Sketsatorial: Memaknai kembali Hari Kebangkitan Nasional

Rappler.com

This is AI generated summarization, which may have errors. For context, always refer to the full article.

Sketsatorial: Memaknai kembali Hari Kebangkitan Nasional
Bagaimana relevansi Hari Kebangkitan Nasional dengan kondisi Indonesia saat ini?

JAKARTA, Indonesia — Sejak 1948, Indonesia memperingati Hari Kebangkitan Nasional setiap 20 Mei. Dulu, hari itu disebut sebagai Hari Kebangunan Nasional. 

Bagaimana awalnya? Simak uraiannya di Sketsatorial Rappler Indonesia.

Pada 20 Mei 1908, Boedi Oetomo didirikan. Boedi Oetomo adalah organisasi yang dibentuk atas inisiatif kalangan terdidik. 

Mereka antara lain Soetomo dan sejumlah mahasiswa STOVIA seperti Soeradji, Goenawan Mangoenkoesoemo, Soewarno, Goembreg, Mohammad Saleh, dan Soelaeman. Stovia merupakan cikal bakal Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Awalnya organisasi itu bergerak di bidang kebudayaaan, sosial, dan ekonomi. Namun semakin berjalannya waktu, Boedi Oetomo mempunyai peran dalam memerdekakan Indonesia. 

Boedi Oetomo adalah pelopor dari perjuangan kemerdekaan bangsa tanpa menggunakan senjata dan memberikan pendidikan kepada masyarakat Indonesia. 

Bapak Pendidikan Nasional Ki Hadjar Dewantara mengatakan Soekarno yang berinisiatif agar tanggal berdirinya Boedi Oetomo diperingati secara nasional. 

Saat itu pada 1948, belum genap Indonesia 3 tahun merdeka, Belanda masih melakukan agresi. Soekarno dan para tokoh bangsa lainnya pun mencari sebuah simbol yang bisa mempersatukan bangsa. 

Berbagai golongan masyarakat pun setuju untuk “menetapkan hari 20 Mei 1998 sebagai saat permulaan menggalang kesatuan sikap program dan tindakan”.

Lantas, bagaimana relevansi Hari Kebangkitan Nasional dengan kondisi Indonesia saat ini?

Diharapkan Indonesia mempunyai “manusia-manusia yang unggul, yang mempunyai mental dan karakter yang tangguh dengan perilaku positif dan konstruktif.”

Semangat nasionalisme tentu penting untuk dilakukan. Namun jangan sampai kita menjadi seorang ultranasionalis, atau seseorang yang memiliki rasa nasionalisme berlebihan yang menganggap negara kita berada di atas negara-negara lain. 

Paham itu dekat dengan xenophobia, sebuah kebencian atau penuh prasangka buruk atas orang-orang dari negara lain. Misalnya, ketakutan terhadap tenaga kerja asing Tiongkok yang dikabarkan menyerbu Indonesia dan merebut pekerjaan dari warga Indonesia. Padahal itu hanya kabar bohong. 

Ayo, di Hari Kebangkitan Nasional ini, mari menuju Indonesia yang lebih baik. —Rappler.com

Sketsatorial adalah kolom mingguan Rappler tentang isu-isu penting yang dibahas dengan menggunakan video sketsa, dan dibuat oleh Iwan Hikmawan. Follow Iwan di Twitter @Sketsagram.

Add a comment

Sort by

There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.

Summarize this article with AI

How does this make you feel?

Loading
Download the Rappler App!