Indonesia

Kehilangan kaki kiri tak membuat atlet balap motor Fadli patah arang

Dzikra Fanada

This is AI generated summarization, which may have errors. For context, always refer to the full article.

Kehilangan kaki kiri tak membuat atlet balap motor Fadli patah arang
M. Fadli merupakan mantan pembalap motor yang beralih menjadi pembalap sepeda setelah kehilangan kaki kirinya

JAKARTA, Indonesia — Sejak awal tahun 2017, M. Fadli Immamudin harus melatih ototnya setiap hari untuk berbagai persiapan turnamen yang akan ia hadapi. Tahun ini, Fadli akan fokus pada SEA GAMES 2017 sebagai pembalap sepeda.

Senin merupakan jadwal istirahat untuk Fadli. Namun, waktu yang ada tidak ingin ia sia-siakan. Ia lebih memilih untuk melatih otot tubuh bagian atas dibandingkan hanya beristirahat di rumah. 

“Kalau pas latihan untuk sepeda, otot yang dilatih itu bagian bawah. Tapi hari ini yang dilatih bagian atas,” kata Fadli kepada Rappler saat ditemui di sela-sela latihannya di Fitness First Cibubur Junction.

Personal trainer Fadli di pusat kebugaran, Leo Topani, mengatakan bahwa keseimbangan Fadli harus banyak dilatih. Setelah Fadli kehilangan kaki kirinya kala ia bertanding, ia lebih banyak menggunakan kaki kanannya. 

“Untuk melatih keseimbangan mungkin sulit bagi Fadli. Tapi saya coba untuk membuat ukuran otot kaki kanan dan kirinya sedikit sama, karena kalau sama pasti sulit. Yang penting Fadli latih terus kaki kirinya,” kata Leo.

Saat Fadli bertumpu dengan kaki kirinya, terlihat ia berusaha mencoba untuk menjaga keseimbangannya meskipun masih gemetar. Berbeda ketika ia bertumpu dengan kaki kanannya yang sangat terlatih dan memiliki otot yang lebih besar. 

Tetap positif meskipun kehilangan kaki kiri

Pada garis finish Asia Road Race Championship 2015 di Sirkuit Sentul, Bogor, Jawa Barat, Fadli menuai senyum gembira setelah dinyatakan sebagai pemenang. Namun, senyumnya harus hilang dalam sekejap setelah ia dihantam dari belakang oleh pembalap dari Thailand, Jakkrit Sawangswat. 

Setelah kecelakaan, ia dirawat selama enam bulan tanpa bisa melakukan apa-apa. 

“Saya duduk saja udah pusing. Jalan juga enggak bisa,” ujar Fadli.

Ia sendiri merasa bahwa semua olah raga memang memiliki resikonya masing-masing. Menjadi pembalap motor sebenarnya hal yang cukup aman karena dilengkapi dengan helm dan baju khusus. 

Tetapi jika sampai ditabrak, luka yang dihasilkan memang akan parah. Sayangnya, kejadian yang menimpa Fadli bisa dikatakan jarang terjadi di ranah balapan motor. Apalagi sampai harus diamputasi.

Meskipun Fadli sempat tidak bisa beraktivitas setelah kecelakaan, tetapi ia terus memiliki pikiran positif dan melakukan apapun yang bisa ia lakukan. 

“Saya belum jalan dan lari waktu itu, tapi saya bisa bersepeda,” ujar Fadli.

Selama proses penyembuhan, Fadli melakukan hal-hal kecil yang tubuhnya kuat untuk lakukan. Sebelum bisa berjalan, Fadli sering bersepeda keliling kompleks rumahnya. Kegiatan tersebut yang mengisi hari-hari Fadli.

Banting setir jadi pembalap sepeda

Saat sedang rajinnya bersepeda, Fadli ditawari oleh Ketua Pengurus Besar Ikatan Sepeda Sport Indonesia (PB ISSI) Raja Sapta Oktohari untuk mengikuti kejuaraan Asia Para Cycling pada awal 2017. Sejak saat itu, Fadli fokus berlatih sebagai pembalap sepeda meskipun awalnya dirasa sulit.

Fadli sudah latihan rutin setiap hari selama delapan bulan sejak awal tahun ini. Ada banyak latihan yang harus ia lakukan untuk kejuaraan ke depan, seperti SEA Games 2017, Asian Games 2018, dan Paralympics—Olimpiade untuk kaum difabel. Nyatanya, fisik Fadli ternyata lebih baik dari pada saat kakinya masih lengkap.

Sebagian orang mungkin akan merasa terusik dan kesal ketika harus kehilangan kaki dan menggantikannya dengan yang baru. Tapi perasan tersebut tidak pernah muncul dalam hati Fadli, ia merasa kakinya sudah menjadi bagian dari dirinya yang baru. Tetap dengan semangat yang sama dan kegigihan untuk membawa mendali bagi Indonesia.

“Saya rasa tergantung dari kitanya ya. Sejauh apa keseriusan walaupun keadaannya sudah tidak memungkinkan, tapi kalau kitanya bisa, punya tekad kuat, pasti bisa,” kata Fadli.

Meskipun harus kehilangan kakinya, Fadli mengaku tidak ada trauma yang dirasakan. Ia selalu menyimpan pikiran positif dan tidak menyesali apa yang sudah terjadi. Hidup akan terasa lebih sulit jika penyelasan selalu dipikirkan.

“Walaupun besar yang kita hadapi, tapi kalau yang di pikiran enak-enak saja. Saya pikir cuma ada di dalam pikiran. Jadi saya enggak mau ribet mikirin yang enggak enak,” kata Fadli dengan riang. —Rappler.com

BACA JUGA:

 

Add a comment

Sort by

There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.

Summarize this article with AI

How does this make you feel?

Loading
Download the Rappler App!