5 hal yang perlu kamu tahu mengenai terapi hiperbarik

Rappler.com

This is AI generated summarization, which may have errors. For context, always refer to the full article.

5 hal yang perlu kamu tahu mengenai terapi hiperbarik
Terapi hiperbarik dapat menyembuhkan berbagai masalah kesehatan dan menjaga kecantikan.

JAKARTA, Indonesia – Belum banyak orang yang mengetahui tentang terapi hiperbarik, yang baru-baru ini melejit karena kebakaran di salah satu ruangan Rumah Sakit Angkatan Laut (AL) Mintohardjo, Jakarta Pusat pada Senin, 14 Maret. Berikut lima hal yang perlu diketahui terkait pengobatan yang memanfaatkan oksigen murni dengan tekanan di atas 1 atmosfer absolut (ATA) ini:

1.  Sudah ada sejak tahun 1960 dan hanya untuk penyelam TNI AL

Situs resmi Ikatan Dokter Hiperbarik Indonesia mengungkapkan terapi oksigen hiperbarik pertama bermula di RSAL Dr. Ramelan, Surabaya, tahun 1960. Saat itu, terapi hiperbarik difokuskan pada penderita penyakit dekompresi, tekanan darah di dalam tubuh mengalami penurunan, yang umumnya dialami penyelam TNI AL.

Pada 1960 hingga 1990, pelayanan terapi ini hanya terbatas pada RSAL dan RS Pertamina saja. Namun, pada 1995, rumah sakit swasta dan umum pun mulai menyediakan layanan hiperbarik. Alasannya, karena penyelam non-militer juga membutuhkan terapi ini. Selain itu, oksigen murni juga dapat mengobati penyakit klinis selain dekompresi.

2.  Dibawa ke ruang terapi khusus

Pertama-tama, pasien akan dibawa ke suatu ruangan khusus terapi. Selanjutnya, petugas akan mendudukkan mereka pada satu kursi untuk dipasangi masker oksigen. Ada pula jenis alat lain, di mana pasien dapat menjalani terapi sambil tidur dan tak menggunakan masker –melainkan semacam tudung bening di kepalanya.

Jumlah sesi terapi bergantung pada masalah yang dialami pasien. Untuk keracunan darah, dapat terselesaikan dalam tiga kali pertemuan. Namun, masalah yang lebih berat seperti kelainan saraf dan organ lainnya, membutuhkan 20-40 kali terapi. Satu sesi terapi hiperbarik, membutuhkan waktu sekitar dua jam.

Petugas tengah memasangkan oksigen ke pasien. Foto dari situs Ikatan Dokter Hiperbarik Indonesia

3. Sembuhkan berbagai penyakit

Terapi oksigen hiperbarik memang diutamakan bagi penyelam yang mengidap penyakit dekompresi dan keracunan gas. Oksigen murni yang dialirkan ke dalam tubuh meningkatkan kadar kandungan hingga tiga kali lipat, dan membantu mempercepat pelepasan gas beracun sekaligus memenuhi kebutuhan seluruh sel.

Oksigen, yang merupakan salah satu zat yang sangat dibutuhkan tubuh, ternyata mempunyai manfaat lain. Situs Hiperbarik Center RSAL Mintohardjo mengungkap, terapi ini bisa juga menyembuhkan berbagai jenis luka, termasuk akibat diabetes dan luka bakar.

Selain itu, bagi pengidap trauma kecelakaan seperti bengkak dan nyeri, hingga patah tulang juga dianjurkan mengambil terapi ini. Oksigen dapat mempercepat pertumbuhan jaringan dan tulang yang patah; di saat bersamaan juga meredakan bengkak dan nyeri.

Beberapa masalah lain yang juga dapat diatasi dengan terapi hiperbarik adalah: gangguan saraf seperti stroke dan neuropati; gangguan telinga seperti tuli mendadak; vertigo; peyempitan pembuluh darah mata; gangguan saluran cerna; infeksi jamur pada organ dan kulit; hingga alergi.

4.  Meningkatkan kebugaran dan menjaga kecantikan

Karena kebutuhan oksigen tercukupi, kinerja sel tubuh pun meningkat. Terapi secara berkala, menurut situs Gading Pluit Hospital, dapat menjaga kebugaran jaringan sel tubuh. Oksigen akan merangsang percepatan regenerasi dan memulihkan kelelahan fisik. Hal ini karena terapi hiperbarik juga bisa memperbaiki pola tidur pasien yang mengidap insomnia.

Tidur yang cukup dan kondisi tubuh yang sehat secara otomatis membantu perbaikan kondisi kulit. Oksigen juga memacu pembentukan jaringan kolagen, yang menambah kelenturan dan kemulusan kulit.

5.  Risiko terapi hiperbarik

Setiap kali menjalani sesi terapi hiperbarik, pasien akan selalu didampingi perawat atau dokter untuk menghindari efek samping yang tak diinginkan. Awalnya, pasien akan merasakan nyeri pada telinga 5 sampai 10 menit awal terapi. Rasanya digambarkan sama seperti saat berada dalam pesawat yang hendak lepas landas.

Situs Mayo Clinic menyebutkan, terapi hiperbarik juga dapat menyebabkan rabun dekat (miopi) sementara, karena perubahan pada lensa mata. Selain itu, karena adanya tekanan udara, ada risiko cedera telinga seperti keluar cairan hingga gendang telinga sobek.

Ada pula risiko paru-paru tak berfungsi (barotrauma) karena perubahan tekanan udara. Oksigen dalam jumlah tinggi juga dapat menyebabkan keracunan di pusat saraf utama.

Selain itu, ruang terapi hiperbarik tentu memiliki kadar oksigen tinggi hingga sensitif pada api. Karena itu pasien dan petugas kesehatan harus sangat berhati-hati untuk memastikan tak ada percikan sekecil apapun. Saat terapi berlangsung, pasien dan petugas tak boleh membawa peralatan elektronik, juga perawatan rambut dan tubuh yang mengandung minyak bumi dan dapat menjadi sumber api.

Setelah terapi, biasanya pasien akan merasa sangat lelah dan kelaparan.

Kebakaran yang terjadi di ruangan terapi hiperbarik RSAL Mintohardjo diduga karena percikan api yang berasal dari alat bernama chamber. Api yang membesar dalam waktu singkat ini memakan korban jiwa hingga empat orang. -Rappler.com

BACA JUGA: 

 

Add a comment

Sort by

There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.

Summarize this article with AI

How does this make you feel?

Loading
Download the Rappler App!