19 tahun pembunuhan Udin

Mawa Kresna

This is AI generated summarization, which may have errors. For context, always refer to the full article.

19 tahun pembunuhan Udin
Setelah 19 tahun, pembunuh Udin belum juga terungkap.

YOGYAKARTA, Indonesia – Meski sudah 19 tahun berlalu, Marsiyem masih mengingat dengan jelas kisah tragis yang menimpa suaminya, wartawan Fuad Muhammad Syafruddin atau biasa disebut Udin.

Pada malam naas itu, sekitar pukul 22.40 seseorang mengetuk pintu rumah. Marsiyem pun kemudian membukakan pintu. “Cari pak Udin ada? Mau titip motor bu,” ujar lelaki tak dikenal itu.

Tanpa pikir panjang Marsiyem pun masuk ke kamar dan memanggil suaminya. Begitu keluar rumah, Udin langsung dihantam besi di bagian kepalanya. Setelah dirawat di RS Bethesda selama tiga hari, pada 16 Agustus 1996 sore, Udin menghembuskan nafas terakhirnya.

Marsiyem masih mengingat dengan jelas saat-saat terakhir dia berbincang dengan suaminya. Dia pun juga mengingat gelagat dan cara bicara orang malam itu datang ke rumahnya. “Saya masih ingat, orang yang datang itu seperti tidak asing. Firasat saya orang ini tinggalnya tidak jauh dari rumah saya. Dia ngomong pun seperti sudah akrab sekali dengan Mas Udin,” kata dia saat ditemui di rumahnya, Selasa 11 Agustus 2015.

Sebelum kejadian tragis tersebut, Marsiyem sebenarnya sudah berkali-kali memperingatkan Udin tentang berita-beritanya yang sangat keras mengkritik pemerintah. Namun Udin adalah orang yang keras kepala. “Mas Udin selalu bilang, kalau memang ada kesalahan ya harus diberitakan sesuai fakta, memang begitu kerjanya wartawan,” sambungnya.

Dia hanya berusaha menenangkan istrinya. “Mas Udin selalu bilang, nggak papa, atau nggak ada apa-apa. Dia pintar menyembunyikan yang seperti itu. Kalau saya ingatkan soal berita, dia itu cuma iya-iya saja. Saya khawatir kalau ada orang yang tidak senang nanti terus melakukan sesuatu bagaimana,” ujar Marsiyem.

Kecemasan itu sebenarnya tidak hanya dirasakan oleh Marsiyem. Udin sendiri merasakannya. Suatu malam, Marsiyem dan Udin berboncengan hendak pulang ke rumah. Udin mendadak menghentikan motornya. Dia dan Masiyem melihat ada keramaian di depan rumahnya. “Saya tanya, kenapa berhenti? Mas Udin malah diam. Terus dia malah belok ke sawah-sawah, kita muter lewat sawah,” kata Marsiyem.

Marsiyem, istri Udin. Sampai di tengah sawah Udin kembali menghentikan motor. Rupanya dia curiga dengan kerumunan di depan rumah. “Ternyata setelah besoknya kita tahu kalau yang datang malam itu rombongan teman-temannya di Bernas mampir habis dari kantor,” kata Marsiyem.

Kecemasan yang dirasakan oleh Udin cukup rasional, mengingat berita-berita yang tulisnya sangat kritis kepada pemerintah. Malam sebelum Udin dipukul orang tak dikenal, dia sempat menyerahkan sebuah tulisan tentang dugaan kasus korupsi pembangunan jalan aspal. Tulisan itu diterima Heru pada tanggal 13 Agustus 1996 sekitar pukul 20.00. 

“Waktu itu Udin menyerahkan tulisan sudah malam, jadi tidak bisa diterbitkan tanggal 14. Saya bilang, untuk besok lusa saja,” kata Heru saat ditemui di rumahnya di Nogotirto, Mlati, Sleman, Selasa 11 Agustus 2015.
Tulisan Udin tersebut pun diterbitkan pada tanggal 15 Agustus 1996 ketika Udin masih koma di RS Bethesda. Tulisan berjudul “Proyek Jalan 2 Km, Hanya Digarap 1,2 Km” itu berdasarkan penelusuran Udin ke Fraksi ABRI DPRD Bantul yang mempertanyakan proyek peningkatan jalan Tamantirto-Pengkolan di Kasihan Bantul.

Bersamaan dengan diterbitkannya tulisan terakhir Udin tersebut, Bernas juga membuat karikatur dirubrik Ana-Ana Wae yang berisi ungkapan prihatin atas musibah yang menimpa Udin. Karikatur tersebut dipasang tepat di atas tulisan terakhir Udin.

Udin Dibunuh Karena Berita


Sesudah Udin meninggal, dorongan untuk membongkar kasus tersebut semakin besar. Karena tidak ada kejelasan terhadap kasus Udin itu, sejumlah wartawan yang merupakan teman-teman Udin pun membuat tim investigasi. PWI juga turun membuat Tim Pencari Fakta.

