Social Good Summit Jakarta 2017: Bicara dunia di #2030

Uni Lubis

This is AI generated summarization, which may have errors. For context, always refer to the full article.

Social Good Summit Jakarta 2017: Bicara dunia di #2030
Ayo, ikutan bahas tema ‘Planet, People, Prosperity: Marine Biodiversity Conservation for Lasting Prosperity for the People’

 

JAKARTA, Indonesia — Tahun ini  kita dikejutkan oleh insiden yang terjadi di perairan Raja Ampat, Papua. Sebuah kapal pesiar secara gegabah menabrak kekayaan bawah laut di sana, menghancurkan terumbu karang seluas 1,8 hektare. 

Dari foto-foto yang Rappler peroleh, kerusakan yang ditimbulkan akibat kecerobohan manusia itu membuat miris, karena belum tentu bisa dipulihkan dalam belasan tahun ke depan.

Keanekaragaman hayati berupa terumbu karang di perairan Indonesia tak cuma menjadi sumber keindahan yang memikat bagi wisatawan. Laut dan seisinya menjadi sumber kehidupan langsung bagi sedikitnya 6 juta warga.

Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia, dengan 17.504 pulau dan 95.181 kilometer persegi garis pantai. Sebanyak 80% penduduk Indonesia hidup di kawasan pesisir dan bergantung pada ekosistem laut. Laut adalah hal yang tidak dapat terpisahkan dari kehidupan masyarakat Indonesia.

Meskipun pemerintah telah berinisiatif dalam berbagai upaya konservasi, masih terdapat berbagai ancaman yang dapat mengganggu ekosistem laut kita. Mulai dari buruknya kondisi terumbu karang, jumlah hutan mangrove yang terus berkurang, meningkatnya sendimentasi laut yang berakibat rusaknya ekosistem di laut, krisis ikan, hingga penangkapan ikan ilegal.

RUSAK. Kondisi terumbu karang di Radja Ampat yang rusak akibat ditabrak oleh Kapal Pesiar Caledonian Sky asal Inggris ketika tengah berlayar dari Papua Nugini menuju ke Filipina. Foto oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan

Indonesia juga dikenal sebagai rumah dari keanekaragaman hayati. Indonesia merupakan rumah dari 17% total spesies yang ada di dunia, yaitu sebanyak: 

  • 35 ribu-40 ribu spesies tumbuhan
  • 707 spesies mamalia
  • 350 spesies amphibi dan reptil
  • 1.602 spesies burung
  • 2.184 spesies ikan air tawar

Sementara untuk kelautan terdapat setidaknya:

  • 2.500 spesies molusca
  • 2.000 spesies krustasea
  • 6 spesies penyu laut
  • 30 spesies mamalia laut
  • Lebih dari 2.500 spesies ikan

“Kekayaan hayati yang dimiliki Indonesia itu harus dilindungi, “ kata Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya Bakar, dalam pesan tertulis yang disampaikan berkaitan dengan Hari Lingkungan Hidup Sedunia pada 5 Juni tahun lalu.

(BACA: Pesan Menteri Siti Nurbaya dalam Hari Lingkungan Hidup 2016)

Indonesia juga salah satu sumber perikanan dunia. Tak heran, kebijakan pemerintah Indonesia dalam memberantas perikanan ilegal (IUUF)  juga mendapat dukungan yang sangat luas, bukan hanya di negara kita, tapi juga negara-negara lain yang sangat memahami akan bahayanya IUUF terhadap kondisi perikanan global. Negara-negara di dunia sangat menyadari bahwa jika  kondisi laut dan perikanan Indonesia, rusak maka akan menjadi ancaman bagi stok pangan dunia (food security).

Upaya melindungi keanekaragaman hayati kelautan (marine biodiversity) dilakukan Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti antara lain dengan menetapkan kurang lebih 1 juta hektar Marine Protected Areas (MPA).

Melihat fakta-fakta di atas, tak pelak lagi bahwa konservasi alam adalah agenda penting bagi pembangunan kehidupan sosial dan ekonomi. Upaya yang dilakukan hari ini menentukan keberlanjutan kehidupan di planet bumi dalam 20, 30, sampai 50 tahun ke depan. Planet bumi menghendaki solusi untuk menjaga keseimbangan ekologi.

Photo by Peter Verhoog, Dutch Shark Society/AFP

Tak kurang dari Presiden Ke-44 Amerika Serikat Barack Obama mengingatkan bahwa menjaga laut adalah kunci melindungi planet bumi.

“Jika kita ingin mewariskan kepada anak cucu kita, laut yang kita warisi saat ini, maka kita harus bertindak saat ini, dan kita akan bertindak secara tegas,” ujar Obama saat meresmikan kawasan laut terproteksi berupa Monument Laut Atlantik pada September 2016.

