Kisah Miskaulah yang tidak bisa berhenti memakan ayam hidup

Amir Tedjo

This is AI generated summarization, which may have errors. For context, always refer to the full article.

Kisah Miskaulah yang tidak bisa berhenti memakan ayam hidup
Perempuan 47 tahun ini pernah menjalani terapi selama 1,5 tahun tapi kini ‘penyakitnya’ kambuh lagi

SIDOARJO, Indonesia — Sambil duduk setengah bersila di atas kursi bambu, perempuan setengah baya berbadan tambun ini berbincang dengan perempuan di depannya. 

Mengenakan pakaian dan jilbab serba hitam, Miskaulah bercengkerama dengan anak angkatnya, Siti Rohmah (37 tahun), di teras di depan rumahnya di Dusun Jangan Asem, Desa Tromposari, Kecamatan Jabo, Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur, akhir pekan lalu.

Pakaiannya yang serba hitam saja sudah menarik perhatian orang, apa lagi ditambah dua jari kanan-kirinya yang dihiasi dengan batu akik sebesar biji kolang-kaling. Tak lupa, di lehernya pun bergantung kalung dengan liontin batu akik berukuran besar. 

Dengan gaya berpakaian yang seperti itu, sosok Miskaulah lebih mirip dengan tokoh dukun-dukun ilmu hitam seperti yang biasa digambarkan di film-film nasional. 

“Akik ini sekadar hobi saja. Kemarin, kan, sempat musim akik. Sedangkan pakaian hitam-hitam, saya sejak dulu memang suka memakainya. Biar kalau habis makan ayam, darahnya tak kelihatan di baju karena warnanya hitam. Bukan karena saya punya ilmu hitam,” kata Miskaulah memulai percakapan.

Miskaulah memang mempunyai kegemaran yang aneh. Jika banyak orang menggemari makan ayam yang sudah digoreng atau dimasak lainnya, Miskaulah malah sebaliknya. Perempuan 47 tahun ini lebih senang menyantap ayam hidup-hidup dengan darah yang disesapnya.

Kebiasaan Miskaulah ini sempat menghebohkan warga Jawa Timur pada 2011 lalu. Saat itu, media massa ramai memberitakan kegemaran tak lazim tersebut. Rumah Sakit Umum Daerah Sidoarjo pun tak tinggal diam. Miskaulah sempat menjalani terapi untuk menghentikan kebiasaan nyelenehnya ini. Setelah menjalani terapi selama 1,5 tahun, Miskaulah akhirnya bisa berhenti menyantap ayam hidup-hidup.

“Mereka bilang acara nikahan anak saya kurang seru karena organ tunggal sudah berhenti. Biar tambah seru mereka memaksa saya untuk makan ayam hidup-hidup kembali,” kata Miskaulah.

Namun itu tak bertahan lama. Sekitar 2014 lalu, Miskaulah diam-diam mulai lagi dengan kebiasaan anehnya. Awalnya memang sembunyi-sembunyi, namun setelah kepergok, ia semakin menjadi. 

Kalau hasrat makan ayam hidup muncul, emosi Miskaulah bisa tak terkendali. Dia bisa berteriak-teriak menyuruh Siti Rohmah untuk membelikan ayam hidup. Tak semua ayam ia suka. Ia hanya mau melahap ayam betina yang berbulu hitam.

“Ayam jago atau ayam babon [betina] selain hitam, saya tak bisa menyantapnya. Entah kenapa,” akunya.

Miskaulah mengakui bahwa ia mulai kembali menyantap ayam hidup sekitar 2014. Kala itu, ia sedang mempunyai hajatan menikahkan anaknya yang pertama. Sebagai penambah semarak acara, dia menyewa organ tunggal (electone). Namun sayang, karena tak mengantongi izin RT setempat, acaranya harus berhenti pada pukul 20:00 WIB.

