Stephanie Kurlow, hijaber balerina pertama di dunia, datang ke Indonesia

Rika Kurniawati

This is AI generated summarization, which may have errors. For context, always refer to the full article.

Stephanie Kurlow, hijaber balerina pertama di dunia, datang ke Indonesia
Gadis asal Australia ini sempat mendapatkan kritik dari kelompok anti-Muslim. Namun di usianya yang baru 15 tahun, ia telah menginspirasi banyak orang

JAKARTA, Indonesia — Stephanie Kurlow memang masih belia, usianya baru 15 tahun. Namun tekadnya untuk menggapai cita-cita sebagai penari balet profesional berhijab pertama di dunia telah menarik perhatian. 

Gadis asal Australia ini sudah mulai menari sejak berusia 2 tahun. Saat keluarganya memutuskan untuk menjadi mualaf pada 2010, Kurlow mulai kesulitan untuk menemukan tempat berlatih menari. 

“Saya kesulitan menemukan tempat berlatih balet di Australia yang dapat menerima saya dengan keyakinan saya untuk menggunakan hijab saat menari,” ujarnya kepada media

Ia mengaku berhenti menari sekitar dua sampai tiga tahun hingga ibunya membuka sekolah pertunjukan seni sendiri. Di sana, ia mulai kembali mempelajari tari balet. 

Remaja asal Sydney itu kemudian menyadari bahwa keberagaman suku, ras, agama, dan antar golongan masih menjadi tantangan tersendiri untuk berkarya di dunia seni pertunjukan. 

Kurlow mengaku terinspirasi dari Michaela De Prince, penari balet profesional asal Amerika Serikat, dan Misty Copeland yang mempunyai darah Afrika. 

Amna Al-Haddad, atlet angkat beban berhijab dari Uni Emirat Arab, dan Noor Tagour, news anchor berhijab di televisi Amerika Serikat, juga menjadi inspirasinya dalam menggapai cita-cita. 

Ingin membuka sekolah pertunjukan seni 

Kurlow menyadari, tantangan untuk menjadi penampil di pertunjukan seni dirasakan oleh banyak orang yang berasal dari latar belakang berbeda.

Untuk bersama-sama melampaui tantangan itu, ia membuka penggalangan dana pada awal 2016. 

“Dana yang kalian investasikan pada saya akan saya gunakan untuk mendapatkan kualifikasi dan diploma. Keduanya akan saya gunakan untuk membuka sekolah seni pertunjukan,” kata Kurlow dalam situs urun dana launchgood.com.

“Diharapkan sekolah itu dapat memberikan peluang bagi anak-anak dan remaja dari agama dan kepercayaan yang berbeda, ras yang berbeda, atau latar belakang lainnya.” 

Kini penggalangan dana sudah ditutup. Sebagai gantinya ia mendapatkan beasiswa dari Björn Borg, merek pakaian olahraga asal Swedia. Beasiswa yang dinamakan The Game Changer Scholarship didapatkan Kurlow saat berusia 14 tahun. 

“Kami benar-benar terinspirasi dari Stephanie dan cerita hidupnya. Ia benar-benar seorang game changer dan seorang manusia yang spesial,” kata Jonas Lindberg Nyvang, Marketing Director Björn Borg. 

“Semangat dan keberanian seseorang berusia 14 tahun untuk tidak menyerah pada situasi, melihat peluang ketika orang lain melihat masalah, adalah sesuatu yang luar biasa.” 

Kini Kurlwo sedang mengembangkan kemampuan tari baletnya di Royal Academy of Dance. 

Ketika ditanya gerakan balet apa yang ia sukai, ia menjawab, “Spin (berputar)”. 

“Gerakan itu terasa menyenangkan untuk dilakukan,” ujarnya kepada Rappler , Jumat, 28 April, dalam temu pers acara Resonation, sebuah konferensi untuk wanita yang akan diselenggarakan di The Kasablanka, Jakarta Selatan, pada Sabtu, 20 April.

Indonesia di mata Stephanie Kurlow 

Saat diwawancarai oleh BBC, Kurlow mengaku mendapatkan beragam respon dari orang-orang di berbagai negara. 

“Saya mendapatkan kritik dari anti-Muslim bahwa saya adalah bagian dari tradisi kuno. Namun saya mendapatkan dukungan yang lebih besar dari Indonesia, Amerika, bahkan Inggris,” katanya yang kini telah menjadi penari balet berhijab pertama di dunia.

Kepada Rappler, ia memberi tahu bahwa netizen Indonesia memberikan dukungan pada akun media sosial pribadinya. 

“Mereka meninggalkan pesan-pesan positif di akun media sosial saya. Mereka bilang saya menginspirasi mereka,” ucapnya.

Mereka yang terinspirasi dari Kurlow ternyata juga kembali memberikannya inspirasi untuk terus mewujudkan cita-citanya. 

“Mereka bercerita bagaimana mereka mulai tampil di pertunjukan seni dengan mengintegrasikan keyakinan dan agama mereka. Itu menginspirasi saya, membuat saya berpikir bahwa saya benar-benar mengubah hidup mereka,” ujarnya. 

Kurlow akan menjadi pembicara di Resonation, sebuah konferensi pemberdayaan perempuan yang diselenggarakan di Jakarta, pada Sabtu, 29 April. Ia akan berada di ‘Morning Panel’ pukul 10:45 WIB untuk membicarakan bagaimana melampaui tantangan eksternal dalam menggapai cita-cita. 

“Saya senang sekali bisa mengumumkan bahwa saya akan datang ke Indonesia. Saya akan menjadi pembicara di Resonation dengan orang-orang luar biasa seperti Sophia Amoruso,” ujarnya lewat akun Instagramnya, @stephaniekurlow.

Menurut Nina Moran, selaku co-founder Resonance yang menyelenggarakan acara Resonation, Kurlow adalah sosok yang menginspirasi.

“Stephanie bermimpi menjadi penari balet profesional dan banyak orang yang memberi tahu bahwa itu mustahil karena ia menggunakan hijab. Namun ia menemukan jalannya. Itu menunjukan kalau kita bertekad, kita akan menemukan jalan,” ujar Nina. 

Nina menambahkan, Kurlow menjadi sosok yang membuktikan bahwa kita tidak pernah terlalu muda maupun terlalu tua untuk menggapai cita-cita kita. 

Mau mendengar cerita lebih banyak dari Stephanie Kurlow? 

Hadiri Resonation di Kota Kasablanka, Jakarta 29 April 2017 dengan membeli tiket di laman iniInfo lebih lanjut kunjungi www.resonation.id dan ikuti media sosial Resonation di  www.instagram.com/ResonationID. —Rappler.com

BACA JUGA:

Add a comment

Sort by

There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.

Summarize this article with AI

How does this make you feel?

Loading
Download the Rappler App!