Indonesia

Kita bisa membantu korban serangan gas beracun di Suriah

Rika Kurniawati

This is AI generated summarization, which may have errors. For context, always refer to the full article.

Kita bisa membantu korban serangan gas beracun di Suriah

AFP

Situs kitabisa.com dan Aksi Cepat Tanggap (ACT) menggalang dana untuk korban perang saudara di Suriah. Serangan gas beracun pada 4 April 2017 menewaskan lebih dari 80 orang

 

JAKARTA, Indonesia — Perang saudara di Suriah belum selesai. Pada Selasa, 4 April, negeri tersebut kembali menjadi tajuk utama di berbagai media internasional.

New York Times menyebutnya sebagai “serangan gas beracun terparah” dalam beberapa tahun terakhir. AFP melaporkan sedikitnya 86 warga, termasuk anak-anak, tewas akibatnya. Sedangkan lebih dari 550 orang lainnya dilaporkan menjadi korban gas beracun di kota Khan Sheikhoum, Provinsi Idlib, itu.

Syrian American Medical Society (SAMS) mengindikasikan adanya agen senyawa organo-phosphorus. Agen senyawa itu dapat ditemukan di gas sarin. Indikasi itu didapat oleh dokter dari SAMS yang melihat gejala pada korban. 

Orang-orang yang terkena gas tersebut menjadi sesak nafas, hingga sejumlah orang pingsan. Bahkan ditemukan busa dan darah yang keluar dari mulut mereka yang terkena gas beracun. 

“Saya sedang tidur ketika serangan itu terjadi. Terjadi ledakan bom. Lalu saya merasa pusing dan mual. Saya mengalami kesulitan bernapas. Setelah itu saya tidak bisa ingat apa yang terjadi,” ujar Ahmed, seorang penyintas serangan kepada media.

Rezim pemerintahan Presiden Bashar Al-Assad dan kelompok oposisi, Koalisi Nasional Suriah, menuding satu sama lain. Mereka saling tunjuk siapa yang bertanggung jawab atas serangan itu.

Sejak 6 tahun terakhir, Suriah menjadi negara yang mencuri perhatian dunia. Tercatat, lebih dari 386.000 orang tewas, termasuk sekitar 14.000 anak-anak. Sedangkan 13,5 juta warga Suriah dinilai membutuhkan bantuan. Selain itu jutaan warga Suriah lainnya menjadi pengungsi di negara lain maupun di negara mereka sendiri.

‘Stop Suriah memerah darah’

Melihat kenyataan itu, Indonesia ikut terus ditantang untuk melaksanakan ketertiban dunia. Komitmen yang tertuang di dalam pembukaan Undang-Undang Dasar (UUD) 1945 itu diharapkan bisa direalisasikan. 

ACT (Aksi Cepat Tanggap), sebuah lembaga kemanusiaan asal Indonesia dengan basis kedermawanan dan kerelawanan, memberikan wadah bagi Anda yang ingin berkontribusi menanggulangi konflik di Suriah, khususnya setelah serangan gas beracun pada 4 April 2017. 

“Mari satukan hati, kirimkan doa dan dukungan terbaik kita. Bersama ketuk pintu langit dengan harapan untuk saudara-saudara Muslim yang tengah didera perang dan konflik.” —Aksi Cepat Tanggap

Sebuah penggalangan dana dilakukan lewat situs urun daya kitabisa.com. Sebelumnya, penggalangan dana yang digarap ACT telah berhasil mendirikan Pabrik Roti Bangsa Indonesia di Turki. Pabrik roti itu dikhususkan bagi pengungsi asal Suriah. Bantuan pangan juga diketahui rutin diberikan. Mobil-mobil ambulans pun turut didonasikan. 

Tim Sympathy of Solidarity (SOS) for Syria dari ACT telah berulang kali mendistribusikan bantuan yang didanai oleh donatur yang menyumbang lewat kitabisa.com. 

Kini mereka akan kembali mewakili para donatur yang berempati terhadap korban-korban serangan gas beracun 4 April 2017. 

Kirimkan doa dan bantuan terbaik Anda dengan mengunjungi https://kitabisa.com/helpsyria kemudian klik “Donasi Sekarang” atau langsung meng-klik tombol donasi di bawah laman ini.

Terus pantau penyaluran donasi pada laman yang sama atau ikuti akun Twitter ACT, @ACTforHumanity

—Rappler.com

Add a comment

Sort by

There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.

Summarize this article with AI

How does this make you feel?

Loading
Download the Rappler App!