Pengalaman dan keluarga: Dua hal yang saya temukan saat magang bersama Rappler

Jennifer Sidharta

This is AI generated summarization, which may have errors. For context, always refer to the full article.

Pengalaman dan keluarga: Dua hal yang saya temukan saat magang bersama Rappler
Selain tugas-tugas jurnalistik, atmosfer kekeluargaan di Rappler membuat penulis yakin Rappler adalah media yang menjaga janjinya untuk mementingkan nilai-nilai kemanusiaan

 

JAKARTA, Indonesia — Sebagai mahasiswa jurnalistik, dari jauh-jauh hari saya banyak diceritakan tentang atmosfer kerja, walau mungkin yang diceritakan adalah pengalaman terburuk yang diketahui para dosen dan senior saya di kampus. 

Mulai dari ada yang dibentak-bentak di newsroom, karya yang dibuatnya tak dipublikasikan, hingga harus membatalkan janji karena mendadak dipanggil liputan. 

Jadi, ketika magang di Rappler Indonesia, saya terkejut karena situasinya tidak seperti itu. Walau status saya magang, senior dan bos saya sangat ramah dan sopan ketika meminta saya bertugas dan mengapresiasi apa yang saya kerjakan.

 

(BACA: Kesempatan magang bersama Rappler Indonesia)

Bahkan ketika saya membuat kesalahan (tertipu membeli tiket konser untuk liputan dan hampir merusakkan video karena meliput saat hujan), atasan saya mengatakan untuk menganggap rangkaian kejadian tersebut sebagai pelajaran karena kita tak tahu apa yang akan terjadi di lapangan. 

Tim Rappler Indonesia juga mengikutsertakan anak magangnya saat rapat editorial, sesuatu yang sepertinya tidak dilakukan kantor lain, setidaknya sepengetahuan saya berdasarkan cerita teman-teman yang magang di media lain. 

Selama dua bulan magang di Rappler Indonesia, saya banyak belajar, baik melalui pelatihan, bimbingan, dan masukan yang saya terima, maupun berkat ditugaskan meliput langsung di lapangan bersama reporter lain ataupun sendiri. Berkat pengalaman membuat tugas kampus serta bimbingan tim Rappler Indonesia, menurut saya secara keseluruhan selama magang saya tidak merasakan banyak kesulitan. 

Reporter magang Rappler, Jennifer Sidharta (kiri), saat mewawancarai atlet renang Olimpiade Indonesia, Glenn Victor, di kolam renang Cikini pada Juli 2016. Foto dari Instagram.com/GlennVictor

Beberapa cerita menarik saya saat liputan di antaranya ketika meliput warga Pasar Ikan, Jakarta Utara, saat Lebaran karena sebelumnya saya tak tahu bahwa mereka menolak pindah demi mempertahankan pekerjaan atau agar tidak pindah sekolah. Selain itu, ketika mewawancarai para atlet Indonesia yang akan berlaga di Olimpiade Rio 2016 karena saya jadi menyadari betapa mereka telah bekerja keras demi mengharumkan nama bangsa.

Juga saat meliput festival musik tahunan, We the Fest, karena untuk pertama kalinya saya meliput dan langsung membuat artikel foto serta video untuk acara berdurasi dua hari berturut-turut itu. 

Banyak hal berkesan yang saya alami selama magang, tapi yang paling saya anggap penting mungkin rasa kekeluargaan dan keramahan tim Rappler Indonesia.

Mungkin hal-hal seperti menanyakan apakah saya sedang senggang sebelum memberi tugas (walau saya magang full-time), menggunakan kata “tolong” dan “terima kasih,” serta menyatakan jangan bekerja kalau memang sedang jatah libur (atau seperti kata bos saya, “Have a life“) bisa dibilang sepele, tapi menurut saya hal-hal ini yang paling membuat saya yakin Rappler adalah media yang menjaga janjinya untuk mementingkan nilai-nilai kemanusiaan. —Rappler.com

Jennifer Sidharta adalah mahasiswi tingkat akhir Universitas Multimedia Nusantara. Ia magang bersama Rappler dari 1 Juli hingga 31 Agustus 2016. 

Add a comment

Sort by

There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.

Summarize this article with AI

How does this make you feel?

Loading
Download the Rappler App!