10 perempuan inspiratif Indonesia bicara peran teknologi

Rappler.com

This is AI generated summarization, which may have errors. For context, always refer to the full article.

10 perempuan inspiratif Indonesia bicara peran teknologi

ANTARA FOTO

Merayakan Hari Kartini 2017, Rappler gelar bincang-bincang bersama perempuan pemimpin yang akan berbagi inspirasi mengenai peran teknologi dalam menyejahterakan bangsa.

JAKARTA, Indonesia – “Dan biarpun saya tiada beruntung sampai ke ujung jalan itu, meskipun patah di tengah jalan, saya akan mati dengan merasa berbahagia, karena jalannya sudah terbuka dan saya ada turut membantu mengadakan jalan yang menuju ke tempat perempuan Bumiputera merdeka dan berdiri sendiri” (RA Kartini dalam Habis Gelap Terbitlah Terang).

Raden Ajeng Kartini masih tergolong muda ketika dia meninggal dunia pada 17 September 1904, beberapa hari setelah melahirkan putra tunggalnya. Kartini lahir di Jepara pada 21 April 1879.  

Dalam kurun waktu hidupnya, sekitar 25 tahun, dia meninggalkan jejak sejarah penting bagi pemberdayaan perempuan Indonesia, terutama melalui aktivitasnya membuka akses pendidikan bagi kaum perempuan.  Lewat kerja nyata maupun impian yang berwawasan jauh ke depan yang tergambar dalam Habis Gelap Terbitlah Terang, kumpulan surat Kartini, kita melihat jejak awal emansipasi dan kesetaraan gender di negeri ini.

Perjuangan Kartini dan pejuang perempuan lainnya membuka jalan bagi perempuan Indonesia sampai hari ini. Kita melihat ribuan bahkan jutaan perempuan menginspirasi di berbagai sektor, berbagai usia, dari pelosok desa, kota, sampai yang berprestasi di dunia internasional.  

Kiprah perempuan kini memasuki era yang menarik, dan membuka pintu lebar untuk lebih mudah bergerak maju. Era teknologi, termasuk teknologi digital, membuka ruang demokrasi lebih besar bagi perempuan untuk memimpin dalam berbagai bidang, termasuk bidang politik.  

Sebuah penelitian yang dilakukan oleh Google yang menjadi dasar gerakan #WomenWill, misalnya, menunjukkan bahwa lebih dari 50 persen perempuan Indonesia ingin belajar lebih jauh untuk memaksimalkan fungsi teknologi dan internet yang kini menjadi bagian keseharian kehidupan mereka.

Perempuan Indonesia menggunakan internet minimal 3 jam setiap hari dengan tujuan berkomunikasi dengan keluarga dan kerabat, mencari informasi dan hiburan, meningkatkan karier atau edukasi, serta mengatur rutinitas keseharian.  Teknologi, termasuk internet, membuat nyaris tak ada batasan ladang pengabdian bagi perempuan untuk masyarakatnya.

Tapi perjalanan masih jauh. Sektor yang berkaitan dengan teknologi masih didominasi kaum lelaki. Sebuah artikel menyebutkan bahwa perempuan di sektor teknologi baru 26 persen.  

Untuk merayakan Hari Kartini 2017, Rappler Indonesia; Perkumpulan Alumni Eisenhower Fellowship; GoWork Coworking and Office Space; dan Google menggelar acara jejaring pemimpin perempuan bertajuk “Integrasi Perempuan dan Teknologi Untuk Indonesia Yang Lebih  Sejahtera”. Acara ini diadakan tepat pada Hari Kartini, Jumat, 21 April.

Sejumlah tokoh pemimpin perempuan akan hadir dan berbagi semangat yang sama, yakni melanjutkan cita-cita Kartini.  

