Mengeja bahasa Inggris di ujung Sumatera

Habil Razali

This is AI generated summarization, which may have errors. For context, always refer to the full article.

Mengeja bahasa Inggris di ujung Sumatera
Kelas bahasa Inggris digelar di warung pinggir jalan secara gratis

SIGLI, Indonesia – Beberapa pria duduk bersila di atas sebuah dipan yang menyambung hingga ke sudut warung. Keduanya tampak sibuk sambil sesekali melirik layar telepon genggam. Sejurus kemudian, seorang perempuan tiba dan langsung nimbrung.

“Well, we’ll start,” kata Akbar Rafsanjani disambut anggukan kepala oleh beberapa orang yang hadir pada Kamis sore, 23 Maret 2017. Kelas bahasa Inggris pun dimulai. 

Yang dimaksud kelas di sini bukan ruang kelas sekolah atau tempat kursus, melainkan hanya sebuah warung Mie Cek Mahdi di jalan lingkar Blang Paseh, Kota Sigli, Pidie. Rappler berkesempatan bergabung dalam ‘kelas’ tersebut.

English Lovers Citizen (ELC), begitu mereka menyebut kelas tersebut, adalah komunitas pecinta bahasa Inggris di Kabupaten Pidie, Aceh, yang terbentuk medio 2013. Ide awal pendirian komunitas ini berawal dari kurangnya tempat mempraktikkan bahasa Inggris di Pidie.

Pendiri ELC, Akbar Rafsanjani kepada Rappler Indonesia mengatakan ELC dibentuk sebagai wadah bagi masyarakat yang hendak menggunakan bahasa Inggris dalam setiap percakapannya.

“Karena menurut saya, bahasa Inggris itu akan mahir jika kita terus menerus mempraktikkannya. Nah, dari sana lah kita membentuk komunitas ini sebagai tempat untuk lebih leluasa menggunakan bahasa Inggris,” ujar Akbar.

Menurut Akbar, di Pidie sangat terbatas tempat untuk mempraktikkan bahasa Inggris dalam sehari-hari. Ia menuturkan, sebelum ELC terbentuk bahasa Inggris hanya digunakan saat belajar di sekolah.

Tahun 2013, Akbar berwisata ke negeri jiran Malaysia. Ia berangkat dari Aceh berdua dengan kakaknya. Selama di sana, hampir setiap waktu ia berkomunikasi menggunakan bahasa Inggris, kecuali dengan kakaknya sendiri.

“Sepulang dari Malaysia, saya sempat berdiskusi dengan kakak. Sebenarnya saat kita pergi ke luar negeri, modal yang paling besar yaitu bahasa Inggris. Nah, bagaimana kita dapat meningkatkan kemampuan bahasa Inggris kita di sini (Pidie),” kisah Akbar.

Apalagi saat itu pemerintah Indonesia sedang semangat-semangatnya mengajak masyarakat untuk menyambut Masyarakat Ekonomi Asean (MEA). Salah satu hal utama menyambut MEA, kata Akbar, ialah mengajak masyarakat belajar menggunakan bahasa Inggris.

Kakaknya, kata Akbar memberikan sebuah ide yaitu menggelar ‘meet up’ membahas berbagai topik terhangat. Tetapi para pesertanya mesti menggunakan bahasa Inggris. “Saya langsung setuju dengan ide dari kakak, besoknya saya mengajak beberapa teman untuk bertemu di sebuah warung,” ujar Akbar.

Tak dinyana, temannya ternyata sangat antusias menyambut ajakan tersebut. Hal ini terlihat dengan banyaknya peserta yang hadir. Nama ELC belakangan baru disematkan setelah ‘meet up’ beberapa kali digelar.

Kini, ELC memiliki anggota aktif sebanyak 20 orang. Latar para anggota beragam, mulai dari pelajar SMP, SMA, aktivis, bahkan dari kalangan PNS. “Kami di sini bukan seperti les private. Kami bertemu di sebuah warung, kemudian membahas sebuah topik dengan menggunakan bahasa Inggris. Tentunya tanpa dipungut biaya,” jelas Akbar.

Bukan hanya di Pidie, sekarang ELC telah membentuk sebuah cabang di Kota Banda Aceh, ibukota Provinsi Aceh, 180km dari Pidie. Terbentuknya ELC Banda Aceh karena banyaknya minat masyarakat di sana untuk berkomunikasi menggunakan bahasa Inggris.

Akbar berharap, ELC nantinya dapat membuat generasi muda semakin dekat dengan bahasa Inggris, dan semakin banyak masyarakat Aceh yang berani berbicara bahasa Inggris.

‘Meet up’ ELC digelar dua kali selama sepekan, hari Selasa dan Kamis, pukul 17.00 hingga 18.00 Wib. “Jika masyarakat ada yang hendak bergabung ke ELC tidak perlu mendaftar terlebih dahulu, andai ada kesempatan, bergabung saja. Kami terima dengan sambutan Inggris,” kata Akbar.

Hembusan angin sepoi-sepoi dari tambak di belakang warung Mie Cek Mahdi menyiratkan hawa sejuk. Selompok burung terbang kembali ke sarang. Matahari hampir tenggelam. Jam pukul 18.10 Wib, ELC ditutup. Satu-persatu anggota meninggalkan dipan. 

—Rappler.com

Add a comment

Sort by

There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.

Summarize this article with AI

How does this make you feel?

Loading
Download the Rappler App!