Ketua Tim Pencari Fakta PWI, Masduki Attamami, sejak awal menduga jika kasus Udin itu ada kaitannya dengan berita-berita yang ditulis oleh Udin. “Sejak awal kita sudah curiga jika kematian Udin ini ada kaitannya dengan berita. Kami melakukan penelusuran dan mengumpulkan berita-berita yang ditulis Udin. Paling tidak ada delapan berita Udin yang kita pelajari pada waktu itu,” katanya saat ditemui di kantor Antara Yogyakarta, Rabu 12 Agustus 2015.

Delapan berita tersebut hampir seluruhnya mengangkut dengan kebijakan pemerintah yang tidak benar dan selalu berkaitan dengan Bupati Bantul pada waktu itu yakni Sri Roso Sudarmo. Untuk mengukur seberapa dampak psikologis tulisan tersebut terhadap seseorang yang diberitakan, Tim Pencari Fakta PWI meminta psikolog untuk mendalaminya.

“Hasilnya, berita Udin yang berturut-turut itu dapat menyebabkan kemarahan yang begitu besar sebagai akumulasi pemberitaan. Ini sudah kami serahkan ke Polisi, tapi Polisi sepertinya tidak mau menggunakannya untuk mengubah pandangan kalau kasus ini adalah karena pemberitaan,” ungkapnya. Menurutnya, dugaan versi polisi yang mengarah pada motif perselingkuhan tidak masuk akal.

Tim Pencari Fakta juga menemukan sebuah memo dari Bupati Sri Roso Sudarmo kepada Sekda Bantul yang menyebutkan untuk segera membereskan Udin. Berkas-berkas tersebut pun kemudian diberikan kepada Polisi. 

“Polisi sepertinya setengah hati. Saya beberapa kali menemui mereka, bahkan sempat mengintrogasi Kasat Reskrim pada waktu itu. Kalau tidak salah dua tahun setelah itu Polisi baru mau membuka kemungkinan kalah pembunuhan Udin itu ada hubungannya dengan berita,” kata Masduki.

Selain tim yang dibentuk PWI, ada juga tim invetigasi independen yang berisi banyak wartawan yang merupakan teman-teman Udin. Tim tersebut dikenal sebagai Tim Kijang Putih karena saat melakukan investigasi sering menggunakan mobil kijang warna putih milik Bernas. Heru, redaktur Udin adalah satu satu anggota Tim Kijang Putih.

Tim Kijang Putih pun memiliki keyakinan yang serupa bahwa Udin dibunuh karena berita. Untuk membuktikan tersebut Heru dan teman-temannya setiap hari membagi tugas untuk melakukan investigasi dan menelusuri kasus orang-orang yang kerap diberitakan oleh Udin. Salah satu yang menjadi fokus mereka adalah berita tentang dugaan suap yang dilakukan oleh Bupati Sri Roso Sudarmo ke yayasan Dharmais sebesar Rp 1 miliar. Uang sebesar itu adalah imbalan apabila dia diangkat kembali sebagai Bupati Bantul untuk periode 1996-2001.

Hasil investigasi Tim Kijang Putih pun membuahkan hasil. Mereka dan wartawan lainnya berhasil menemukan sebuah surat yang dikirim ke Dharmais yang berisi tentang imbalan Rp.1Miliyar. Surat tersebut pun ditandatangani R. Noto Suwito, adik Presiden Soeharto sebagai saksi.

“Tahun 1999 Sri Roso Sudarmo dihukum. Kasus itu berhasil dibuktikan. Tapi kami tidak berhasil membuktikan jika kasus tersebut melatarbelakangi pembunuhan Udin,” kata dia

Merawat Ingatan, Menuntut Keadilan
19 tahun berlalu, kasus Udin belum juga terungkap. Untuk mengingat kasus tersebut sekelompok aktivis NGO dan jurnalis membuat gerakan bersama yang diberi nama KAMU (Koalisi Masyarakat untuk Udin). Sejak tahun 2005 koalisi ini selalu membuat peringatan tentang kasus Udin dan secara rutin bertanya pada Polda DIY mengenai perkembangan kasus tersebut.

Aksi 16-an dilakukan di depan Gedung Agung Yogyakarta. Aksi tersebut digelar setiap tanggal 16 setiap bulan mulai pukul 16.00-16.58. Waktu tersebut dipilih sesuai dengan waktu kematian Udin, 16 Agustus 1996 pukul 16.58.

“Kami akan terus melakukan itu, sampai kapan? Sampai sekuatnya,” kata Bambang MBK, salah seorang jurnalis senior sekaligus aktivis AJI Yogyakarta, Kamis 13 Agustus 2015.

“Dia adalah pahlawan yang riil bukan pahlawan hasil kontruksi sejarah. Dia pahlawan bagi rakyat kecil di Bantul yang mau mengorbankan nyawannya untuk menegakan keadilan,” kata Bambang.

Baginya, Udin harus menjadi inspirasi banyak jurnalis muda dimasa sekarang untuk menjalankan fungsi ideal seorang jurnalis. “Sebagai jurnalis dia memberikan inspirasi kepada kawan-kawan. Fungsi jurnalistik yang benar dan ideal adalah seperti yang dilakukan Udin,” kata dia. – Rappler.com

Add a comment

Sort by

There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.

Summarize this article with AI

How does this make you feel?

Loading
Download the Rappler App!