“Sebagai media digital yang mengembangkan konten dan menyalurkannya melalui berbagai platform berbasis teknologi, kami mengharapkan acara ini menjadi titik awal program jejaring dan kerjasama antar perempuan untuk menggunakan teknologi, dan memanfaatkannya untuk kesejahteraan negara kita,” kata Managing Director Rappler Indonesia Uni Lubis.

Para undangan yang menyatakan kesediaannya bergabung dalam acara ini adalah perempuan yang sudah memiliki prestasi di bidangnya masing-masing.  

“Kali ini kami baru bisa mengundang 10 pembicara. Kami berharap kegiatan ini bisa berkembang dan kita bisa belajar pula dari perempuan inspiratif lain yang hadir,” kata Uni.

Para pembicara adalah:

Menteri Luar Negeri RI Retno Marsudi

 Retno Marsudi adalah Menteri Luar Negeri perempuan pertama Indonesia. Ia menjabat sejak  27 Oktober 2014 dalam Kabinet Kerja Presiden Joko “Jokowi” Widodo. Sebelumnya dia menjabat sebagai Duta Besar Indonesia untuk Kerajaan Belanda di Den Haag.

 (BACA: Kemlu RI bantah tolak peran feminis)

Di bawah kepemimpinan Retno, Kemlu RI makin giat melaksanakan diplomasi digital, sesuatu hal yang harus dilakukan ketika perkembangan dunia terjadi dalam hitungan detik. The State of Digital Diplomacy (SODD) pada 2016 menetapkan salah satu pidato Retno terkait diplomasi digital sebagai Pidato Menteri Luar Negeri Terbaik. 

Dalam pidato yang disampaikan pada Agustus 2016 itu, Retno menyebutkan peran diplomasi digital sebagai cara untuk mengatasi masalah. Diplomat pun harus bekerja keras beradaptasi dengan tuntutan era digital saat ini.

Pemanfaatan media sosial, ujarnya, dalam kegiatan diplomasi bisa membantu kinerja para diplomat. Keuntungan dari diplomasi digital adalah kecepatan, ketepatan, dan kejujuran.

Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Kusumaningtuti SS

Kusumaningtuti merupakan mantan Kepala Bank Indonesia (BI) untuk kantor perwakilan New York, Amerika Serikat. Ia lahir di London pada 21 Juli 1954. 

Ia pernah menjabat sebagai Direktur Sumber Daya Manusia Bank Indonesia. Sebelumnya, Kusumaningtuti pernah menjadi Kepala Pusat Studi Kebanksentralan dan sempat menjabat sebagai Direktur Internasional. Ia juga pernah meraih gelar S2 di The American University, Washington DC, AS.

Sebagai komisioner OJK yang membawahi edukasi dan perlindungan konsumen, Kusumaningtuti menyadari pentingnya merespon perkembangan teknologi finansial (FinTech). Layanan teknologi di industri keuangan atau FinTech hadir untuk memberikan kemudahan bagi konsumen dalam melakukan transaksi keuangan. 

Masalahnya, tingkat literasi konsumen di Indonesia makin rendah. Kesadaran terhadap faktor keamanan transaksi harus ditingkatkan, mengingat transaksi e-banking di Indonesia sudah mencapai 590 juta dolar.

Ekonom Mari Elka Pangestu

Reputasinya mencorong tidak hanya di dalam negeri, tetapi juga di panggung dunia. Mari Elka Pangestu, guru besar dari Universitas Indonesia ini, lama dikenal sebagai ekonom, ahli perdagangan luar negeri, dan kemudian menjadi Menteri Perdagangan RI dan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif di era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).  

Kini Mari menjabat komisaris utama independen di Bank BTPN. Ia juga aktif memimpin sejumlah organisasi dan komunitas kreatif.

Mari pernah berkomentar mengenai kebijakan pemerintah menetapkan kuota 30 persen perempuan dalam legislatif.  

