Hadiah Ramadan: Ada makna di balik setiap gerakan salat

JAKARTA, Indonesia — Kedudukan Muhammad SAW ketika menerima perintah salat saat Isra Mi’raj bukan sebagai nabi Allah ataupun pemimpin umat terbaik, melainkan sebagai hamba.

Sufi dan budayawan Candra Malik mengatakan, jika kita salat dalam kedudukan kita sebagai hamba, maka kita sedang mencontoh Nabi Muhammad SAW dalam ibadah salat. 

Allah menjelaskan dalam surah Thaha ayat 14, “Sesungguhnya Aku ini adalah Allah, tidak ada Tuhan selain Aku, maka sembahlah Aku dan dirikanlah salat untuk mengingat Aku”.

Ketika kita menghadapkan wajah kita kepada Allah, kata Gus Can, ketika itulah kita sadar sedang menghadap sebagai sahaya. Dirikanlah salat untuk mengingat ke-Aku-an Allah dan mengingat kesahayaan kita sendiri.

Ketika kita takbir dan mengucapkan “Allahuakbar” (Allah Maha Besar) saat memulai salat, ketika itu pulalah kita merendahkan diri kita serendah-rendahnya kepada Allah.

Ketika kita ruku’ kita menunduk, takluk kepada Allah. Ketika kita i’tidal, itu semata-mata bukan karena kekuatan tulang belakang kita yang membantu bergerak dari ruku’ tapi atas izin Allah.

Kita sempurnakan gerakan dengan sujud yang benar-benar berserah hanya kepada Allah. 

Allah berfirman dalam suraht Thaha ayat 41, “Maka Aku telah memilihmu untuk diriku”. Allah memilih hamba-hambanya untuk berserah kepadanya. 

Saksikan selengkapnya video Hadiah Ramadan di atas. Dalam Hadiah Ramadan, Gus Can mengajak kita untuk mensyukuri Ramadan sebagai hadiah dari Allah. Oleh karena itu pula, selayaknya puasa kita dipersembahkan kepadaNya.

Kunjungi laman YouTube ini untuk menyaksikan rangkaian video Hadiah Ramadan. —Rappler.com

Hadiah Ramadan adalah tayangan yang diampu oleh Candra Malik, seorang sufi yang bergiat di bidang kesusastraan, kesenian, kebudayaan, dan kespiritualan. Gus Can dapat disapa di Twitter @CandraMalik