Meneguhkan eksistensi kaum difabel di bursa kerja

Fariz Fardianto

This is AI generated summarization, which may have errors. For context, always refer to the full article.

Meneguhkan eksistensi kaum difabel di bursa kerja

ANTARA FOTO

Masih banyak pabrik dan perusahaan besar yang menolak mempekerjakan kaum disabilitas.

SEMARANG, Indonesia — Antrean panjang yang mengular di Gedung Rimba Graha, Jalan Pahlawan, Semarang, Jawa Tengah, tak menyurutkan semangat Christianto Harsadi. Anto, sapaan akrab pria tuna rungu itu, tampak telaten menjawab beberapa pertanyaan pengunjung yang tertarik melihat pameran hasil kerja kaum disabilitas yang ada di dalam stand.

“Saya dapat peringkat lima lomba fotografi Face Off di Jakarta. Saya mengangkat tema adventure, bisa menyisihkan ratusan peserta lainnya dari negara-negara Asia,” ujar Anto bangga kepada Rappler pada Kamis, 13 April.

Sebagai seorang tuna rungu yang gemar fotografi, Anto memang cukup menyita perhatian pengunjung yang datang di ajang bursa lowongan kerja. Pada tahun ini, Dinas Tenaga Kerja Transmigrasi dan Kependudukan (Disnakertransduk) Kota Semarang untuk kali pertama mengajak para disabilitas ikut berpartisipasi dalam acara tersebut.

Benar saja, antusiasme para penyandang kebutuhan khusus sangat tinggi tatkala bursa lowongan kerja dibuka dua hari berurut-turut sejak Rabu, 12 Aprill, dan berakhir Kamis sore.

Anto sendiri lebih menyukai dunia fotografi untuk menarik minat penyedia lapangan kerja supaya mau memakai jasanya. Ia sudah 4 tahun menggeluti fotografi dan ke depan ia yakin hobinya tersebut mampu membuahkan hasil maksimal.

“Di Semarang mungkin hanya sedikit orang tuna rungu yang berani tampil seperti saya. Makanya, sekarang kesempatan saya untuk menunjukan kemampuan, siapa tahu ada perusahaan yang mau bekerjasama dengan saya,” aku pria berkacamata ini.

Anto mengatakan dalam waktu dekat akan ikut lomba foto pada ajang lari Marathon di Kota Semarang pada 1 Mei. Nantinya ia akan beradu olah foto untuk mendapatkan hasil yang terbaik. 

“Beberapa lomba foto saya ikuti terus walaupun tidak semuanya berjalan mulus. Yang penting semakin dikenal orang,” ujarnya.

Rentan diskriminasi

Walau begitu, ternyata tak semua perusahaan membuka kesempatan bagi para disabilitas untuk mengenyam dunia kerja. Berdasarkan data dari sebuah perusahaan penyalur tenaga kerja berkebutuhan khusus, Kerjabilitas.com, masih banyak pabrik dan perusahaan besar yang menolak mempekerjakan kaum disabilitas.

“Sejak Kerjabilitas launching pada 2015, kita baru bisa menyalurkan 7.000 tenaga kerja berkebutuhan khusus ke dunia kerja,” kata Anggraeni, Program Officer Kerjabilitas.com kepada Rappler.

“Sebab, kita menemukan banyak sekali kendala terutama menyangkut belum siapnya akses manajerial dan kelengakapan infrastruktur perusahaannya. Hal-hal ini yang membuat mereka belum punya pemahaman soal cara merekrut disabilitas.”

(BACA: Sikdam Hasim ingin menjadi penyandang disabilitas pertama yang bekerja di Istana)

Anggraeni pun menyayangkan rendahnya minat perusahaan merekrut kaum disabilitas. Perusahaan menurutnya terang-terangan melakukan diskriminasi. Salah satunya membatasi usia pelamar dari disabilitas maksimal 25 tahun. Dari 30 perusahaan yang ia survei tiap bulannya, hanya 3 yang mau membuka diri.

Padahal jika dicermati, potensi keahlian yang dimiliki jauh lebih besar ketimbang orang normal. Kaum difabel, katanya, mendapat anugerah lebih dari dua keterampilan yang dapat dipakai di dunia usaha. Misalnya, bisa menjahit sekaligus mengolah pembukuan keuangan perusahaan.

“Melihat dari situ, kita selalu mendorong pabrik-pabrik agar mau memakai jasa mereka. Toh kemampuan mereka double kok. Malahan lebih bagus ketimbang non disabilitas,” kata Ndaru Padma Putri, seorang penyandang disabilitas yang bekerja sebagai Program Officer Kerjabilitas.com.

Bersaing dengan masyarakat umum

Sama seperti Anggreini, Ndaru juga mendesak pemerintah kota agar mengoptimalkan UU No. 8 Tahun 2016 tentang keterlibatan disabilitas di dunia usaha sehingga mampu melakukan penekanan kepada pemilik perusahaan.

Di Rimba Graha, Kerjabilitas.com menyediakan 15 lowongan kerja khusus disabilitas. Jumlah ini tentunya sangat sedikit dibanding total lowongan yang tersedia mencapai 40 lebih. Tapi, ia cukup senang tatkala tahu bahwa perusahaan-perusahaan BUMN kini telah membuka pintu selebar-lebarnya bagi kaum disabilitas.

“Yang diminati call center dan administrasi umum. Bahkan, BRI dan Bank Mandiri juga tertarik kepada kami,” kata Ndaru seraya menegaskan bila proses penyaluran tenaga kerja disabilitas tanpa dipungut biaya sepersenpun—kecuali penyedia kerja butuh data spesifikasi penempatan disabilitas. 

“Itu ada cost-nya sendiri yang dibebankan ke perusahaannya,” katanya.

Pada bursa lowongan kerja kali ini juga dihadiri penyandang disabilitas dari seantero daerah Jawa Tengah mulai Kabupaten Kendal, Salatiga, Wonosobo, hingga daerah lainnya. Mereka bersaing ketat dengan warga pada umumnya untuk mendapatkan kerja.

Sedangkan bagi Noviana Dibyantari, Ketua Komunitas Sahabat Difabel Semarang, adanya sikap membuka diri yang ditunjukan perusahaan BUMN bisa jadi awal yang bagus bagi para disabilitas.

Ia berharap pemilik perusahaan lebih memanusiakan kaum disabilitas. Ini, menurutnya sebagai pemantik agar perusahaan lainnya tergerak melakukan hal serupa.

“Kita senang perusahaan mengakomodir disabilitas meski masih sedikit. Paling tidak ini jadi contoh bagi kita semua bagaimana caranya untuk menerima disabilitas dalam lingkungan kerja yang profesional,” kata Noviana.

“Apalagi di sini ada puluhan disabilitas yang ikut membuka stand pameran, ada yang memajang handycraft, batik, lukisan sesuai dengan bakat dan tiap klaster usahanya,” tuturnya. —Rappler.com

Add a comment

Sort by

There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.

Summarize this article with AI

How does this make you feel?

Loading
Download the Rappler App!