“Sekarang ini, Indonesia sudah setara dengan negara-negara Eropa, seperti Jerman yang menetapkan kuota perempuan legislatif sebanyak 30 persen. Saya harap pemenuhan kuota itu dilakukan berdasarkan kemampuan perempuan bersangkutan, bukan karena faktor lain,” kata Mari.

Mengenai potensi kepempinan yang ada pada perempuan, Mari mengatakan bahwa itu merupakan bakat alami yang dimiliki perempuan. 

“Perempuan memiliki sifat keibuan yang membuatnya tidak terkesan ambisius. Sifat perempuan juga memungkinkannya untuk melakukan komunikasi dengan banyak orang,” ujarnya. 

Mari berharap, seiring perkembangan zaman yang didukung kemajuan teknologi, peran perempuan mendapat pengakuan dari masyarakat luas. 

“Seiring perkembangan teknologi, perempuan dimungkinkan untuk bekerja dirumah sambil mengasuh anak mereka,” kata alumni Eisenhower Fellowship, tahun 1990 itu.

Ketua Umum HIPPI Suryani Sidik Motik

Yani Motik, demikian panggilan akrabnya, lama malang-melintang di bidang usaha dan organisasi pengusaha perempuan. Dia juga memimpin Indo Prima Group.  

Alumni Eisenhower Fellowships tahun 1999 itu rajin menularkan jiwa kewirausahaan kepada pengusaha-pengusaha pemula khususnya usaha kecil menengah.

Untuk periode kedua, Yani Motik kini dipercaya menjadi  Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Himpunan Pengusaha Pribumi Indonesia (HIPPI).  Tugas yang diembannya tidak ringan, diperlukan kerja keras dan strategi khusus, mengingat 4 juta lebih anggota pengusaha pribumi berasal dari usaha kecil dan menengah (UKM) yang diharapkan mampu bersaing dalam kancah pasar nasional maupun internasional.

Yani mengatakan, UKM sebagai pilar utama ekonomi bangsa Indonesia, harus dimajukan dan diperjuangkan tanpa membedakan ras, suku, dan agama dalam menghadapi era globalisasi dan perdagangan bebas sehingga mampu bersaing dengan pengusaha asing.

HIPPI memiliki visi sebagai organisasi yang kuat, mandiri dan berdaya saing, serta menjadikan pengusaha sebagai tulang punggung ekonomi nasional. Sementara misinya adalah meningkatkan daya saing usaha dan industri dalam negeri, menguatkan produk dalam negeri menjadi tuan rumah di negeri sendiri, serta meningkatkan kualitas produk. HIPPI berlaku sebagai garda terdepan untuk industri produk dalam negeri.

Anggota DPR RI Nihayatul Wafiroh

Nihayatul Wafiroh, atau lebih akrab dipanggil Ninik, adalah anggota legislatif dari Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) untuk Jawa Timur III (Banyuwangi, Bondowoso, Situbondo).  Ia merupakan bagian dari jajaran pembantu pengasuh Pondok Pesantren Darussalam, Banyuwangi. 

Nihayatul merupakan lulusan S2 University of Hawaii di Manoa, Amerika Serikat. Dia juga menyelesaikan pendidikan jenjang S3 di ICRS Jogja. 

Sebelum masuk ke ranah politik melalui DPR, Ninik dikenal sebagai aktivis dan akademisi. 

Ia rajin memanfaatkan teknologi komunikasi digital dalam tugas-tugasnya sebagai wakil rakyat.  Ini yang membuatnya menonjol, manakala politisi perempuan lain masih gamang menggunakan teknologi digital untuk pekerjaannya.

(BACA: Perempuan di parlemen, pergulatan melawan stigma).

Ninik bertugas di Komisi IX dan gencar mendorong lahirnya draft Rancangan Undang-Undang Penghapusan Kekerasan Seksual (RUU PKS). 

Kepala Kebijakan Publik Google Shinto Nugroho

Jabatannya cukup panjang. Kepala kebijakan publik dan hubungan dengan pemerintah di Google Indonesia. 