Pendidikan dapat membantu meningkatkan kesadaran berbagai kelompok masyarakat untuk menjaga laut dan keanekaragaman hayati. Keterlibatan generasi muda menjadi penting, karena merekalah yang memegang kendali tongkat estafet memasuki era masa depan.

Pada 2015, PBB meluncurkan Social Good Summit, atau di Indonesia +Social Good. Acara ini bertujuan untuk menjawab tema global #2030NOW, atau #Saya2030, yang intinya mempertanyakan dunia seperti apa yang kita harapkan 15 tahun ke depan. Dunia yang memungkinkan generasi muda, anak, dan cucu hidup lebih sejahtera. 

Social Good Summit diadakan setiap tahun selama berlangsungnya pekan Sidang Majelis Umum PBB. Peserta adalah para pemimpin komunitas yang dinamis, pesohor di dunia hiburan dan olahraga, penggiat sipil dan kalangan pemuka muda termasuk mahasiswa/i, yang mendiskusikan tantangan terbesar bagi dunia saat ini sampai pencapaian 17 sektor target Sustainable Development Goals (SDGs), mulai dari pemberantasan kemiskinan, ekosistem kelautan, pemberantasan dan pencegahan korupsi, perlindungan lingkungan, promosi energi terbarukan sampai sektor pendidikan dan kesehatan (good health and wellbeing). 

Semua tujuan ini dapat dilihat di GlobalGoals.org. 

Acara tahunan ini digulirkan secara global oleh +SocialGood, sebuah komunitas yang berbagi ide-ide yang mengubah dunia untuk memicu aksi nyata di era media sosial. 

(BACA: Social Good Summit Jakarta 2016) 

Selama dua tahun terakhir, Rappler menjadi mitra Kantor PBB Untuk Program Pembangunan (UNDP) untuk Social Good Summit Indonesia di Jakarta, maupun di Manila, Filipina.

Indonesia terlibat secara langsung dalam pembentukan pembangunan SDG. Begitu juga UNDP. 

Pada tahun ini, Rappler Indonesia kembali menjadi mitra kantor UNDP di Jakarta dalam menggelar Social Good Summit 2017, yang akan digelar di Function Hall, Plaza Indonesia, Jakarta, pada Rabu, 4 Oktober 2017.

Tema yang dipilih untuk tahun ini adalah, “#2030SDGs: Planet, People, Prosperity: Marine Biodiversity Conservation for Lasting Prosperity for the People.”

Tema ini berkaitan dengan tujuan SDG ke-14, yaitu ekosistem laut, tetapi juga menyangkut tujuan lain termasuk tujuan tanpa kemiskinan dan penanganan perubahan iklim.

Sejumlah pembicara kami undang untuk bersama-sama memikirkan bagaimana memberikan solusi atas permasalahan paling penting di dunia, yang juga menjadi masalah di Indonesia, termasuk pemanfaatan teknologi media digital untuk membangun kesadaran publik, khususnya anak muda.

Para pembicara yang direncanakan tampil adalah:

  • Menteri Koordinator Bidang Maritim Luhut Binsar Pandjaitan
  • UN Resident Coordinator Anita Nirody
  • Suci Izzati, pemenang kontes penulisan lagu global untuk #2030
  • Anggota DPR RI Komisi X Irine Roba
  • Peneliti LIPI di bidang keanekaragaman hayati laut Dedi Adhuri
  • Program Direktur CT WWF Indonesia Wawan Ridwan
  • Direktur Eksekutif Koalisi Bisnis untuk Pemberdayaan Perempuan Dini Widiastuti
  • Duo YouTubers Asumsi Pangeran Siahaan & Iman Sjafei
  • Sutradara, blogger, dan diver Iman Brotoseno
  • Komika Adriano Qalbi
  • Musisi Calvin Jeremy
  • Kepala Komunitas Rappler Indonesia Abdul Qowi Bastian

Keseluruhan acara akan dipandu oleh aktivis #SaveSharks Riyanni Djangkaru.

Rappler dan UNDP mengundang peserta, publik umum, mahasiswa, penggiat komunitas, penggiat sipil, untuk bersama-sama hadir dan mendiskusikan solusi bagi permasalahan penting dunia sebagaimana tercantum dalam SDGs.

Kalian bisa mendaftar melalui tautan ini. Tempat sangat terbatas.

Kami juga mengundang kalian untuk mulai saat ini berbagi keinginan dan mimpi mengenai “Dunia Seperti Apa Yang Kalian Inginkan Terwujud pada tahun 2030” di akun Twitter dengan tagar #2030NOW yang merupakan tagar global. –Rappler.com

Add a comment

Sort by

There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.

Summarize this article with AI

How does this make you feel?

Loading
Download the Rappler App!