerintah Kota Surabaya. 

“Saya yakinkan untuk tetap berdedikasi. Yakinkan kepala baru nanti jika kalian memang mampu,” ujar Chandra. —Rappler.com

Add a comment

Sort by

There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.

Summarize this article with AI

How does this make you feel?

Loading
Download the Rappler App!