Raksasa teknologi itu dikenal hanya merekrut orang-orang terbaik untuk memasarkan produk-produknya, tidak terkecuali orang-orang yang nantinya akan berurusan dengan pemerintahan Indonesia untuk masalah kebijakan berinternet dalam sebuah negara. Divisi Kebijakan Publik dan Hubungan Pemerintahan ini memegang peranan kunci untuk menumbuhkan penggunaan internet yang secara langsung akan melebarkan pasar untuk Google.

Sebelum bergabung dengan Google, Shinto merupakan asisten dari Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Mari Elka Pangestu, sejak 2010 hingga jabatannya berakhir.

Sebelumnya, Shinto juga pernah bekerja di Citi, The World Bank, dan juga International Finance Corporation (IFC). Ia juga pernah mengenyam pendidikan Hukum di Universitas Indonesia (UI), Columbia Law School, dan London School of Economics and Political Science. 

Perempuan yang gemar mengeksplorasi dunia ini juga pernah masuk di daftar Asia 21 Young Leaders tahun 2012 lalu.

Co-Founder GoWork Coworking & Office Space Peony Tang

Salah satu pendiri GoWork, co-working and office space terbaru di Jakarta ini, merupakan lulusan Wharton School of Business di Universitas Pennsylvania.  

Peony Tang pernah bekerja  sebagai investment professional di Blackstone Group, Merrill Lynch, dan beberapa perusahaan pengelola dana di kawasan Asia, termasuk Quvat.

“GoWork adalah shared space yang mengedepankan sumber daya manusia. Tujuan dari GoWork adalah mengembangkan kolaborasi, komunitas, dan pembelajaran. GoWork juga menyediakan jaringan bisnis dan dukungan lainnya demi tumbuhnya bisnis-bisnis start-up yang menggunakan GoWork Co-Working Space,” ujar Peony, saat prosesi peresmian tempat ini, pada 6 April lalu.

Ia mengatakan, pembukaan co-working space menjadi bisnis yang menjanjikan karena fenomena perkembangan start-up, khususnya di Asia Tenggara. 

Menurut data yang ia miliki, Asia Tenggara telah menumbuhkan lebih dari 7.000 start-up. Indonesia menjadi negara yang tingkat pertumbuhannya tinggi. “Telah muncul lebih dari 2.000 start-up,” ujar Peony.

(BACA: Perkembangan co-working space di Indonesia)

Koordinator Jejaring Gusdurian Alissa Wahid

Alissa Wahid mendirikan Gusdurian Network Indonesia (GNI) pada 2010. Dalam waktu cepat, jejaring berbasis akar-rumput itu tumbuh dan memiliki ribuan anggota di berbagai kota di Indonesia.  

GNI bertujuan memperkuat lansekap untuk masyarakat sipil yang kuat dan sudah punya cabang di enam negara lain.

Putri sulung Abdurrahman “Gus Dur” Wahid ini mendorong agar pemerintah pusat memiliki desain kuat untuk mewujudkan toleransi di Indonesia. Menurut Alissa, intoleransi di daerah-daerah kerap terjadi karena ada penguasa-penguasa tertentu yang memaksakan kehendak.
Reformasi sosial, menurutnya, harus dilakukan. Apabila hal itu dapat diwujudkan, dia yakin hak konstitusi setiap warga negara tidak akan dilanggar.

Alissa adalah alumni Eisenhower Fellowships program perempuan pemimpin pada 2016.

GNI dibangun berdasarkan prinsip yang diwarisi dari sang ayah, tokoh kemajemukan, Gus Dur. Dasarnya adalah memperkuat saling memahami antar agama, mempromosikan ketahanan individu, memperkuat kultur respek dan hak-hak sipil melalui kebijakan publik.  