Lalu datanglah sekelompok santri dari lingkungan sekitar. Kecewa karena organ tunggal sudah berhenti, mereka membawa ayam hidup. Para santri ini kemudian memaksa Miskaulah untuk menyantap ayam hidup kembali sebagai hiburan.

“Mereka bilang acara nikahan anak saya kurang seru karena electone sudah berhenti. Biar tambah seru mereka memaksa saya untuk makan ayam hidup-hidup kembali,” ujar Miskaulah.

Mulai sejak saat itu, ia kambuh lagi menyantap ayam hidup. Porsinya memang tak sebanyak dulu. Sebelum menjalani pengobatan, dalam sehari Miskaulah bisa menyantap ayam hidup minimal 5 ekor. Tapi kini, hanya seekor dalam sepekan.

“Tapi saya ingin benar-benar berhenti. Anak-anak saya malu semua dengan kebiasaan buruk ibunya ini. Saya ingin sembuh kembali. Makanya saya terapi lagi,” kata Miskaulah.

Kebiasaan makan ayam hidup ini, kata Miskaulah, sebenarnya sudah dimulai sejak kecil. Saat itu, Miskaulah kecil yang masih berusia 10 tahun diajak bapaknya untuk garap sawah. Hari sudah siang, namun makan siang tak kunjung datang. Ia merengek kepada bapaknya minta makan. Bapaknya hanya bilang untuk minum air yang banyak biar kenyang.

Miskaulah kecil tak sanggup menahan lapar. Ia pun mencari hewan apa pun di sekitar untuk disantap. Awalnya hanya belalang, kemudian katak dan ikan. Kebiasaan ini terus berlanjut hingga akhirnya Miskaulah kecil terkenal suka menyantap hewan hidup.

Suatu saat, ada perguruan pencak silat yang mencari Miskaulah. Mereka mengajak Miskaulah pentas untuk hajatan kampung. Miskaulah diminta mendemontrasikan kebiasaan anehnya layaknya debus atau kuda lumping.

“Selain disuruh kupas kelapa dengan gigi, saya juga disuruh makan ayam hidup. Dari situlah akhirnya saya menemukan, ‘Oh ternyata hewan yang paling enak dimakan hidup adalah ayam’. Sejak saat itu, saya hanya mau santap ayam hidup,”ucapnya.

Miskaulah alias Mama Pretty menunjukkan rompi seragam kerja di radio bekas tempatnya bekerja. Foto oleh Amir Tedjo/Rappler

Kebiasaan ini berlanjut hingga dewasa. Uang untuk membeli ayam hidup bagi Miskaulah tak jadi masalah. Setelah dewasa dia bekerja menjadi penyiar radio. Nama udaranya adalah Mama Pretty. Honornya dari siaran memang tak seberapa. Namun dia mendapatkan tambahan dari uang saweran para pendengarnya.

Setiap malam, Mama Pretty membawakan acara dangdut karaoke. Acara ini digemari pendengarnya. Mereka rela datang ke stasiun radio tempat Mama Pretty bekerja untuk berkaraoke di radio. Dari para penggemarnya ini Miskaulah mendapatkan uang saweran.

“Uang saweran paling hanya Rp10 ribu, tapi dikali puluhan penggemar yang datang ke radio,” ujar dia.

Dari uang saweran ini, biasanya Miskulah bisa membeli ayam untuk memenuhi hasratnya. Tapi kini, keinginan untuk sembuh kini lebih kuat. 

Sejak awal Januari lalu Mama Pretty mulai berobat lagi. Sekali dalam sepekan ia harus mengikuti konseling ke RSUD Sidoarjo. Padahal jaraknya sekitar 15 km dari rumahnya. Tapi demi niat sembuh, tetap ia lakoni dengan diantar anaknya.

Hasil pemeriksaan awal kedokteran menyebutkan, tidak ada yang berbeda dari Miskaulah. Ia hanya menderita darah tinggi dan sedikit obesitas.—Rappler.com

Add a comment

Sort by

There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.

Summarize this article with AI

How does this make you feel?

Loading
Download the Rappler App!