Afi Nihaya Faradisa ingin terus menulis meski suaranya dibungkam

Rika Kurniawati

This is AI generated summarization, which may have errors. For context, always refer to the full article.

Afi Nihaya Faradisa ingin terus menulis meski suaranya dibungkam
Akun Facebook siswi SMA ini sempat dilumpuhkan karena banyak netizen yang tidak suka dengan salah satu tulisannya yang menyinggung keberagaman di Indonesia

JAKARTA, Indonesia — “Saya hanya mencoba melakukan apapun yang gadis 18 tahun bisa lakukan untuk membuat dirinya berguna,” tulis Asa Firda Inayah dalam salah satu status di akun Facebook-nya. 

Ia menulis kutipan itu setelah akun Facebook pribadinya sempat diblokir selama hampir 24 jam. Penangguhan akun tersebut dikarenakan sejumlah netizen yang melaporkan akunnya. Pelaporan itu diduga dilakukan oleh mereka yang tidak suka dengan salah satu tulisan yang ia unggah berjudul Warisan.

Kini ia telah berhasil mendapatkan kembali akses Facebook-nya dengan menggunakan nama lain, “Afi Nihaya Faradisa”, anagram dari nama lengkapnya.

(Baca tulisan Afi Nihaya Faradisa yang berjudul Warisan di sini)

Menulis tentang kemanusiaan

Sejak 2016, akun Facebook Asa mulai populer. Sejumlah statusnya banyak mendapat tanggapan, mulai dari ratusan hingga ribuan kali. 

Kegemarannya menulis ia tuangkan di Facebook. Beragam hal ia tulis, mulai dari tentang kemanusiaan, permasalahan negara, hingga romansa. Salah satu contoh tulisannya yaitu kritik terkait perilaku perisakan (bullying).

“Tahukah Anda bahwa kata-kata sepele yang keluar dari jari-jari Anda bisa berefek sedemikian besarnya pada seseorang? Bullying dunia maya yang diterima anak itu sudah merembet ke dunia nyata!” tulis Asa pada Agustus 2016.

Kebetulan saya lahir di Indonesia dari pasangan Muslim, maka saya beragama Islam. Seandainya saja saya lahir di Swedia atau Israel dari keluarga Kristen atau Yahudi, apakah ada jaminan bahwa hari ini saya memeluk Islam sebagai agama saya? Tidak

Ia juga sempat mengomentari sistem pendidikan di Tanah Air dan keterkaitannya dengan para koruptor. 

“Para pejabat korup itu, mereka di sekolah tidak dungu. Berilah soal matematika dan mereka akan menyelesaikannya dengan sempurna. Tapi saat menalar kebaikan untuk sesama, mereka mendadak jadi mati rasa,” katanya dalam tulisan berjudul Sekolah adalah Dunia Angka

Dalam salah satu status Facebook-nya, gadis kelahiran 23 Juli 1998 ini mengaku sebagai salah satu admin group penguak hoax. Dalam status itu, ia memberikan gambaran tentang apa itu hoax dan mengajak netizen untuk skeptis menghadapi banjir informasi yang tersebar lewat internet. 

Remaja perempuan yang juga menyukai debat dalam bahasa Inggris dan public speaking itu turut memberikan opininya terkait Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) DKI Jakarta 2017, juga isu suku, agama, ras, dan antargolongan (SARA) dan penodaan agama yang melibatkan calon gubernur petahana Basuki “Ahok” Tjahaja Purnama. 

“Mata kami menjadi buta memandang kebaikan orang sebab tertutupi oleh satu bintik ketidaksepahaman. Padahal, dibandingkan semuanya, seorang manusia terdiri dari hal yang lebih kompleks daripada sekadar tim Ahok atau Pak Kiai, Islam militan atau moderat, NU atau tarikat,” tulisnya. 

Tulisannya yang lain, berjudul Warisan, membahas bagaimana agama, kewarganegaraan, dan nama diturunkan dari keluarga. 

“Kebetulan saya lahir di Indonesia dari pasangan Muslim, maka saya beragama Islam. Seandainya saja saya lahir di Swedia atau Israel dari keluarga Kristen atau Yahudi, apakah ada jaminan bahwa hari ini saya memeluk Islam sebagai agama saya? Tidak,” ujarnya. 

Ia menulis hal itu untuk mengkritisi sikap dan perilaku superioritas penganut agama yang menurutnya dapat merusak kesatuan Republik Indonesia. 

“Hanya karena merasa paling benar, umat agama A tidak berhak mengintervensi kebijakan suatu negara yang terdiri dari bermacam keyakinan,” katanya. 

PELAJAR POSITIF. Afi selfie dengan Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas saat diundang ke Balai Kota. Foto dari Facebook/afinihaya

Ia juga mengkritisi bagaimana sentimen mayoritas dan minoritas dapat memperburuk situasi. 

Tulisan yang diunggah pada 15 Mei 2017 itu sama seperti statusnya yang lain, menjadi populer dan disertai debat argumentasi netizen di kolom komentarnya.

Seorang netizen bernama Tenri Salamun mengatakan, “Terima kasih, ya, Dik Afi untuk menuliskan pendapatmu secara runut, baik dan bagus sekali, tidak menggurui, tidak merasa paling benar dan mau menang sendiri. Semoga dapat menjadi pencerahan batin bagi siapa saja warganegara Republik Indonesia tercinta”.

Sementara, netizen lain bernama Rendy Yusuf F berpendapat lain. “Tulisannya masih mentah. Terlihat dia belum paham cara memaknai agamanya sendiri. Belajar lagi deh. Kamu punya bakat nulis, tapi pemahaman kamu akan agama kamu sendiri masih lemah,” kata Rendy.

Setelah unggahan tulisannya itu, ternyata sejumlah netizen melaporkan akun Facebook Afi Nihaya Faradisa. Seperti yang sebelumnya disebutkan, akun tersebut ditangguhkan selama hampir 24 jam. 

Akun yang ditangguhkan artinya tidak dapat diakses dalam jangka waktu tertentu. 

Dukungan dari netizen agar Facebook mengembalikan akun ‘Afi Nihaya Faradisa’ bermunculan. Hal itu ditandai dengan maraknya pengunaan tagar #FACEBOOKbringbackAFI. 

Akun yang mempunyai pengikut lebih dari 300 ribu akun tersebut kini kembali dapat diakses. 

Perempuan yang masih berstatus sebagai murid SMAN 1 Gambiran, Banyuwangi, Jawa Timur tersebut dibanjiri apresiasi, termasuk dari Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas

“Afi ini salah satu contoh pelajar yang memanfaatkan gadget untuk hal yang positif lewat tulisan. Apa yang dilakukan oleh Afi bisa menjadi inspirasi bagi para pelajar lainnya,” kata Abdullah seperti yang dilansir dari laporan media.

Dalam waktu yang sama, ia meminta Pemerintah Kabupaten Banyuwangi untuk mencegah penyebaran paham radikal, khusunya di kalangan generasi muda. 

“Saya merasakan sendiri bagaimana paham radikal begitu hebat memengaruhi teman-teman saya. Akhirnya mereka tidak bisa menerima perbedaan yang ada di sekitar, seperti perbedaan agama contohnya,” kata Abdullah.

Bagaimana dengan kamu, apakah kamu sependapat dengan tulisan Afi? —Rappler.com

Add a comment

Sort by

There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.

Summarize this article with AI

How does this make you feel?

Loading
Download the Rappler App!