Pendiri & Managing Director Lorena Group Eka Sari Lorena Surbakti

Eka Sari Lorena tidak pernah melupakan dari mana dahulu Lorena dirintis. Masih jelas ingatannya saat dirinya masih kecil di kantor Lorena di Bogor. 

“Dulu kalau ke kamar mandi tidak ada atapnya, jadi harus dipayungi Ibu karena Bogor sering hujan,” kenang Eka, seperti ditulis dalam sebuah wawancara.

Kini, Lorena Group telah memiliki dan mengoperasikan 500 bus besar, 250 truk, dan 57 armada busway. Jika ditambah dengan kendaraan-kendaraan kecil, total ada sekitar 1.000 kendaraan yang dioperasikan. 

Perempuan yang selalu tampil ceria dan optimistis ini pernah menjabat Ketua Umum DPP Organda, organisasi transportasi darat, dengan anggota 1,5 juta.  Eka adalah alumni Eisenhower Fellowships Multi Nations Programme tahun 2013.

Lorena Group juga telah memiliki 667 kantor di seluruh Tanah Air. 

“Jadi, sekarang dari Sabang sampai Merauke, Lorena ada benderanya,” kata peraih master of business and administration dari University of San Francisco, California, AS, tersebut.

Kesuksesan bisnis transportasi tidak terlepas dari peran strategis sektor tersebut terhadap perekonomian. Eka mengibaratkan sarana transportasi itu darah dalam tubuh. 

“Saya percaya transportasi itu seperti darah. Ketika tersumbat, orang bisa kena stroke,” kata ibu dua anak tersebut. Jika sarana transportasi tidak terbangun dengan baik, menurut Eka, gelombang urbanisasi akan meningkat.

Pendiri CEO Queensrides Iim Fahima Jachja

Iim lama berkecimpung di dunia pemasaran digital. Selalu tampil stylish dalam berbagai kesempatan, ibu dua anak ini memiliki passion membangun komunitas, salah satu yang terbaru adalah Queensrides.

Komunitas Queenrides adalah sebuah perusahaan sosial rintisan berbasis teknologi yang menjadi platform khusus perempuan di Indonesia. 

(BACA: Kiat bagi perempuan untuk berkendara aman nyaman dan gaya)

Bertepatan dengan Hari Mengingat Korban Kecelakaan Lalulintas Sedunia tahun ini Queenrides meluncurkan kampanye #WomenRideSafe

“Misi kami adalah mencegah tingginya angka kecelakaan pada pengendara perempuan,” kata Iim. 

Queenrides membangun komunitasnya dengan melakukan kegiatan bertajuk Ngopi Cantik Queenrides. Komunikasi melalui media sosial mendatangkan sekitar 230 ribu anggota.

Pendiri Girls In Tech dan Think. Web.Id Anantya Van Bronckhorst 

Setelah lulus dari FISIP UI jurusan komunikasi, Anantya Van Bronckhorst pernah menekuni banyak profesi. Ia pernah bekerja di sebuah production house, menjadi  reporter untuk sebuah website lifestyle, scriptwriter/produser yang mengurus beberapa program TV, dan pernah menjadi PR executive.

Dari beberapa lini pekerjaan yang pernah dipegang, yang dilakoni Anan, panggilan akrabnya, secara terus-menerus adalah segala yang berhubungan dengan situs. Sejak 2002, Anan sering melakukan pekerjaan mengurusi content website dan melakukan planning activity yang dapat dilakukan di dalam dunia digital.

Selain mendirikan dan mengelola Think.Web.Id, sebuah agensi digital yang kini memiliki sejumlah perusahaan terkait, Anan juga salah satu pendiri Girls In Tech, sebuah komunitas wirausaha muda perempuan yang aktif menggelar acara jejaring dan pengembangan usaha rintisan. –Rappler.com

Add a comment

Sort by

There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.

Summarize this article with AI

How does this make you feel?

Loading
Download the Rappler App!